Part 10

46 14 9
                                    

"Ra, balik yuk." ajak Arfan.

Vara yang tengah asyik mengkhayal di pundak Arfan kini kembali kepada kenyataan. Ia mengangkat kepalanya kembali.

"Ayok." Vara sendiri juga sebenarnya sudah lelah.

Mereka bangkit dari posisi mereka. Matahari memang sudah sedikit meninggi. Beruntung hari ini tidak terlalu panas. Beberapa orang yang ada di taman untuk joging juga mulai meninggalkan area taman tersebut.

Jika tadi pagi Vara dan Arfan berlari menuju taman, tidak untuk kali ini. Mereka memilih berjalan santai untuk pulang ke rumah. Mereka sudah terlalu lelah untuk berlari. Bisa dilihat dari keringat yang bercucuran di kening dan pelipis mereka.

Saat sampai di depan rumah, mereka terlihat bingung dengan mobil berwarna silver metalic yang terparkir di teras rumah. Mereka memandang satu sama lain seolah mengatakan ada tamu? Siapa?

Arfan menggerdikan bahunya. "Kita liat aja." Ia masuk terlebih dahulu diikuti Vara di belakangnya.

Di ruang tamu mereka mendapati siluet lelaki yang sangat mereka kenali. Dua aura yang berbeda terpancar dari wajah Vara dan Arfan.

Arfan lebih dahulu mendekati lelaki yang menjadi tamu di rumahnya tersebut. Ia duduk di sofa yang berhadapan dengan lelaki tersebut.

"Dari tadi Rel?" tanya Arfan membuka pembicaraan. Sekedar basa-basi untuk menutupi perasaan yang sesungguhnya.

Darel yang sedari tadi tengah menyapu pandangannya ke seluruh ruangan, kini menoleh pada Arfan. "Lumayan sih."

"Eh, sorry, tadi gue sama Vara abis joging, lo kenapa ga nge-chat aja?" jelas Arfan sekaligus bertanya. Biarpun tidak begitu suka dengan kehadiran Darel, Arfan harus tetap menjaga etika. Darel adalah tamu.

"Selaw Fan, eh, gue ada perlu sama lo." ucap Darel sambil menatap Vara yang duduk tepat di samping Arfan. Seakan memberi isyarat kepadanya.

Vara yang cukup mengerti dengan usiran halus tersebut bangkit dari duduknya. Terbesit perasaan kepo dalam benaknya kali ini.

Ia pun berjalan ke arah belakang. Hendak naik ke atas, tetapi pikirannya memerintahkan untuk tetap berada di balik tembok yang membatasi tangga dan ruang tamu. Akhirnya Vara mengikuti pikirannya.

Vara sedikit mengintip ke arah ruang tamu dan memasang telinganya baik-baik. Namun belum sempat ia mendengar pembicaraan dua laki-laki itu, sebuah suara menghancurkan rencananya.

"Naik Ra, emang kamu mau denger rahasia cowok?" ucap Arfan yang membuat Vara bergidik ngeri. Dia batalkan niatnya yang tadi. Membayangkan tentang obrolan dua lelaki tentang sesuatu yang... Arrrgghh, membayangkannya saja sudah ngeri sendiri. Ia mempercepat langkahnya untuk naik ke atas.

Sementara itu di ruang tamu, Arfan tersenyum miring dan Darel tertawa puas. "Gila lo Fan." ucapnya.

"Udah biasa begitu mah." ucap Arfan dengan bangganya. "Jadi, 'perlu' apa yang lo maksud?" sambungnya.

"Lo tahu kan selama ini gue gimana? Player, cewek di sana-sini, dan ga pernah serius sama yang namanya cewek." Ucap Darel.

Arfan mengangguk-anggukan kepalanya. "So?"

"Gue mau berubah. Gue mau stop jadi player dan serius sama satu cewek." ucapan Darel membuat perasaan Arfan menjadi sedikit tidak enak. Ia sudah sedikit paham ke mana arah pembicaraan sohibnya itu.

"Maksud lo?" tanya Arfan seolah tak mengerti arah pembicaraan Darel.

Darel menarik napasnya dalam-dalam, persis seperti yang dilakukan Vara saat curhat tentang perasaannya kepada Darel tadi malam. Jika kalian menyangka Darel yang gugup dalam hal ini, kalian benar, tetapi ada yang lebih gugup daripada Darel. Dan itu adalah Arfan.

After Sunset [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang