Jilid 5

5.8K 52 1
                                    

"Pertanyaan itu tidak bisa menghilang dari otak Insoe. Maka itulah, beliau lalu menutup diri untuk mempelajari dan merenungkan ilmu silat kami guna mencapai suatu kesempurnaan."

Mendengar keterangan itu, bukan main rasa kagumnya Coei San dan So So.

"Yang turut mendengar Kak wan Couwsoe menghafal Kioe yang Cin keng ada tiga orang." Lian Cioe melanjutkan penuturannya. "Yang satu Insoe sendiri, yang kedua Boe sek Taysoe dari Siauw lim sie, sedang yang ketiga seorang wanita yaitu Couwsoe Goe bie pay, Kwee Siang Kwee Lie hiap. Kecerdasan, bakat dan kepandaian mereka berlainan satu sama lain. Yang ilmu silatnya paling tinggi pada waktu itu adalah Boe sek Taysoe, Kwee Lie hiap ialah puteri Kwee Tayhiap dan Oey Yong, Oey Pangcoe. Sebagai puterinya ahli-ahli silat kelas utama pada jaman itu, beliau sudah memiliki ilmu silat yang beraneka warna. Insoe sendiri pada waktu itu dapat dikatakan belum mengenal ilmu silat. Tapi sebab itulah ilmu silat Boe tong menjadi ahli waris yang paling bersih dari pada kitab Kioe yang Cin keng."

"Belakangan mengenai ilmu-ilmu silat Siauw Lim, Go bie dan Boe tong, orang memberi julukan Ko (tinggi) kepada Siauw lim. Pok (luas) kepada Go bie dan Soen (bersih) kepada Boe tong. Ketiga partai masing-masing mempunyai keunggulan sendiri dan juga mempunyai kekurangan kekurangan."

"Kalau begitu, Kak wan Couw soe memiliki ilmu silat yang paling tinggi pada jaman itu," kata So So.

"Tidak !" jawabnya. "Kak wan Couw soe tidak mengerti ilmu silat. Dalam kuil Siauw lim sie, ia bekerja sebagai pengurus Cong keng kok (gedung perpustakaan). Ia seorang kutu buku yang membaca segala rupa kitab dan menghafalnya. Secara kebetulan ia mendapatkan Kioe yang Cin-keng Yang lalu dibacanya dan dihafalnya. Ia sama sekali tak tahu, bahwa dalam kitab itu terdapat ilmu silat yang sangat tinggi."

Lian Cioe selanjutnya menuturkan cara bagaimana kitab itu hilang dan tidak dapat ditemukan lagi. Coei San sendiri sudah pernah mendengar cerita itu dari gurunya, tapi So So yang baru pertama kali mendengarnya, merasa ketarik bukan main.

Lian Cioe seorang pendiam dan biasanya sangat jarang bicara. Tapi sekarang, dalam kegembiraannya karena sudah bertemu pula dengan adiknya yang disangka mati, ia berbicara banyak sekali, bahkan berguyon. Sesudah bergaul belasan hari dengan So So, ia merasa, bahwa si Teehoe sebenarnya bukan manusia jahat. Ia yakin, bahwa kekejaman So So pada masa yang lampau, adalah akibat daripada suasana dan pergaulannya. Kata orang, mendekati bak (tinta) keluaran hitam, mendekati coe see (bubuk merah) berlepotan merah. Sedari kecil, apa yang dilihat dan didengar So So adalah perbuatan-perbuatan sesat dan kejam, sehingga sesudah besar, ia tidak dapat membedakan lagi apa yang benar, apa yang salah dan biasa membunuh manusia secara serampangan. Tapi sesudah menikah dengan Soeteenya, adat yang kejam itu perlahan-lahan berubah. Itulah kesimpulan Lian Cioe.

Baru saja Coei San ingin menanyakan Soehengnya tentang kemajuan yang telah dicapai oleh gurunya dalam usaha menyempurnakan ilmu silat Boe-tong, sekonyong konyong suara tindakan kuda tadi terdengar pada kali ini dari menuju ketimur dan tidak lama kemudian mereka lewat diatas gili gili dekat perahu.

Coei San agak terkejut, tapi ia tidak menggubris. "Jieko" katanya. "jika Insoe mengundang tokoh-tokoh Siauw lim dan Gobie untuk bersama2 menyempurnakan ilmu silat, kurasa ketiga partai ini sama-sama akan memperoleh keuntungan yang sangat besar."

Lian Cioe menepuk lututnya. "Kau benar !" katanya dengan bersemangat. "Perkataan Soehoe, bahwa dihari kemudian kau bakal menjadi ahli warisnya sungguh tepat sekali."

"Perkataan itu kurasa sudah dikeluarkan karena Insoe selalu mengingat Siauwtee yang tidaak diketahui kemana perginya," kate Coei San. "Bukankah seorang anak durhaka yang bergelandangan di luaran lebih dipinggirkan oleh ibunya daripada anak berbakti yang selalu berdampingan dengan sang ibu? Pada waktu ini, janganlah dibandingkan dengan Toako, Jieko dan Sieko, sedangkan dengan Lioktee dan Cit tee pun, ilmu silat Sauwtee masih belum bisa menempil."

Kisah Membunuh Naga (To Liong To / Heaven Sword and Dragon Sabre) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang