The Witch

41 7 0
                                    

By : fangirllabilfandom

-*-

Seseorang berkuda terlihat mendekat.
Seiring dengan gerakan kaki kuda yang mendekat, Alona menelan ludahnya.

15 meter..
Alona menggenggam tangan Rosé dengan kuat.

10 meter..
Alona menahan napasnya. Ia benar-benar panik. Jantungnya berdetak dengan kencang.

5 meter..

3 meter..

2 meter..

"JANGAN MENDEKATTTTTT!!!!!"

*.*

Alona menutup matanya dengan kedua telapak tangannya.
Beberapa saat kemudian badannya diguncang-guncangkan oleh seseorang.

"Si-siapa?!"
"Harusnya aku yang bertanya kau siapa. Kenapa kau bisa bergaul dengan penyihir?!"

Alona perlahan menengadahkan kepalanya. Walau dia sudah sekuat tenaga menyipitkan matanya, namun sinar matahari terlalu terik. Akibatnya ia tak dapat melihat dengan jelas siapa pemilik deep voice di hapadannya.

"Enak saja kau mengatai Rosé itu penyihir!"
"Apa kau baru di sini?" Dia berjongkok di depan Alona.
"Aku tidak bisa berbicara dengan orang asing." Alona memalingkan wajahnya ke kiri.
"Apa kau tidak tahu siapa aku?"
"Aku hanya tahu kenyataan bahwa kau adalah orang asing."

Orang di hadapannya tertawa dengan renyah. Alona hanya mengernyitkan dahinya heran. Sebenarnya apa yang lucu? Receh sekali dia.

"Aku adalah Raja di sini. Dan dia.." Orang itu menunjuk Rosé. "Adalah penyihir."
"Raja? Di dunia aneh seperti ini ada juga sistem kerajaan?" Alona berbicara dengan sinis.
"Kau meremehkan kerajaan kami?"
"Kalau aku bilang iya?"

Orang di depan Alona yang mengaku sebagai Raja itu, menggerakan tangannya dari kiri ke kanan di hapadan mata Alona. Gesturnya seperti sedang menghapus noda pada kaca mobil yang berdebu. Seperti sihir, Alona dapat melihat visualisasi sebuah kerajaan yang megah dengan kastil putih yang mewah dan rangkaian bunga tulip pink yang melilit tiang-tiang penyangga bangunannya. Alona juga melihat jembatan kayu yang di bawahnya mengalir sungai dengan air sangat jernih terbukti dengan terlihatnya ikan-ikan berwarna-warni dari permukaan. Alona kemudian melihat hamparan rumput hijau yang luas dengan bunga yang cantik. Alona melihat tangga melingkar yang megah dengan batu marmer yang menyusunnya. Alona juga melihat lampu raksasa yang menggantung di atas ruangan dan karpet merah dengan benang emas yang terhampar melindungi batu granit di bawahnya.

Clap.

Suara sebuah tepukan tangan menghancurkan semua visualisasi di depannya.
Dengan kesal, Alona menatap orang di depannya dengan alis berkerut tajam.

"Sudah pecaya padaku?"
"Setengahnya." Alona menjawab dengan acuh. "Sekarang buktikan padaku kalau Rosé adalah penyihir."
"Dasar menyusahkan."

Suata petikan jari dari orang di depan Alona membuat Alona dapat merasakan visualisasi nyata seperti sebelumnya.
Tapi kali ini lebih mengerikan dari sebelumnya.
Alona melihat sebuah bangunan tua yang hampir rubuh dengan sarang laba-laba memenuhi dinding dan langit-langitnya. Tiba-tiba fokus beralih ke sebuah aula dengan banyak orang di sana memakai jubah hitam-merah yang aneh. Mereka seperti mengucapkan sesuatu dan..
Pemandangan mengerikan terlihat di hadapan Alona.

30 Days Before DeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang