Jilid 8

5.4K 49 0
                                    

Boe Kie bersangsi, ia setengah percaya, setengah tidak. Tapi, sebagaimana telah dikatakan, ia adalah seorang yang mudah melupakan sakit hati lama. Maka itu, lantas saja berkata, "Hoe jin (nyonya) bukan mendapat penyakit aneh. Ia kena racun dari Kim gin Hiat".

"Ular Kim gin Hiat?" tegas guru dan murid itu hampir berbarengan. Mereka kaget dan heran, karena nama ular itu belum pernah didengar mereka.

"Benar," jawabnya. "Akupun belum pernah melihat ular itu. Aku menarik kesimpulan itu karena muka Hoejin, lihatlah apa di situ terdapat luka gigitan yang sangat kecil".

Ho Thay Ciong buru-buru menyingkap selimut yang menutupi tubuh Ngo kouw dan menarik jari kakinya. Benar saja di setiap ujung jari kaki terdapat luka besar yang berwarna hitam. Karena terlalu kecil, jika tidak diperhatikan, luka itu tidak kelihatan.

Melihat begitu, si tua tidak menyangsikan lagi kepandaian Boe Kie. "Benar, benar," katanya, "Setiap ujung jari kakinya benar terluka. Saudara kecil kau sungguh pandai. Sesudah mengetahui sebab musebab penyakit itu, saudara kecil pasti dapat menyembuhkannya. Sesudah dia sembuh aku akan memberi hadiah yang besar". Ia berpaling kepada tujuh tabib tolol itu dan membentak, "Kamu semua manusia tolol! Tabib goblok!"

"Penyakit Hoejin memang luar biasa dan kita tak dapat menyalahkan mereka," kata Boe Kie, "Ho Sianseng biarkanlah mereka pulang saja!"

"Baik, baik," kata si tua. "Sesudah saudara kecil berada di sini, memang perlu apa tabib-tabib goblok itu berdiam lebih lama lagi? Coen jin, berikan seratus tail perak kepada setiap orang dan suruh mereka pergi segera".

Ketujuh tabib itu girang bukan main dan sesudah menerima hadiah, cepat-cepat mereka berlalu.

"Coba suruh beberapa bujang menggeser ranjang Hoe jin," kata Boe Kie. "Di bawah kaki ranjang terdapat dua lubang kecil dan lubang itu adalah tempat keluar masuknya ular Kim gin Hiat".

Tanpa meminta bantuan lagi, Ho Thay Ciong segera mencekal kaki ranjang yang lalu digesernya. Sesuai seperti yang dikatakan Boe Kie, di bawahnya terdapat lubang kecil.

Si tua girang bercampur gusar. "Lekas ambil belirang dan api!" teriaknya, "Begitu dia keluar aku akan cincang!"

Boe Kie menggoyangkan tangannya. "Tak boleh, tak boleh begitu," katanya. "Racun yang mengeram di dalam badan Hoejin harus dipunahkan oelh ular itu juga. Kalau kau bunuh Hoejin tak dapat disembuhkan lagi!"

"Oh begitu?" kata si tua dengan rasa heran.
"Mengapa begitu?"
"Ho Sianseng," terang si bocah sambil menunjuk taman bunga yang berada di luar jendela. "Penyakit Hoejin karena gara-gara delapan pot bunga anggrek Leng cie lan itu".
"Leng cie lan?" tegas Ho Thay Ciong.

Baru sekarang ia tahu, anggrek itu Leng cie lan namanya. "Karna tahu aku suka menanam bunga, seorang sahabat yang datang dari wilayah Barat, See hek, dan yang membawa delapan pot bunga itu, sudah menghadiahkannya kepada aku. Bunga itu sangat indah dan harum. Hm!...Aku tak tahu dia bibit penyakit".

"Menurut katanya kitab ilmu ketabiban, Leng cie lan berubi, yang bentuknya bundar seperti bola, warnanya merah api dan di dalam ubi itu terdapat racun yang sangat hebat," Boe Kie melanjutkan keterangannya, "Cobalah gali".

Ketika itu, semua Koen loen pay sudah tahu bahwa Boe Kie sedang coba mengobati penyakit Ngo kouw yang luar biasa.

Murid-murid lelaki tidak berani masuk, tapi keenam murid perempuan sudah berada dalam kamar itu. Begitu mendengar keterangan Boe Kie dua antaranya lantas saja mengambil cangkul dan menggali sebuah pot. Benar saja ubi pohon anggrek itu bundar dan warnanya merah. Karena tahu beracun, mereka tidak berani menyentuhnya.

"Sekarang aku minta kalian menggali semua pohon anggrek itu dan taruh ubinya dalam sebuah mangkok kayu," kata si bocah pula. "Tambahkan delapan biji telur ayam dan semangkok darah ayam. Pukul campuran itu sampai menjadi hancur. Tapi yang mengerjakannya harus berhati-hati, harus menjaga sampai campuran itu tidak mengenai kulit."

Kisah Membunuh Naga (To Liong To / Heaven Sword and Dragon Sabre) - Jin YongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang