Tak lama kemudian, jalam pertempuran berubah dari cepat menjadi perlahan karena mereka mulai menguji tenaga dalam. Sekonyong-konyong dari mulut pintu gerbang masuk serupa benda yang sangat besar dan menyambar ke tubuh si tinggi besar. Benda itu jauh lebih besar daripada karung beras. Semua orang kaget, senjata apa itu?"
Si tinggi besar terkejut dan dengan sepenuh tenaga, ia menghantam benda tersebut, yang lantas saja benda itu terpental setombak lebih, dibarengi dengan teriakan manusia yang menyayat hati. Ternyata benda itu sebuah karung dan di dalam karung terdapat manusia. Dipukul dengan Coe See Cit sat ciang, orang itu telah hancur tulangnya.
Si tinggi besar tertegun. Mendadak ia menggigil karena pada saat itu ia tidak berwaspada, Wie It Siauw melompat ke belakangnya menotok Toa Toei Hoatnya, di bagian punggung dengan Han Peng Bian Ciang. Dibokong begitu, ia jadi kalap. Sambil memutar tubuh, ia menghantam batok kepala Wie It Siauw dengan telapak tangannya.
Nyali Ceng Ek Hok Ong benar-benar besar. Ia tertawa terbahak-bahak dan berdiri tegak, tidak berkelit atau menangkis. Si tinggi besar ternyata sudah habis tenaganya. Telapak tangannya tepat mampir di batok kepala Wie It Siauw, tetapi Wie Hok Ong hanya seperti diusap-usap.
Melihat gilanya Wie It Siauw, semua orang menggeleng-gelengkan kepala. Kalau si tinggi besar mempunyai ilmu untuk bertahan terhadap pukulan Han Peng Bian Ciang, bukankah ia akan mati konyol? Tapi memang adat Wie Hok Ong yang otak-otakan itu. Makin besar bahaya yang dihadapi, ia makin gembira. Ia menganggap bokongannya sebagai perbuatan yang kurang bagus, maka itu ia memasang kepalanya untuk menebus dosa.
Sementara itu si tokoh Kay Pang (Partai pengemis) sudah membuka karung itu dan mengeluarkan sesosok tubuh manusia yang berlumuran darah dan yang sudah mati karena pukulan Coe See Cit Sat Ciang. Mayat itu yang berpakaian compang-camping adalah mayat seorang pengemis. Entah mengapa dia berada di dalam karung dan menemui ajal secara mengenaskan.
Tak kepalang gusarnya si tokoh Kay Pang. Dengan mata merah, dia berteriak, "Bangsaat..." Ia tidak dapat meneruskan caciannya, sebab pada detik itu, selembar karung menyambar dan mau menelungkup dirinya. Cepat-cepat ia melompat mundur.
Di lain saat, seorang pendeta gemuk sudah berdiri di tengah ruangan sambil tertawa haha hihi. Dia bukan lain daripada Poet Tay Hweeshio Swee Poet Tek! Sesudah karung Kian Koen It Khie Tay dipecahkan Boe Kie, ia tak punya senjata yang tepat dan terpaksa membuat beberapa karung biasa sebagai gantinya. Meskipun ilmu mengentengkan tubuhnya tidak selihai Wie It Siauw, tapi karena tidak menemui rintangan, ia sudah tiba di Boe Tong San pada saat yang tepat.
Ia menghampir Thio Sam Hong dan sambil membungkukkan, ia memperkenalkan diri, "Yoe Heng Sian Jin Poet Tay Hweeshio Swee Poet Tek, orang sebawahan Thio Kauwcoe dari Beng Kauw, memberi hormat kepada Boe Tong Ciang Kauw Couw Soe Thio Cin Jin."
Guru besar itu membalas hormat dan berkata sambil tersenyum. "Tay Soe banyak capai. Terima kasih atas kunjunganmu."
"Thio Cin Jin," kata pula Swee Poet Tek dengan suara lantang. "Kong Beng Soe Cia, Peh Bie Kie Peh Bie Eng Ong, empat Sian Jin, lima Kie Soe, berbagai pasukan dari agama kami sudah mendaki Boe Tong San untuk menghajar kawanan manusia yang tak kenal malu itu, yang sudah menggunakan nama kami."
Boe Kie dan Wie It Siauw tertawa geli di dalam hati. Hebat sungguh "ngibulnya" Poet Tay Hweeshio. Tapi Tio Beng kaget dan berkuatir. Ia kira benar para pemimpin Beng Kauw sudah tiba dengan seluruh barisan. "Cara bagaimana mereka bisa datang begitu cepat? Siapa yang membocorkan rahasia?" tanyanya dalam hati.
Karena bingung, tanpa merasa ia bertanya, "mana Thio Kauw Coe mu? Suruh dia menemui aku."
"Thio Kauw Coe sudah memasang jaring untuk menjaring kamu semua," jawab Swee Poet Tek. "Orang yang berkedudukan begitu mulia mana boleh sembarangan menemui manusia seperti kau." Sambil berkata begitu, ia saling melirik dengan Wie It Siauw dengan sorot mata menanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Membunuh Naga (To Liong To / Heaven Sword and Dragon Sabre) - Jin Yong
Narrativa generaleMerupakan bagian terakhir dari Trilogi Rajawali, meski tokoh-tokoh utamanya tidak terhubung secara langsung dengan kedua bagian sebelumnya. Mengambil letar belakang cerita kurang lebih seratus tahun setelah kisah Kembalinya Sang Pendekar Rajawali. B...