Part 5

514 65 4
                                    

*******

Namun, belum lama setelah ia selesai berdoa. Terdengar suara petir menggelegar.

Duarrr!!!

"KIM BUMMM!!!!!"

-

-

Joong Ki dan Chae Won terbangun mendengar jeritan So Eun. Mereka segera berlari mengampiri So Eun. Terlihat So Eun duduk meringkuk di pojok ranjangnya. Ia terisak, terlihat dari bahunya yang bergetar. Chae Won menenangkan So Eun. Ia memeluk So Eun erat, ia tahu adiknya takut dengan petir. Hal ini selalu terjadi jika So Eun mendengar suara petir.So Eun menangis dipelukan kakaknya. Disaat seperti ini hanya tangislah yang bisa membuatnya tenang.

Hampir satu jam So Eun menangis, karna memang hujan belum reda juga petir terus saja menyambar, tak ada tanda – tanda hujan akan segera berhenti. Kakaknya masih setia menemaninya. So Eun memang terlihat kuat, bahkan tak terlihat menyimpan beban. Namun siapa tahu, seorang Kim So Eun memiliki trauma yan belum sepenuhnya sembuh dari dirinya. Itulah salah satu alasan selama ini kedua kakaknya tak mau melepasnya pergi sendirian. Adiknya benar – benar rapuh.

"Eonnii..Hiks hiks hiks.. Igeo wae?? Kenapa belum hilang?? Aku takut..." Chae Won hanya bisa memeluk So Eun makin erat. Ia tahu trauma ini tak akan pernah hilang. Bagaimanapun caranya, ia hanya bisa menenangkan So Eun saat traumanya kambuh. Joong Ki menatap adiknya sendu, ia tak menyangka trauma ini masih menyarang di adiknya selama bertahun – tahun.

**

Kim Bum sedang berlari di padang rumput atas bukit. Meski, saat ini malam hari ia tetap berlari dengan senyum mengembang di wajahnya. Ia mengejar seseorang. Seorang gadis memakai gaun putih selutut manis beralri mengindari Kim Bum yang mengejarnya. Ia tertawa mengejek karna Kim Bum tak bisa menangkapnya.

Kim Bum yang tak terima, segera melajukan larinya. Gadis itu menjerit. Bukan menjerit ketakutan, tapi ia senang. Benar – benar senang. Kim Bum bahagia melihat tawa gadis yang sedang ia kejar. Gadis itu Kim So Eun. Seorang Kim So Eun yang sangat cantik, tanpa kurang satupun di tubuhnya.

Mereka berlari di padang rumput di atas bukit yang luas. Dengan cahaya bulan dan bintang yang menyinari mereka. Senyum dan tawa tak henti – hentinya terukir manis di wajah mereka. Mereka benar – benar menikmati suasana saat ini, tak memikirkan apapun lagi. Seakan – akan tak akan ada hari esok yang bisa seperti ini. Tak peduli dengan apa yang akan terjadi nanti.

Tiba – tiba So Eun berhenti berlari, Kim Bum pun sontak juga berhenti. Ia mengatur nafasnya, ia menatap So Eun dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajah tampan seorang Kim Bum.

"Kim Bum berhenti disitu," Senyum Kim Bum luntur seket mendengar penuturan So Eun. Ia mematung. Ia menatap manik mata So Eun seolah bertanya apkah ada sesuatu yang terjadi.

"jangan bergerak. Tetap diam disitu." Lanjut So Eun. So Eun tiba – tiba menagis. Kim Bum ingin memeluk gadis itu, tapi So Eun terus menyuruh Kim Bum diam ditempat. Mau tak mau Kim Bum diam sambil menatap nanar gadis di depannya itu.

"Berjanjilah kau akan selalu tersenyum untukku.." So Eun tersenyum, ia berhenti menangis. Kim Bum tak tahu apa yang ada dipikiran gadis itu. Ia mengangkat jari kelingkingnya. Menandakan bahwa ia siap berjanji pada So Eun. Entah apa yang terjadi nanti, ia hanya inin tetap bersama gadisnya itu. Kim Bum tersenyum. Meski hanya senyum palsu, setidaknya ia ingin So Eun tak khawatir pada dirinya.

Tiba – tiba tanah di sekitar mereka bergetar, mirip seperti gempa. Tanah di belakang So Eun longsor, Kim Bum berlari. Jarak antara dirinya dengan So Eun tiba – tiba seperti terasa sangat jauh. Saat ia hampir menggapai So Eun, gadis itu jatuh. Jatuh ke longsoran tanah di depan Kim Bum. Kim Bum berhenti, ia jatuh terduduk.

ONE REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang