Miss Jung

30 9 9
                                    

Miss Jung

Cast:
Kim Jong In & Jung Soo Jung

Genre:
fluff

Written by pastelhoon

Jongin menggerendel gerbang rumah bercat biru muda itu, sebelum kaki kurusnya menyusuri lorong yang banyak dijadikan tempat pembuangan akhir. Lingkungan tempat pria itu tinggal, dipikir tidak terlalu buruk. Kim Jongin punya tetangga baik hati, yang kerap mengantarkannya manisan buah atau sekedar permen kacang. Ya,mungkin dia hanya punya satu masalah; anjing gila yang tiap sore mengejarnya, bahkan hingga tangan Jongin berhasil mengunci pintu. Parah.

Salju menggumpal di perempatan jalan, tepat mengitari tiang lampu jalan. Kedai-kedai kecil yang ramai pembeli sama sekali tidak menarik perhatian Jongin. Pria dengan mantel hijau itu memendam minat yang cukup banyak pada toko permen yangdikelola keluarga Jung.

"Selamat siang, Nak. Kupikir kau lebih suka menghabiskan waktu musim dinginmu di rumah bersama cokelat panas, atau paling tidak teh." Kalimat itu menyambut Jongin ketika kakinya baru saja menapaki peron tempat kesukaannya.

Jongin tersenyum tipis. Dia suka bagaimana cara wanita tua itu memberikan sambutan. Begitu hangat.

"Aku ingin menjengukmu, omong-omong." Lalu Jongin terkekeh. Pandangannya menelusuri tiap sudut toko yang sama sekali tidak berubah 10 tahun terakhir.

Nenek Jung tidak menjawab. Wanita tua yang tampak semangat itu memperbaiki syal yang melilit lehernya. Dia ingat, Soojung sedang berkutat dengan lemon dan teh, didapur. Kaki ringkihnya beranjak melangkah, masuk ke ruangan yang menurut Jongin sangat terpencil.

"Aku akan ikut denganmu. Kalau boleh, izinkan aku membuka almari makanmu dan mengambil beberapa kue jahe. Aku suka." Kini Jongin menguntit.

Didapur, ntah kenapa udara menjadi lebih dingin. Jongin meringis.

"Nenek, sudah kubilang, sabarlah sebentar. Ya ampun, aku harus mengambil gula batu dilemari tinggi itu, dan sangat disayangkan kakiku—"

"Hei, Nona Jung, dengar. Kalau mau minta bantuan, bilang saja." Jongin memotong ucapan Soojung sembari membuka laci lemari di atasnya.

Seorang Jung Soojung terperangah. Jantungnya seolah mengaduh. Well, senyumnya semanis permen kapas.Hatinya bermonolog.

"Siapa bilang aku butuh bantuanmu, Kim? Lagipula—"

Dengan sangat tidak sopan, Jongin kembali memotong sanggahan Soojung. Kali ini mata elang Jongin mengarah ke wanita tua di seberangnya yang sedang hanyut dengan kehangatan api kompor gas. Astaga!

"Nenek, bolehkah aku meminjam cucumu hingga nanti malam? Dia harus diberi pelajaran, tahu?"

Soojung berkacak pinggang. "Apa? Apa, hah? Pelajaran apa? Aku belajar selama empat tahun di Amerika. Oh Tuhan, kau ini anak siapa, sih? Untung aku hanya ingat namamu." Selanjutnya Soojung menendang kaki Jongin, tapi pria itu tidak mengaduh, dan berakhir dengan Jongin yang justru bersedia mengangkat nampan menuju ruang keluarga.

"Terima kasih karena mengingat namaku, Nona Jung, tapi kau harus berterima kasih padaku, karena aku mengingatmu sangat banyak, bahkan ketika buang air besar sekalipun."

Hei, apa-apaan. Kenapa Kim Jongin sangat menyebalkan? Jujur saja, Soojung lupa siapa pria manis itu. Dia hanya ingat marga Jongin, dan itu membuatnya risih. Kenapa harus ada dia dalam ingatanku?

[Jan] FireworksWhere stories live. Discover now