Orang Asing

34 10 0
                                    

By : fangirllabilfandom

-*-

Alona menatap raksasa itu dengan jantung berdebar. Bagaimanapun juga, ia harus melawannya. Ia harus mampu. Insting bertahan hidupnya mulai bekerja. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Ia berharap mendapatkan sesuatu yang bisa ia pakai untuk mengalahkan makhluk di depannya.
Seiring dengan Alona yang tengah sibuk sendiri, makhluk itu berjalan mendekati Alona. Sadar nyawanya mulai terancam, Alona berteriak dengan sangat kencang menyebabkan makhluk di depannya berhenti bergerak.

"Jangan mendekati seorang gadis yang belum menikah dasar makhluk bodoh!" Alona memikirkan apa hubungan perkataannya dengan situasi sekarang. Entahlah, dia hanya mengatakan apa yang ada di pikirannya. Mungkin Alona ingin segera menikah.

"Aku tidak punya senjata! Jadi, kamu tak boleh menyerang! Ada kata-kata mutiara yang isinya adalah 'jangan melawan yang lemah, lawanlah yang sebanding denganmu'!"
"Kamu ga buta, 'kan? Kamu lihat 'kan aku tak punya senjata?!"
Alona terus menerus berkata tak jelas. Dan makhluk itu terus menatap Alona dengan pandangan aneh.
"Ayolah.. aku masih ingin menikah. Kumohon jangan bunuh aku, ya? Ya? Ya?"
Tak menghiraukan permohonan bodoh Alona, makhluk itu kembali bergerak.
"Sudah kubilang untuk menyerah saja bodoh!" Alona berlari dengan panik. Ia berusaha mencari benda-benda tajam di sekitarnya. Makhluk itu semakin mengikis jaraknya dengan Alona. Tangan makhluk itu berusaha meraih Alona..

Namun,

Alona meraih ranting di bawah kakinya dengan cepat dan menusukkannya pada telapak tangan makhluk di depannya. Beruntung, yang dikenai oleh Alona adalah tempat gem berada. Makhluk itu mengeluarkan suara memekakkan telinga kemudian menghilang bersama embusan angin.

"Haah..haahh.. aku selamat. Mama! Aku selamat!" Alona duduk di tanah dengan kepala menengadah ke langit. Perasaannya sangat lega. Akhirnya ia berhasil mengalahkan musuh.
"Hei nona, apa yang sedang kamu lakukan di sini?"
Alona tersentak kemudian menoleh ke sumber suara dengan cepat.
"Eh?" Alona merasa tak percaya kalau ada orang selain dia yang hidup di dunia aneh ini.
"Hari sudah larut. Sebaiknya kamu pulang. Di sini berbahaya. Di mana kamu tinggal?"
Alona masih terpaku. Ia membisu. Kata-katanya tertahan di tenggorokannya.
"Apa kamu sakit? Mukamu pucat."

Orang ini berjongkok di hadapan Alona. Wajahnya diterpa cahaya bulan yang sangat terang malam ini. Ia... tampan.. hehe. Itulah pikiran Alona.

"Aku.. aku tidak tahu. Aku tiba-tiba berada di sini." Akhirnya Alona berani membuka mulutnya.
Lelaki di depannya meraih gem berwarna keemasan yang tergeletak di tanah.

"Ini milikmu? Apa kamu seorang pemburu?"
"Aku, tidak, aku tidak. Aku bukan seorang pemburu. Aku tidak sengaja bertemu makhluk aneh yang tiba-tiba menyerangku. Dan beruntung aku bisa selamat."
"Kamu telah bertemu Quale, ya."
"Quale..? Apa itu? Apa itu makanan?"
Laki-laki di depannya tertawa. "Kamu lucu ya.."
"Eh?" Rasa panas menjalari pipi Alona.
"Quale adalah makhluk yang berkeliaran di dunia ini. Terutama di daerah hutan seperti ini. Mereka memiliki gem di dalam tubuh mereka."
"Kalau soal gem, sih, aku sudah tau kok. Aku ingin tau di berasal dari mana dan apa tujuannya menyerang orang-orang."
"Soal itu.." Orang ini menatap jauh hamparan rumput di hadapannya.

Alona menunggu jawaban dengan perasaan tak menentu. Rasanya seperti sedang menyatakan perasaan pada orang di depannya.

"Sebaiknya kamu pulang dulu." Orang ini bangkit berdiri diikuti dengan Alona yang ikut-ikutan berdiri juga.
"Aku tidak punya tempat tinggal."
"Eh? Jangan bilang kamu dibuang juga ke sini."
"Juga? Berarti.."
"Ya.. aku budak kerajaan yang di buang ke sini."
Budak saja sudah tampan begini. Begitulah pikiran Alona kini.
"Budak kerajaan?"
"Ya.."
Untuk pertama kali dalam hidupnya ia merasa bersalah karena dilahirkan dari darah daging Raja.
"Maaf ya." Alona berbicara dengan lirih. Tapi karena embusan angin yang cukup kuat, suaranya jadi tenggelam.
"Apa? Kamu berbicara apa?"
"Ah? Engga, kok." Alona menggerak-gerakkan telapak tangannya naik turun sedangkan tangan yang satunya ia gunakan untuk mengelus-elus tengkuknya.
"Jadi, ke mana tujuanmu sekarang?"
"Entahlah. Aku sepertinya harus mencari temanku yang menghilang."

30 Days Before DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang