Jilid 15

6.3K 47 1
                                    

Melihat begitu, salah seorang yang nonton lantas saja membentak, "Mundur!" Ia melompat dan meninju, Ia meninju dengan tenaga yg "seperti ada dan seperti tidak ada" sehingga Cia soen tak bias membedakan arah sambarannya. Waktu tinju hanya terpisah beberapa dim dari tubuhnya, barulah ia bisa merasakan sambarannya dan menangkis dengan terburu2. sementara itu, ketiga orang yg tadi mengerubuti sudah melompat keluar dari gelanggang. Dilain saat seorang kakek lain yg tdai menonton turut membantu kawannya. Ia pun menyerang dengan pukulan2 "lembek" sehingga baru saja bertempur beberapa jurus Cia Soen sudah jd report sekali.

"Kie Tiangloo! The Tiangloo!" teriak Kim hoat popo. "Kim mo say ong buta matanya. Dengan menyerang secara licik cuma2 saja kalian mempunyai nama besar dalam dunia Kang Ouw." Seraya berkata begitu, bagaikan terbang ia terus mendaki gunung. Dengan menggunakan seantero tenaganya Coe Jie mengikuti dari belakang.

Sebab kuatir akan keselamatan ayah angkatnya, Boe Kie jg segera menyusul. Tio Beng memburu dan menyandaknya. "Dengan adanya nenek itu kau tak usah kuatir," bisiknya. "Yang paling penting kau tak boleh memperkenalkan dirimu."

Boe Kie menganggung dan sambil mencekap tangan si noan ia terus berlari lari di belakang Coe Jie. Sambil mengikuti dengan rasa kagum ia mengawasi potongan badan Coe Jie yg langsing dan gemulai. Kalau mukanya tidak jelek karena latihan ilmu yg sesat, nona itu pasti tidak kalah dengan Tio Beng, Cie Jiak atau Siauw Ciauw. Mengingat begitu, jantungnya memukul keras. Dilain detik, ia mengutuk dirinya sendiri. "Boe Kie! Boe Kie! Kau benar edan!" katanya didalam hati. "Sedang ayah angkatmu menghadapi bencana, kau masih bisa memikir yg gila2!"

Tak lama kemduia ia sudah tiba di pinggang gunung. Ia mendapat kenyataan, bahwa ayah angkatnya melawan dengan pukulan2 pendek. Itulah siasat untuk membela diri. Ia memunahkan serangan2 musuh dengan Siauw kim na chioe (ilmu menyengkram dan membantung dengan jarak pendek) Dengan menggunakan siasat itu, untuk sementara waktu Cia Soen memang bisa menyelamatkan diri, tapi ia sukar bisa memperoleh kemenangan.

Dengan menyembunyikan diri dibawah sebuah pohon siong, Boe Kie mengawasi ayah angkatnya. Pada muka orangtua itun terlihat lebih kerutan sedang rambutnya sudah hampir putih semua. Rupa2nya, selama berada di pulau Peng hwee to belasan tahun, ia banyak menderita, sehingga ia cepat tua. Boe Kie ikut menderita. Ia ingin sekali turut menyerbu untuk menghajar musuh. Ia ingin sekali memeluk orang tua itu dan memperkenalkan dirinya. Tio Beng mengerti, apa yg di pikirkan pemuda itu. Ia memegan tangan Boe Kie erat2 dan mengeleng2kan kepalanya.

Sekonyong2 Kim hoa popo berkata dengan suara nyaring. "Kie Tangloo, Im san ciang Liok Kioe sudah tersohor dalam dunia Kang Ouw. Mengapa kau malu2 kucing dan menyembunyikan dalam pukulan Sin Ciang? Ah! The Tiang Loo lebih tolol lago. Dia menyembunyikan Hoei hong Hoed lioe koen didalam Patkwa koen. Apa kau kira Cia tayhiap tak tahu? Oh oh oh ... oh oh ... uh.. uh ..." Ia batuk2. "Dahulu, kaypang adalah sebuah partai besar yg dihormati sebagai partai yg selalu menolong sesama manusia..... oh oh oh ... saying, sungguh saying! ... makin lama jadi makin busuk..."

Karena tak bisa melihat pukulan musuh yg sangat licik, Cia Soen memang lagi bingung. Mendengar petunjuk si nenek ia girang. Pada detik The Tiangloo mau mengubah pukulannya, ia membarengi dengan tinjunya. Hampir berbareng dengan ebradunya kedua tinju kanan The Tiangloo terhuyung satu dua tindak. Untung jg iapun memiliki kepandaian tinggi sehingga ia tak sampai roboh. Sebelum Cia Soen bisa mengirim serangan susulan, Cia Tiangloo sudan merangsek untuk menolong kawanya.

Boe Kie mendapat kenyataan, bahwa Kie Tiangloo bertubuh kate gemuk dan dengan mukanya yg bersinar merah, ia menyerupai seperti seorang tukang potong babo. Dilain pihak the Tiangloo berbadan kurus kering. Disebelah kejauhan berdiri seorang pemuda yg berusia kurang lebih tiga puluh tahun. Iapun mengenakan pakaian kaypang dengan perbedaan, bahwa pakaiannya yg rombeng kelihatan bersih. Di punggungnya menggemblok delapan lembar karung. Bahwa seorang muda seperti dia bisa menjadi tiangloo (tetua) dengan pertandaan delapan karung, adalah kejadian yg luat biasa. Beberapa kali Boe Kie mengawasi dia, ia merasa, bahwa ia pernah bertemu dengan orang itu, tapi ia lupa dimana dan lagi kapan pertemuan itu terjadi.

Kisah Membunuh Naga (To Liong To / Heaven Sword and Dragon Sabre) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang