Paullsan I My Favorite Kookie I Januari I 1123Paulls
My Favorite Kookie
Hwanji terduduk lesu. Genggaman di totebag-nya melonggar. Hatinya masih meracau.
Ia menghela panjang berkali-kali, menenangkan jantungnya yang terus menggebu karena merindukan teman kecilnya, si pencuri hati dan ciuman pertamanya.
Kookie, begitu ia memanggilnya.
Delapan bulan yang lalu, Jungkook pulang dan menciumnya setelah dua tahun lebih mereka tidak bertemu karena jadwal BTS yang padat. Hari itu, sakura bermekaran dengan cantik.
Sekonyong-konyong, ia jadi merindukan masa kecilnya bersama Jungkook. Menghabiskan waktu bersama, makan bersama, belajar bersama, berkemah bersama—tidak dengan mandi bersama karena mereka sudah terlanjur besar.
Itu indah. Sungguh
Meski di galaksi ini ada berbagai cookie lezat yang dibuat, tetap saja, hanya Jung—kookie favoritnya.
Hwan artinya bersinar dan ia bersinar ketika bersama Jungkook.
Sang mentari membuat rembulan bersinar.
Itu membuatnya nyaman.
Dulu ia sempat berkata, ia ingin seperti Jungkook. Menjadi trainee dan debut dari agensi yang sama dengannya. Dengan begitu, mereka tidak akan kesulitan untuk bertemu.
Haha, konyol memang. Namun, hell! Ia resmi menjadi trainee BigHit sejak minggu lalu!
Setidaknya, itu adalah kabar bahagia hingga ia menyadari kenyataan yang menyayat.
Jeon Jungkook, mataharinya, si pencuri tengik itu, malah mengkhianati rindunya.
Satu jam yang lalu, Jungkook muncul dengan senyuman lebar yang membuatnya tergila-gila. Seperkian detik kemudian, tubuhnya memanas. Bukan karena rengkuhan pria itu. Namun, karena pria itu merengkuh gadis lain.
Jungkook berlalu tanpa menyadari kehadirannya.
Tertawalah! Karena Hwanji rela menunggu Jungkook selama lebih dari empat jam dengan tubuh yang menggigil dan bibir yang membiru hanya untuk balasan yang seperti itu.
Padahal jauh-jauh ia berangkat dari Busan sendirian hanya untuk menebus janji Jungkook.
Bodoh. Akalnya menguap karena terpesona.
Tahun ini, ayo lewati malam tahun baru bersama. Akan ku sempatkan.
Janji selalu saja manis dan rindu selalu saja sesak.
Ternyata benar. Rindu itu berat.
Hwanji mendongkak. Dihirupnya oksigen cukup banyak. "Ahhh...," desahnya panjang.
Ia mulai beranjak, meninggalkan gedung penghancur hubungan orang itu.
Menunggu selama delapan bulan tanpa berkomunikasi itu sangat mengerikan. Lebih mengerikan dari soal SBMPTN yang pernah ada. Ia fikir, rindunya akan terbebaskan dengan pelukan si manis favoritnya itu.
Menyakitkan. Nyatanya, pria itu malah memeluk gadis lain. Kasihan, jantungnya menderita karena harus mati-matian menahan rindu.
Seketika saja, bulu romanya meremang. Tawa itu menggema di balik dinding. Jantungnya nyaris meledak dan air matanya kembali memupuk.
Jungkook muncul. Ia terlihat bahagia.
Tawa itu mereda perlahan ketika manik keduanya beradu cukup lama. Membuat gadis di samping Jungkook keheranan.
Hwanji benci ini. Hatinya kembali mengeras mengingat masa itu.
Jungkook membelai rambut lurusnya, mengaitkannya ke balik telinga dan berbisik, "Kau semakin cantik." Sebelum akhirnya bibir mereka bertemu dalam kehangatan yang membakar tubuh Hwanji.
Sekuat mungkin, ia berusaha untuk tersenyum. "Hai, Jungkook."
Jungkook-nya masih sama. Tampan, lucu, dan selalu menawan di matanya. Bahkan dua gigi seri atasnya masih saja narsis. Apa perasaannya juga masih sama?
"Oppa, kau kenal dia?"
Jungkook membeku, menatapnya tak percaya.
Ia tersenyum pilu. "A-aku berniat membagi banyak berita bahagia. Namun, sepertinya kau tidak membutuhkannya, kau sudah sangat bahagia."
Diliriknya genggaman tangan mereka yang tertaut, saling menghangatkan.
Hwanji sadar. Dia, Shin Yeonghae, gadis dalam rumor di musim panas yang telah dikencani Jungkook entah sejak kapan.
Brengsek. Apa arti ciuman itu?
Jauh di hatinya, Hwanji sangat marah.
Ia mengangkat totebag-nya, "Ibuku membuat sup daging babi favoritmu. Ini telah benar-benar sangat dingin. Kau harus menghangatkannya dahulu."
"..."
"Tidak mau?"
Ia harus segera keluar sebelum isakannya muncul. Sial beribu sial, pintu keluar berada di belakang Jungkook. Keterlaluan! Siapa yang menempatkannya di sana?!
Tidak ada cara lain.
Dengan segala rasa sakit yang ada, Hwanji mendekat. Sedangkan, rahang Jungkook mengeras. Tatapannya menajam.
Tangan Hwanji terulur, meraih pergelangan Jungkook yang bebas dan menyerahkan totebag itu. Bisa ia rasakan, sakit dan hangat menjalar menjadi satu.
"Kau harus memakannya. Ibuku telah merelakan waktunya untuk memasak ini..., untukmu."
Sekali lagi ia tersenyum. Matanya kian memerah.
"Aku pergi. Selamat tahun baru, Jungkook-sshi."
Ia melepaskan pergelangan Jungkook dan menyambut dinginnya angin yang menusuk.
Younghae semakin keheranan, sedangkan Jungkook masih bungkam.
"Hwanie-ya...,"
Mendengar suara rendah Jungkook membuatnya semakin sakit, akhirnya ia berlari dan segera keluar dari gedung.
Tubuhnya bergertar. Matanya sembab.
Sekarang, tak ada lagi Hwanji yang bersinar. Sinar rembulan tidak lagi seindah sebelumnya. Sang mentari telah mengkhianati bulan terindah.
Hingga suara kembang api bersahutan, ia masih terisak.
Malam tahun baru yang tidak terlupakan. Terima kasih.
"Bahagia selalu. Selamat tinggal, rindu di musim semi, my favorite Kookie."
TAMAT
YOU ARE READING
[Jan] Fireworks
De TodoSelamat Tahun Baru~ Halo teman-teman yang berbahagia. Tak terasa hari demi hari berganti, dan kita jumpa di awal tahun. Berikut adalah cerita, karya member dan staf kami di bulan Januari. Semoga dapat memuaskan teman-teman sekalian.