Nata POV.
Sore ini aku masih berada di kantorku. Seharusnya aku sudah pulang sejak satu jam yang lalu. Namun karena pekerjaanku yang menumpuk membuatku terpaksa pulang telat.
Tak lupa aku memberitahu Alana mengenai hal ini. Namun sayang sedari tadi aku menghubunginya tidak pernah diangkat. Akhirnya aku memutuskan untuk memberinya kabar lewat sms.
Meskipun kami sedang bertengkar aku tidak mau merubah kebiasaanku untuk terus menghubungi istriku jika ada masalah.
Saat aku sedang termenung memikirkan sikap Alana yang tak kunjung membaik tiba-tiba terdengar suara dering dari smartphone-ku. Tanpa menatap layar aku langsung mengangkatnya.
"Hallo." Ujarku malas.
"Hey Capt! How are you? Dont you miss me huh?" Ujar suara di seberang sana.
"Ngapain lo hubungin gue? Apa? Kangen? Lo kali yang kangen sama gue." Balasku dengan nada sedikit lesu.
"Yeaaaah gue ngaku deh... gue kangen banget Capt sama lo! Gila, hari-hari penerbangan gue tanpa lo itu hampa banget. Garing." Semburnya masih bersemangat.
"Tapi gue ga kangen sama lo Bim. udah ah kalo Cuma omongan ga penting gue tutup aja." Balasku. Sejujurnya aku sangat merindukan partner terbangku ini. Namun karena terus memikirkan Alana aku sedikit tidak bersemangat.
"What's up Capt? Lo ada masalah? Kayanya lo lagi sedih deh." Tebaknya jitu. Sial, kenapa Bima selalu bisa menebak perubahan suaraku.
"What? Bima please dont make things up maaan. I'm fine okay?" Sungutku karena tidak suka langsung di sembur seperti itu.
"Ok, kalo gitu lo temuin gue sekarang juga. Gue ada di restoran deket kantor lo nih. Kalo emang lo lagi ga ada masalah. Temuin gue sekarang. Bye Capt!" Ujarnya langsung menutup sambungan telpon kami.
Shit. Bima lo mau ngapain sih? Bikin gue dongkol aja. Yang ada suasana hati gue sekarang makin ancur. Aku semakin mengacak-acak rambutku frustasi.
Tiba-tiba suara dering dari smartphone-ku terdengar lagi. Pasti Bima, tanpa melihat ke layar aku langsung mengangkat telpon tersebut.
"Bim iya oke gue bakal temui lo. Tapi please janga terror gue sama telpon ga penting lo. Just shut up okay?!" Bentakku sangat kesal dengannya.
"Ehm Nat maaf ini bukan Bima. Aku Alana. aku Cuma mau izin, untuk saat ini aku ga tidur di rumah. Aku menginap di suatu tempat. Tapi aku mohon kamu jangan mencariku. Jaga diri kamu baik-baik ya Nat. I love you." Klik. Sambungan terputus sebelum aku berhasil mengeluarkan suara. Aku tercengang saat mengetahui bahwa yang menelpon itu Alana.
Dan apa tadi? Katanya ia ingin pergi? Tapi kemana? Aaarrgghhh Alana kamu mau kemana sih?! Apa kamu masi belum bisa memaafkan aku Al? Batinku frustasi.
Dan tanpa terasa air mata sudah mengalir di pipiku. Aku bukan tipe pria yang cengeng oke. Terakhir kali aku menangis saat kelas 5 SD saat nenek dan kakek yang kusayangi meninggal dalam kecelakaan. Dan sejak saat itu aku sudah tidak pernah mengeluarkan air mataku. Sangat pantang bagiku melakukannya.
Namun saat ini berbeda. Ini mengenai Alana, istriku yang sangat aku cintai. Aku tidak sanggup jika ia pergi meninggalkanku. Memikirkannya saja aku tidak sanggup. Dan mengapa sekarang semuanya malah terjadi?
Aku terus merutuki perbuatanku tempo itu dan aku sangat menyesalinya. Aku terus mengucap sumpah serapahku pada perempuan ular itu!
"Shit, double shit!" Umpatku sambil berjalan keluar ruanganku untuk menemui Bima dan memintanya membantu mencari Alana.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Captain (COMPLETED)
RomanceWARNING!!! BEBERAPA BAGIAN PADA CERITA INI DI PRIVATE SECARA ACAK KARENA ADA ALASAN TERTENTU. Silahkan FOLLOW aku terlebih dahulu untuk mendapat part lengkapnya. Maaf untuk ketidak nyamanannya hehehe. Cerita masih acak-acakan (maklum pertama kali)...