I swear, the music on this media fits perfectly.
Happy reading semuanya.
*****
Entah kenapa perasaan Joohyun mengatakan hal tidak beres akan terjadi selanjutnya saat dirinya menginjak lantai putih ruangannya dan Oh Sehun sekarang. Jantungnya berdetak tak karuan, pikirannya masih jelas tergambar akan hal-hal yang Junmyeon ucapkan tadi, ditambah air mata baru saja dia tepis saat dirasa masih ada beberapa yang tersisa di sebelah kiri pipinya. Joohyun disisi lain merasa ucapan Junmyeon benar, namun dia tidak dapat menafsirkan segala hal yang belum dia tanyakan secara langsung kepada Oh Sehun.
Begitu pintu coklat marmer terbuka pelan, Joohyun menunjukkan wajahnya di hadapan Sehun yang mungkin telah menunggunya dalam beberapa menit. Pelan-pelan kedua matanya mulai berani untuk menatap mata Sehun, dia sebenarnya tidak mau melihat atau merasakan bagaimana suasana disaat Sehun mulai kesal dan marah. Dia benci melihat suaminya berubah sikap setiap hari, jam, dan menit. Itu membuat Joohyun berfikir jika suaminya selalu menuruti keinginan sebuah ego yang tinggi.
"Ada apa?" Joohyun berani mempertaruhkan harga dirinya untuk bertanya lebih dulu. Dia lebih tenang, mungkin sudah terlalu lelah dengan hal yang membuatnya muak setengah mati.
"Bukankah aku sudah mengatakannya agar kau jauh-jauh dari pria idiot itu?"
"Atau kau memang menyukai pria brengsek itu?"
Sehun balik bertanya dengan nada sarkastisnya. Saat ini seluruh ruangan terasa sangat mengintimidasi seorang Bae Joohyun untuk disalahkan. Ditambah posisi Oh Sehun yang sedang duduk di sofa dan Joohyun yang berdiri patuh dengan jarak sekitar satu meter dari pria tersebut.
Seketika itu juga Joohyun kembali teringat, seberapa menyakitkannya kata-kata yang Junmyeon lontarkan beberapa menit lalu.
"Dia bahkan tidak pernah menganggapmu sebagai istrinya, dia juga membencimu, seharusnya kau tahu dia bukan yang terbaik untukmu."
Benar.
Selama ini seluruh pertanyaan atas rasa keingintahuan Joohyun terbayar sudah. Dia sudah menemukan jawaban yang sebenarnya selalu dikatakan sebagai ketidakmungkinan, dia awalnya tidak percaya dengan kata-kata Junmyeon, tapi tidak tahu kenapa saat ini semuanya terasa benar-benar nyata saat Joohyun secara langsung memandang tatapan pandangan Oh Sehun di depannya.
"Lalu bagaimana dengan dirimu?" Joohyun membalikkan telak. "Apa aku juga perlu menjauhi pria sepertimu?"
Sehun tiba-tiba kehilangan kata-katanya. Mendengar ucapan Joohyun yang kali ini sempat menusuk dan mencelos hatinya cukup dalam.
"Kenapa aku harus menjauhi Junmyeon jika yang sebenarnya brengsek adalah dirimu?" Intonasinya masih tenang, seperti siap menyerang Sehun dengan beribu-ribut panah yang akan di lepaskannya saat ini juga.
"Bae Joohyun-" Sehun ingin memotong ucapannya namun Joohyun lebih dulu melanjutkan serpahan kata-katanya yang menusuk.
"Dengarkan! Dengarkan aku kali ini. Selama ini selalu aku yang mendengarkanmu hingga rasanya muak terus-menerus mempercayai hal yang tidak ada hasilnya!" Teriaknya tercekat. Mata Joohyun berhasil berkaca-kaca kembali, kali ini bukan Junmyeon yang membuatnya hampir ingin menangis, tetapi seorang pria yang dinobatkan sebagai suami sahnya.
"Kenapa kau bertingkah seolah-olah kau peduli? Selama ini aku selalu menuruti apa maumu! Selama ini aku selalu bisa mengatur apa yang dirimu sukai dan tidak kau sukai! Tapi harus berapa lama lagi aku menunggu agar mendapat sebuah kepastian dari hatimu? Jika kau membenciku maka bersifat lah seolah kau membenciku! Tidak perlu pura-pura peduli! Jangan memberiku sebuah harapan lalu melepaskannya dengan sia-sia. Aku muak Oh Sehun, aku muak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Liquid [HunRene]
Fanfic[PRIVATE MODE. Click ikon follow to read this story.] (Adult) Awalnya Bae Joohyun kira dia hanya akan dikenalkan sebagai 'partner' kerja lelaki dingin itu. Namun saat dimana orang tua mereka bertemu, kemudian tertawa bersama, dan mengatakan hal-hal...