Part 8

59 15 10
                                    

Dia bilang apa?! Adik?! Sumpah demi apa?! Wait, kenapa gua ga yakin ya? Kenapa juga batin gua banyak omomg?! Kayak cewek tau ga?! 

Darel seperti orang gila. Bicara dan marah-marah ga jelas sama batinnya sendiri. Tapi semua itu semata-mata untuk mencari cara agar tidak malu.

"Walaupun dia adik lo, bukan ga mungkin kan kalo seandainya lo sister complex dan ngancurin rencana gue?" mulut sialan, eh, biarin deh, daripada malu, lagi-lagi Darel berdebat dengan batinnya.

Arfan malah tersenyum sinis. "Omongan lo nunjukin seakan-akan lo ga mau kehilangan dia."

Darel kelimpungan. Dia bingung mau jawab apa, satu-satunya cara adalah...

"Terserah lo Fan." Darel beranjak untuk pergi. Belum cukup jauh ia melangkah, suara Arfan kembali terdengar. Darel berhenti di tempatnya.

"Kalo lo beneran berenti mainin Vara, mungkin akan gue pertimbangin lo untuk deket sama dia." Jujur, sebenarnya Arfan sedikit tidak rela mengucapkan kalimat itu, tapi mau bagaimana, mungkin sudah saatnya untuk move on.

Sementara itu, Darel kembali melanjutkan langkahnya. Mungkin sudah saatnya untuk tobat menjadi player.

•••••

Vara mempercepat gerakan tangannya untuk menulis catatan. Bel istirahat sudah berbunyi sejak tadi, bahkan Lisa sudah berpamitan keluar sejak tadi. Jujur saja, perut Vara kali ini benar-benar keroncongan.

"Vara." Merasa terpanggil, Vara mendongakkan kepalanya. Darel, kepala pria itu menyembul di ambang pintu kelas. Vara mendengus.

Kenapa keturunan voldemort itu muncul di saat yang ga tepat sih ?! Kesalnya dalam hati.

Vara mengacuhkannya. Dia kembali berkutat pada pulpen dan catatannya. Darel tak terima, tentu saja. Dia masuk ke dalam kelas dan duduk di depan Vara.

"Eh, itu Kak Darel bukan sih?"
"Iya, mana ganteng banget lagi,"
"Kemaren gue liat Vara sama Kak Arfan, kok sekarang deket sama Kak Darel sih?"
"Ih, baru kelas 10 aja udah genit."

Dan masih banyak yang lainnya...

Vara masa bodo dengan ucapan teman sekelasnya itu. Vara itu ga baper kok.

Vara mendongak untuk melihat tulisan di papan tulis dan menyalinnya di buku, namun karena di depannya ada Darel ia tak bisa melihat. Ia berdiri, Darel juga berdiri, menyebalkan bukan?

"Ck, misi kek, lo ganggu." Vara berusaha untuk mendorong tubuh Darel ke arah samping. Tapi apa daya, Vara itu perempuan.

"Darel!!" teriaknya. Masa bodo dengan siswi lainnya yang kini menatapnya tajam.

"Apa?" seperti biasa, Darel terlalu santai.

"Gue mau nulis!" Vara masih bertahan pada nada tingginya.

After Sunset [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang