Part 12

621 63 12
                                    

Buat yang minta update cepet, sorry nih belum bisa dari kemaren..

Derita anak kelas 9 tu ya giniii.. 

Biar inget, aku saranin baca dulu deh part sebelumnya biar inget..

*****

Kim Bum masih berjalan sambil melihat kanan kiri. Sudah 30 menit dia berkeliling, tapi dia belum menjumpai rumah yang disewanya. Ini pertama kalinya dia kemari, maka dari itu sedikit membingungkan untuknya. Ada rasa sesal saat mengingat penawaran Chae Won tadi. Perempuan itu ingin mengantarnya, namun dengan lembut Kim Bum tolak. Chae Won sudah membantunya banyak hari ini, ia tak ingin menyusahkan kakak ipar So Eun itu.

"Permisi, apa kau mencari sebuah rumah sewa di daerah sini?" Tiba – tiba seorang nenek tua menghampiri Kim Bum. Nenek itu curiga karna melihat Kim Bum yang sadari tadi celingukan. Ia sudah terbiasa melihat orang yang datang kemari selalu kebingungan mencari rumah sewa, karena itulah nenek itu menyimpulkan Kim Bum sedang mencari rumah sewa.

"Ah, ne halmeoni. Bisa kau tunjukan rumahnya?" Nenek itu mengangguk mengerti. Segera ia berjalan mendahului Kim Bum. Kim Bum tersenyum lega, ia mengikuti arah nenek itu berjalan.

**

Kim Bum mengucapkan terimakasih pada nenek yang mengantarnya tadi. Setelahnya ia segera masuk ke rumah yang disewanya. Memang tak terlalu besar dan cukup sederhana rumah ini. Tapi, Kim Bum sudah bersyukur ia bisa tinggal di sini.

Kim Bum mulai membereskan rumah kecilnya. Ia meletakkan tasnya dan berbaring di lantai rumah yang dingin. Ia menatap langit rumah sambil tersenyum. Sejujurnya, ia sedikit resah untuk hari esok. Kim Bum berpikir, akankah esok ia akan baik-baik saja seperti hari ini. Hari ini ia beruntung bertemu dengan Chae Won dan So Eun. Namun, untuk besok? Apa ada jaminan bahwa ia akan baik-baik saja?

Kim Bum menutup mata sejenak, menghembuskan nafasnya kasar. Ia bangkit dan berjalan keluar rumah. Terlihat hiruk pikuk kota Seoul yang sangat ramai. Busan sama ramainya dengan Seoul. Bedanya, ia di Busan memiliki tempat untuk berlindung. Dan di sini, ia sendiri juga ia sudah terbiasa di Busan. Sedangkan, ini kali pertama ia menginjakkan kakinya di ibukota negara tercintanya. Rasanya sedikit asing.

Bagaimanapun juga, Kim Bum sudah memutuskan. Memutuskan untuk mengambil jalan ke arah yang mengaharuskannya tinggal di kota sebesar ini sendiri. Dan itu harus berlanjut sampai akhir. Tak ada kata menyerah dalam kamusnya. Senyum itu merekah kembali.

Aku yakin, Tuhan memiliki rencana baik untuk esok hari. Selamat memulai hal baru Kim Bum.

**

"Hyun Ji-ya, kau baik – baik saja?" Nam Ahjumma mendekati Hyun Ji yang sedang duduk termenung di teras panti. Sejak kepergian Kim Bum tadi pagi, gadis kecil itu menjadi sering melamun dan duduk menyendiri. Hal itu membuat Nam Ahjumma khawatir akan keadaan Hyun Ji.

Hyun Ji tersadar dari lamunannya dan tersenyum melihat Nam Ahjumma mendekatinya dan duduk di sebelahnya. "Aku baik – baik saja."

Tersirat rasa sedih saat Hyun Ji mengucapkan kalimat singkat itu dan Nam Ahjumma dapat menagkapnya. Nam Ahjumma bingung, ia tak tahu harus melakukan apa untuk menghibur Hyun Ji. Ia sedikit sibuk mengurusi anak – anak lain sehingga tak memiliki banyak waktu untuk berdua bersama Hyun Ji seperti ini.

"Oppa-mu pasti baik – baik saja. Ahjumma yakin akan hal ini."

"Aku juga."

Nam Ahjumma menyandarkan kepala Hyun Ji pada bahunya. Ia mengelus rambut Hyun Ji pelan, ia tahu Kim Bum sering melakukannya pada Hyun Ji. Setitik air mata meluncur tanpa sadar dari pelupuk mata Hyun Ji. Dia tak tahu harus bagaimana lagi, dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk merelakan Kim Bum pergi. Namun, rasanya sama. Ini terlalu sulit.

ONE REASONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang