Alana POV.
"Aaaaaaaaah, Nat sumpah ya suasana disini indah banget. Udaranya juga sejuk banget. Beda sama di Jakarta yang udah pengap. Ga sabar deh pengen muterin kebun teh." Ujarku sumringah saat sampai di pelataran parkir hotel yang berada di pinggiran perkebunan teh.
"Al kamu jangan kemana-mana oke. Tadi kamu mual-mual dan sekarang kamu bertingkah seperti tidak pernah terjadi apa-apa? Pokoknya kita harus terus stay di dalem hotel." Sahut Nata penuh dengan penekanan di akhir kalimatnya saat ia sedang menurunkan semua barang-barang bawaan kami dari mobil.
"Ah Nat masa gitu sih, aku gapapa kok. Tadi paling Cuma masuk angin doang, ini aja udah sembuh. Serius deh." Rungutku padanya sambil menarik-narik ujung kemejanya seperti anak kecil.
"No way honey. Sekali engga tetep aja engga. Pokoknya kamu harus istirahat dan nanti malam aku akan memanggil dokter untuk memeriksa kamu." Ujarnya tak terbantahkan sambil membawa koper kamu ke dalam lobby hotel dan aku hanya mengikutinya dari belakang sambil berdecak kesal. Huh nyebelin!
Saat memasuki lobby hotel, yang aku perhatikan pertama kali adalah interior ruangannya. Hum lumayan juga, untuk tipe hotel yang berada di pinggiran kota hotel ini tak kalah modern dan mewahnya dari hotel yang berada di tengah kota. Hanya bedanya saja hotel ini memakai konsep yang bertemakan perkebunan dan pegunungan yang sangat terlihat dari banyaknya tumbuhan hijau yang mengelilingi hotel ini. sangat cantik.
"Mba saya mau mengambil kamar yang dipesan sejak satu minggu yang lalu atas nama Nata Andriano Miller." Ujar Nata pada sang resepsionis hotel yang menatapnya dengan tatapan memuja. Huh dasar semua perempuan sama saja, selalu memandang lapar pada suamiku.
"Oh tunggu sebentar ya pak, saya cek dulu." Ujarnya dengan nada bicara yang dibuat semanis mungkin dan Nata membalasnya dengan senyuman.
"Nat berenti deh flirting gitu sama mba-mba resepsionis. Nyebelin banget sih." Sungutku saat melihat Nata dan mba resepsionis tadi sebal.
"What? Flirting? Oh God, kamu kenapa sih? Ga biasanya sensi kayak gini." Tanyanya sambil memutar kedua bola matanya.
"Ak..."
"Silahkan pak, ini keycard untuk kamar tipe suite atas nama Tn. Nata AM dan kalau ada lagi yang bisa kami bantu bapak hanya tinggal menghubungi kamu melalui pesawat telepon yang tersedia." Potong sang mba resepsionis saat aku mencoba membela diri pada Nata. Nyebelin!
"Terima kasih." Ujar Nata singkat dan langsung menarik lenganku mengikutinya.
"Kamu kenapa sih Nat nyebelin banget."
"Dan kamu kenapa sih Al sensian banget. Cukup ya hari ini aku ngerasain perubahan mood kamu yang tiba-tiba." Ujarnya sambil terus berjalan tanpa menatapku.
"What?" Tanyaku spontan dan langsung menghentikan langkahku. Nata yang menarikku mau tidak mau ikut berhenti juga.
"Maksud kamu apa?" Tanyaku lagi.
"Hari ini tuh mood kamu gampang berubah sayang. Contohnya aja tadi waktu di restoran, kamu seneng banget bisa kesana, tapi seketika sedih, terus seneng lagi, bahagia lagi, dan sekarang sensian. Kamu kenapa sayang?" Tanyanya lagi dengan nada khawatir.
"Aku ga tau kenapa aku kayak gitu. Tapi aku ga suka kamu genit-genitan sama mba-mba resepsionis tadi." Sungutku.
"Astaga Al genit gimana sih? Apa salah aku Cuma sekedar ngasih senyum buat formalitas doang huh?" Tanyanya jengkel.
"Ya kamu emang anggepnya Cuma sekedar senyum formalitas tapi siapa tau aja mba-mba tadi nganggepnya beda kan?"
"Astaga Alana what's wrong with you?? Whatevaaa" Geram Nata seketika langsung meninggalkanku dengan langkah panjangnya menuju lift dan aku hanya mnegikutinya dari belakang dengan perasaan campur aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Captain (COMPLETED)
Roman d'amourWARNING!!! BEBERAPA BAGIAN PADA CERITA INI DI PRIVATE SECARA ACAK KARENA ADA ALASAN TERTENTU. Silahkan FOLLOW aku terlebih dahulu untuk mendapat part lengkapnya. Maaf untuk ketidak nyamanannya hehehe. Cerita masih acak-acakan (maklum pertama kali)...