Literally this chapter is for 15+ teenagers. But it's okay buat yang dibawah 15 tahun tapi masih mau baca.
"Kau pik-" ucapan Joohyun tersela,
Karena baru saja Joohyun meraskan sebuah bibir tipis dan dingin membungkam mulutnya dengan bebas saat ini.
Tubuh Joohyun bergetar karena gugup saat ia dipaksa untuk berjinjit agar mengimbangi tinggi suaminya. Sehun menempelkan tangannya ke pipi Joohyun dan gadis itu mengerjap, tapi tidak bergerak. Bibir Sehun bergerak perlahan, begitu pelan, seakan ia takut nantinya akan mengejutkan Joohyun. Bahkan setiap detik membuat dirinya sendiri ketakutan.
Hanya sentuhan lembut bibir Sehun yang menyapu bibirnya , seringan bulu yang menyatukan mereka, tapi gejolak membara yang belum pernah dirasakan Sehun mengalir dalam tubuhnya, dan ia tahu ia membutuhkan itu lebih dari Joohyun. Rasanya berlebihan jika ia menuntut Joohyun agar menginginkan Sehun seperti dirinya menginginkan Joohyun. Namun kenyataannya Joohyun membalas ciuman penuh tiba-tiba itu dengan cukup bergairah.
Membuat Sehun sama sekali tak terganggu dengan derasnya air hujan yang masih menangis membanjiri tubuh mereka. Kedua lengan Sehun yang berotot memeluk pinggang Joohyun. Pemuda itu menarik Joohyun untuk mendekatinya, dan Joohyun bisa merasakan bahwa lekuk tubuh mereka bersatu, kaki bertaut, panggul menekan panggul, dan dada naik turun dengan harmonis. Sehun mendesak Joohyun ke tembok putih gedung luar daerah apartemennya yang terlampau sepi, lelaki itu menekan tubuh Joohyun sehingga Joohyun tidak dapat bergerak, hingga ia menempatkan Joohyun tepat seperti apa yang gadis itu inginkan. Semua ini tanpa membuyarkan ciuman mereka yang panas disaat hujan masih setia berguyur.
Lalu Sehun benar-benar mencium Joohyun, awalnya masih lembut, menimbulkan suara-suara samar kecupan yang indah terdengar di telinga istrinya itu. Lalu dengan lama, manis, dan lembut di sepanjang garis rahang Joohyun dan turun ke leher. Membuat Joohyun mengerang dan mendongakkan kepala. Sehun menarik lembut rambut Joohyun dan gadis itu membuka mata untuk melihat sekilas, sekejap, bintang-bintang pertama yang muncul di langit malam yang hujannya mulai berhenti. Ia merasa lebih dekat dengan surga daripada kapanpun dan dimanapun.
Akhirnya Sehun kembali pada bibir Joohyun, menciumnya dengan begitu intens seakan-akan hanya ini detik terakhirnya mereka berciuman. Joohyun membuka mulutnya lebih lebar, dengan senang hati membiarkan lebih banyak bibir tipis milik Sehun memasuki mulutnya. Sehun tidak takut lagi menunjukkan betapa ia sangat menunggu lama untuk ciuman panas pertama mereka. Dan Joohyun membiarkan dirinya untuk berusaha mengimbangi gairah ciuman suaminya sendiri.
Ada sisa rintikan air hujan di dalam mulut Joohyun dan diantara jari jemari Sehun. Angin dingin yang selalu bergerak ke sana-sini membuat kulitnya merinding, dan perasaan terpesona yang paling indah membuncah di hatinya.
Pada saat ini rasanya Sehun rela mati demi Joohyun, hanya pada saat ini.
Sehun menarik diri dan menunduk menatap Joohyun, seakan lelaki itu siap untuk mengatakan sesuatu. Joohyun tersenyum samar dan mengalihkan wajahnya menatap aspal basah sisa air hujan yang baru berhenti. Kemudian tiba-tiba saja gadis itu mengecup lembut bibir Sehun, membiarkan bibirnya menempel untuk ke persekian detik dengan bibir Sehun. Ia tidak tahu satu katapun, tidak ada cara yang lebih baik untuk mengungkapkan apa yang dirasakannya saat ini.
"Kau kedinginan." Sehun berbisik.
Membuat Joohyun mengulum bibirnya ke dalam dan menyembunyikan senyum lugunya yang khas. Lalu Sehun memundurkan langkahnya ke belakang masih sambil memandang intens Joohyun.
"Ada apa?" Joohyun bertanya ringan.
"Maafkan aku." Suara Sehun terdengar parau, seperti menyesal akan sesuatu yang sudah dilakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Liquid [HunRene]
Fanfic[PRIVATE MODE. Click ikon follow to read this story.] (Adult) Awalnya Bae Joohyun kira dia hanya akan dikenalkan sebagai 'partner' kerja lelaki dingin itu. Namun saat dimana orang tua mereka bertemu, kemudian tertawa bersama, dan mengatakan hal-hal...