Giving

35 14 12
                                    

[Giving | Januari | Aliyand]

"Kita mau kemana, Raf?" tanya Adila saat Rafif mengajaknya untuk masuk ke dalam mobil sore itu.

Rafif tersenyum menatap Adila sebentar lalu menyalakan mesin mobilnya. "Aku mau ajak kamu ke suatu tempat."

Adila sempat berpikir, lalu tersenyum. "Mau belanja ya? Diskon tahun baru!"

Rafif tertawa. "Aku udah belanja." Mata Rafif melirik bangku penumpang di belakang. Diikuti Adila yang terkejut melihat setumpukan kardus disana.

"Kamu mau jualan?!" Pekik Adila kaget.

"Belum seberapa, di bagasi masih ada."

Jelas mata Adila terbelakak setelah Rafif berkata seperti itu. "Kamu mau ngapain Raf? Belanjaan buat siapa?"

Rafif belum menjawab pertanyaan Adila, ia malah fokus menyetir mobil. Membuat pertanyaan besar dalam benak Adila.

Mobil Rafif kini memasuki sebuah halaman besar, memarkirkan tepat di depan rumah besar bernuansa rumah adat joglo. Adila melihat sekeliling dari dalam mobil, menyeritkan dahinya heran, asing dengan tempat ini.

Rafif yang melihat tingkah laku Adila itu menyunggingkan senyumnya. "Kenapa?"

Adila menoleh, menatap Rafif. "Ini rumah siapa?"

Masih tersenyum, Rafif menjawab. "Saudara-saudaraku."

"Kita mau rayain tahun baru bareng saudara kamu?"

Rafif tidak menjawab. Dia malah keluar dari mobil ketika ada seorang yang menghampiri mereka.

"Barang-barang ada di belakang, Pak. Bisa diambil sekarang." Adila samar-samar mendengar ucapan Rafif setelah mereka bertukar sapa.

Adila masih diam di mobil. Tidak mengerti apa maksud Rafif membawanya kemari. Ada tiga orang yang kini tengah mengambil barang dari mobil Rafif, salah seorang menyapa Adila. Adila pun hanya membalas sekenanya.

"Kamu ngga mau turun?" Rafif bertanya. Adila menghelah napasnya. Lalu turun mengikuti perintah Rafif.

Mata Adila menatap ke sekeliling rumah besar itu. Sepi. Hanya ada taman kecil serta halaman luas yang mampu menampung lebih dari tiga puluh mobil.

Panti Asuhan As'ad

Begitulah tulisan yang terpampang di papan kayu yang berdiri tegak dekat lampu taman. Adila sempat tertegun membacanya. Panti asuhan?

"Saudaramu, ada yang tinggal disini?" Adila bertanya hati-hati. Takut menyakiti hati Rafif.

Rafif tersenyum mendengar Adila bertanya. "Mereka yang tinggal disini, saudaraku."

Adila masih tidak mengerti mengapa Rafif berkata seperti itu. Tapi Rafif yang melihat kebingungan Adila segera menarik tangan Adila lembut. Mengajaknya untuk masuk kedalam.

"Rafif!"

Rafif tersenyum kala seorang wanita meneriaki namanya. Ia menghampiri wanita itu. Disusul Adila yang masih menggenggam tangan Rafif.

"Assalamualaikum, Ibu," salam Rafif lalu mencium tangan Ibu. Adila pun tersenyum, melakukan hal yang serupa.

"Wa'alaikumsalam. Wah, sama siapa Raf?"

Rafif tersenyum. "Ini Bu, calon istri."

Adila memukul bahu Rafif pelan. Lalu tersenyum canggung. "Saya Adila, Bu."

"Oh, Adila. Namanya cantik, seperti orangnya." Adila hanya tersipu mendengar pujian dari Ibu.

"Oh iya Bu, anak-anak ada di dalam?"

Ibu mengangguk. "Langsung masuk aja yuk, anak-anak udah nunggu." Rafif dan Adila pun mengikuti Ibu yang jalan lebih dulu.

"Anak-anak, Kak Rafif sudah datang," suara Ibu yang terlampau keras itu sontak membuat kebisingan di aula menjadi sepi. Anak-anak yang tadi sedang bermain, seketika berhenti melakukan aktifitasnya. Namun, kericuhan itupun kembali datang setelah Rafif masuk bersama Adila."

Anak-anak berteriak senang melihat kedatangan Rafif, juga bertanya-tanya siapakah perempuan yang bersama Rafif. Rafif pun menjelaskan, membuat anak-anak paham. Rafif menghabiskan waktunya untuk bertukar kabar dan bercerita ringan dengan anak-anak dan Ibu panti.

"Ini perayaan tahun baru kamu?" tanya Adila saat mereka menyingkir dari anak panti yang tengah memainkan mainan dari Rafif.

Rafif tersenyum mendengar ucapan Adila. "Aku ngga ngerayain tahun baru, Dil."

Adila kini sepenuhnya menoleh pada Rafif yang tengah tesenyum melihat anak-anak panti.

"Menurutku percuma merayakan tahun baru dengan menghabiskan uang demi pesta tengah malam."

"Tapi, itu dilakukan setahun sekali, Raf."

Rafif menoleh. "Lalu apa masalahnya? Pada nyatanya, kebesokan harinya ngga ada yang berubah. Hari akan jadi tetap sama. Yang ada malah kehabisan tenaga karena semalaman berpesta."

Adila diam. Mencermati ucapan Rafif.

"Kita ngga perlu terlalu excited karena ada pergantian tahun. Menurutku hari itu sama saja seperti pergantian hari atau pergantian bulan. Tidak ada yang special."

"Daripada harus berpesta hingga pagi buta, lebih baik memberikan kebahagiaan kepada orang yang membutuhkan. Sumbangkan uang kembang api untuk membeli keperluan anak panti. Atau yang lainnya untuk membantu mereka. Agar hidup mereka lebih baik daripada tahun sebelumnya."

Adila sedari tadi tersenyum mendengar ucapan Rafif. Ia tersentuh. "Aku nyesel baru kenal sama kamu sekarang, Raf."

Rafif terkekeh, lalu merangkul Adila hangat.

"Lalu mereka semua saudaramu?" tanya Adila.

Rafif mengangguk, tersenyum. "Saudara seiman."

Kamu baik, Raf. Sama seperti namamu, Rafif Ahlami. Impianku yang berbudi pekerti baik.

Aliyand

[Jan] FireworksWhere stories live. Discover now