Itu semua tak terlepas dari mata Song Ceng Soe. Untuk beberapa detik mata pemuda itu mengeluarkan sinar kebencian.
Sesudah Boe Tong pay tahu siapa adanya Boe Kie dan sesudah Go Bie Pay berlalu, usaha ena, partai untuk membasmi Beng Kauw gagal seanteronya. Orang2 Khong tong dan Koen Loen lantas saja berpamitan. Ho Tay Ciong mendekati dan berkata, "Saudara kecil aku memberi selamat bahwa hari ini kau bertemu dengan keluarga sendiri..." Tanpa menunggu sampai orang tua itu habis bicara. Boe Kie segara mengeluarkan dua butir Yowan dari sakunya. Yowan itu hanya obat biasa untuk menolak racun. Sambil mengangsurkan kepada Ho Thay Ciong. Pemuda itu berkata. "Cianpwee berdua masing2 boleh menelan sebutir. Sesudah makan obat ini, racun Kim cam Kauw tak akan punah."
Ho Thay Ciong mengawasi kedua yowan itu dengan perasaan sangsi.
"Boanpwee pasti tak berdusta" kata pula Boe Kie.
Mendengar perkataan itu ia tak berani membuka mulut lagi. "Andaikata dia memberi obat palsu dihadapan keempat pendekar Boe tong aku tentu tak bisa menggunakan kekerasan," pikirnya : "Apalagi orang2 Siauw Lim beridir di pihak bangsat kecil itu. Sudahlah! Terserah kepada nasih," memikir begitu seraya tertawa getir, ia berkata. "Terima kasih." Sesudah menelan yowan itu bersama Pay Siok Ham ia segera memerintah murid2nya merawat jenazah partai Koen Loen dan kemudian sesudah berpamitan mereka turun gunung.
"Boe Kie," kata Jie Lian Cioe, "karena kau terluka berat sebaiknya kau berdiam saja disini untuk sementara waktu, guna berobat. Kami tak bisa menemani kau. Kami hanya mengharap supaya sesudah sembuh kau suda tangan ke Boe tong San, agar Soe Hoe turut merasa girang."
Dengan mata mengembang air, pemuda itu manggutkan kepalanya.
Keempat pemuda itu ingin sekali mengajukan banyak pertanyaan, tapi melihat kelemahan keponakannya, mereka berani bicara banyak2.
Sekonyong2 diantara barisan Siauw Lim terdengar teriakan seorang, "Kemana perginya jenazah Goan tin soeheng?"
"Mengapa hilang ?" menyambung yg lain.
Boh Seng Kok heran dan segera mendekati tujuh delapan pendeta Siauw Lim yang sedang merawati jenazah anggota2 partainya. Benar sajat tidak melihat jenazah Goan tin.
"Lekas pulangkan jenazah Goan tin soeheng!" teriak Goan im sambil menuding orang2 Beng Kauw.
Cioe Thian tertawa terbahak2. "Benar2 kau sudah gila!" katanya. "Perlu apa kami mencuri mayat pendeta."
Orang2 Siauw Lim tidka rewel lagi. Jawabnya itu ada benarnya jg. Mereka menduga mungkin sekali waktu mengumpulkan jenazah orang2 Hwa san pay atau Kong tong pay sudah mengambil jenazah Goan tin.
Tak lama kemudian, dengan beruntun barisan Siauw Lim dan Boe Tong turun gunung.
Boe Kie menyoja dan membungkuk untuk memberi selamat jalan kepada para pamannya.
"Anakku Boe Kie," kata Song Wan Siauw.
"Hari ini namamu tersohor di kolong langit dan Beng Kauw menanggung budimu yang sangat berat. Kuharap supaya kau bisa menuntun mereka ke jalan yang lurus."
"anak pasti akan memperhatikan pesan Tao Soe pek," jawabnya.
"Dalam segala hal kau harus berhati2, kau harus menjaga jangan sampai diperdayai oelh manusia2 rendah," kata Thio siong Kee.
Boe Kie mengangguk. Baik pihak paman, maupun pihak keponakan, sama2 merasa beat untuk berpisahan.
Sesudah keenam partai pergi semuanya, Yo Siauw dan In Thian Ceng saling mengawasi. Tiab2 mereka berteriak dengan berbareng, "Para anggauta Beng Kauw dan Peh Bie Kauw! Berlutut untuk menghaturkan terima kasih kepada Thio Tay hia!" Dilain saat semua orang sudah mendekam diatas bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Membunuh Naga (To Liong To / Heaven Sword and Dragon Sabre) - Jin Yong
General FictionMerupakan bagian terakhir dari Trilogi Rajawali, meski tokoh-tokoh utamanya tidak terhubung secara langsung dengan kedua bagian sebelumnya. Mengambil letar belakang cerita kurang lebih seratus tahun setelah kisah Kembalinya Sang Pendekar Rajawali. B...