Prolog

159 20 34
                                    

"Kardus-kardusnya disusun yang rapi, ya. Biar enggak runtuh pas di jalan nanti, biar muat semua di satu mobil, gampang juga dikeluarinnya pas udah sampe nanti." Gadis dengan poni yang berantakan itu pun sibuk mengatur posisi kardus-kardus berisi barang yang akan dibawa ke suatu tempat.

"Iya, baweeel. Gue juga ngertiii." Salah satu lelaki yang sedang memasukkan kardus-kardus ke sebuah mobil pick-up bersungut-sungut karena diberi komando yang sebenarnya tidak perlu.

Para siswa SMA Chandra Kirana kini sibuk memasukkan barang-barang sumbangan yang akan dikirimkan ke sebuah panti asuhan milik keluarga dari salah satu siswa di sekolah tersebut, yaitu gadis yang sedari tadi sibuk memberi komando-komando tak perlu karena khawatir barang-barang tersebut tidak tertata dengan rapi dan akan menyusahkan ketika dibawa menuju panti asuhannya.

Sudah sejak lama OSIS bekerja sama dengan panti asuhan milik gadis tersebut dalam acara bakti sosial yang rutin diadakan setiap bulannya. Sebenarnya, keluarga gadis itu masih mampu membiayai kebutuhan hidup panti tersebut. Namun, dengan adanya bantuan tambahan seperti itu sangatlah meringankan kewajiban keluarga gadis itu dalam memenuhi kebutuhan panti. Gadis itu juga senang sekali karena masih banyak teman-teman satu sekolahnya yang berjiwa sosial dan mau menyisihkan sebagian barang mereka untuk disumbangkan kepada anak-anak panti asuhan yang lebih membutuhkan.

"Hehe, maaf deeehhh... Kan, biar barangnya aman dan selamat sampai tujuan, gitu... Eh, berat ya? Sini, sini, gue bantuin."  Si perempuan ikut membantu siswa-siswa pengurus OSIS untuk memindahkan kardus-kardus berisi barang sumbangan dari teman-teman sekolahnya yang masih tertumpuk dengan bebasnya di lapangan menuju ke mobil pick-up.

"Eitttsss, udah, udah. Biar angkat-angkat gini urusan cowok aja." Gerakan gadis tersebut terhenti ketika salah satu pengurus OSIS memintanya untuk tetap diam dan tidak ikut campur masalah angkut-mengangkut barang.

"Yah, terus gue kerjaannya apaan, dong? Masa gue nganggur doang, sih?" Gadis yang memang pada dasarnya tidak bisa diam itu merasa kesal karena ia tidak diperbolehkan ikut turun tangan.

"Ya udah, lo kan si bos, kerjaan lo ngatur-ngatur posisi barangnya aja, deh."

"Yeee, lo gimana, sih? Tadi pas gue nyuruh-nyuruh, dibilang bawel. Bantu angkat-angkat juga enggak boleh. Eh, sekarang disuruh nyuruh-nyuruh lagi. Labil, dehhh."

"Ya abis, komando lo barusan itu enggak mutu banget. Enggak usah diperintahin, kita-kita juga otomatis ngerti, kok."

"Iya, iya, gue ngerti sekarang. Ya udah, kardus yang besar di taruh di bagian bawah agak ketengah. Nanti, kardus yang lebih kecil di taruh di sebelah pinggir aja." Gadis itu pun kembali mengatur posisi barang-barang tersebut dengan sibuknya, sementara para siswa yang lain hanya menghela nafas dan mau tidak mau mengikuti arahan dari gadis berponi berantakan itu.

----------------------------

a.n: Belum ngerti ya ini ceritanya tentang apa? Prolog kurang menjelaskan isi cerita? Terlalu pendek? Hehe, maaf kalau begitu. Tapi jangan kabur dulu! Kalian bisa liat cuplikan tentang cerita ini di multimedia biar lebih jelas. Disitu ada trailer dan visualisasi yang menggambarkan tempat-tempat yang akan dibahas di dalam cerita ini. Semoga membuat kalian tertarik untuk membaca cerita baruku ini, ya! Please read, comment, dan vote cerita ini yaaa ;)

-Dy

Dear SeattleWhere stories live. Discover now