Part 7

59 17 25
                                    

Urusan hati itu udah ada yang ngatur. Kita ga boleh ikut campur. Cukup jalanin sesuai alur.

•••••

Vara Pov

Sekarang aku sedang berada di rooftop rumah. Posisiku saat ini tengah berbaring di atas tikar sambil menatap langit. Sunset memang telah berakhir sejak beberapa jam yang lalu, tapi aku enggan masuk ke dalam rumah, lagipula aku sudah belajar sejak pulang sekolah tadi.

Langit malam ini cukup bersahabat. Bintang-bintang pun bertaburan dengan indahnya. Aku menutup mataku. Baru beberapa menit aku mendengar suara nyanyian. Aku sangat mengenal suara ini dan dia menyanyikan lagu favoritku. Suaranya bagus. Walaupun tak sebagus suara Chris Martin sang vokalis, aku tetap menyukai suaranya.

Cause you're a sky, cause you're a sky full of stars
I'm gonna give you my heart

Aku membuka mataku dan mendapati Kak Arfan tengah berbaring di sampingku. Matanya juga terpejam. Selanjutnya ia melanjutkan nyanyiannya.

Cause you're a sky, cause you're a sky full of stars
Cause you light up the path

Kak Arfan membuka matanya. Ia menolehkan pandangan kepadaku. Mata birunya bertubrukan dengan mataku.

"Kok gak dilanjutin?" tanyaku. Bukannya menjawab ia malah mengalihkan pandangannya ke langit.

"Berasa ngomong sama patung." gerutuku pelan. Aku yakin dia masih bisa mendengar, buktinya dia tertawa kecil.

Kak Arfan merubah posisinya menjadi duduk. "Aku nyuruh kamu bawa jaket buat dipake biar gak kedinginan, bukan buat bantalan."

Aku hanya nyengir kuda mendengar ucapannya. Aku memang menjadikan jaket yang aku bawa sebagai bantal. "Terus kalo jaketnya aku pake, aku bantalannya pake apa dong?"

Kak Arfan terdiam sebentar. "Bangun dulu deh."

Aku mengikuti ucapannya. Kini posisiku sedang berdiri. Ku lihat Kak Arfan juga ikut berdiri. Dia mau apa ya?

Kak Arfan mengambil jaketku dan menyuruhku memakainya. Aku menuruti ucapannya. Ku lihat dia menggeser tikar lebih merapat ke dinding dekat pintu rooftop.

"Kok digeser?" tanyaku bingung.

Kak Arfan tidak menjawab. Dia malah duduk menyender di dinding dan meluruskan kakinya.

"Sini." dia menepuk-nepuk pahanya sendiri. Ya, aku paham. Aku mendekat ke arahnya. Aku kembali berbaring dengan menjadikan pahanya sebagai bantal.

"Jangan sampe ketiduran ya." ucapnya.

Aku mengerutkan dahi. "Kenapa?" tanyaku.

"Kamu itu udah gede Ra, badan kamu tambah berat." Aku mengerucutkan bibirku. Dia malah tertawa. Terkadang Kak Arfan memang nyebelin.

•••••

"Kakakkkkk......." teriakanku di pagi hari menggelegar seantero rumah.

Aku melihat Kak Arfan di depan rumah menggeleng-gelengkan kepalanya karena ulahku. Dia sudah siap berangkat dengan motor besarnya.

Aku berlari menuju Kak Arfan. Saat sudah berada di depannya, aku mengatur terlebih dahulu napasku yang sudah ngos-ngosan. "Aku bareng ya."

"Kemarin katanya mau berangkat sendiri."

After Sunset [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang