Part 23 - Love Expert

656 65 20
                                    

Ariel melihat air mata Aya mengalir di pipi merahnya. Sejak ia menjemput Aya untuk berangkat sekolah, sejak itu pula Aya tidak mengeluarkan sepatah katapun sampai mereka makan di kantin sekolah seperti sekarang ini.

Ariel memaksa Aya untuk pindah tempat duduk agar ia tidak bersama Gege lagi. Aya hanya diam dan menurut, ia masih tidak ingin memberikan respon apapun kepada Ariel. Baik itu respon untuk menyetujuinya, mengelak, dan lain-lain.

Aya sudah jengah dengan keegoisan Ariel mengatur dirinya. Aya juga sudah tidak ingin mendengar penjelasan tentang Ariel dan Ery, bahkan Aya tidak akan memintanya lagi.

Karena, jika ia meminta penjelasan itu dengan bersujud pun, Ariel tidak akan mengatakannya.

Ariel merangkum pipi Aya dengan kedua tangannya, menghadapkan wajah mungil itu agar bersedia menatapnya.

"Masih marah sama aku?"

Aya meraih tangan Ariel yang berada di pipinya, dan melepaskan perlahan.

Ariel membuang nafasnya. "Ok. Aku jelasin semuanya. Iya, aku masih pacaran sama Ery."

Aya merasa seakan ada yang menusuk hatinya dengan beribu-ribu belati. Kenyataan itu langsung membuat Aya lemah. Air matanya turun semakin deras.

Mengapa? Mengapa Ariel tega menyakitinya sedalam ini? Mengapa Ariel memanfaatkan perasaanya yang dulu sempat pudar, namun muncul kembali setelah Ariel sudah bisa ia miliki.

Aya tidak bisa menghentikan air mata yang semakin ia tahan, malah semakin merembes keluar. Seakan sengaja membuat Aya terlihat sangat rapuh.

"Tapi aku juga cinta sama kamu Ya, cinta banget sampe aku gak bisa biarin kamu ketawa di depan orang lain. Aku cemburu."

Aya memejamkan mata menahan hatinya yang sudah sangat nyeri akibat dari apa yang telah Ariel lakukan padanya. Tubuhnya bergetar sampai-sampai ia tidak mampu berdiri untuk menghilang dari hadapan Ariel.

"Kamu inget Mamaku bilang kalo aku udah punya pacar? Iya, itu Ery. Dan kamu harus tau kalo aku dipaksa, karena dengan aku pacaran sama Ery, mama pengen ngajak orang tua Ery bekerjasama demi meruntuhkan papaku. Sekarang aku cuman punya mama, makanya aku gak bisa apa-apa. Aku udah gak cinta lagi kok sama Ery, abis urusan mama selesai, aku langsung lepasin dia. Aku mohon kamu ngerti. Aku gak mau kehilangan kamu lagi, Ya. Please. "

Aya menatap mata Ariel. Ia sangat berharap bisa menemukan kebohongan di sana, karena Aya ingin itu semua hanya permainan, Aya ingin Ariel hanya mengerjainya saja. Ia tidak sanggup menerimanya kalau itu adalah sebuah kenyataan. Kenyataan bahwa Ariel masih bersama-sama dengan Ery.

"Aku sekarang cuman punya kamu dan mama, aku gak mau kehilangan kalian. Aku gak mau kamu direbut oleh Gege. Gege udah punya segalanya, sedangkan aku? Aku sendiri, Ya.

"Gini aja, aku bakalan ngomong ke mama dan Ery kalo aku sayang sama kamu. Dan satu lagi, kamu gak boleh lepasin aku, aku gak bakal terima. Kamu boleh pisah sama aku, kalo aku yang lepasin kamu. Inget itu!"

Ariel beranjak dari duduknya. "Aku pergi dulu," ucapnya sambil mengecup puncak kepala Aya.

Aya menutup wajahnya dengan kedua tangan dan menangis dalam diam.

"Jadi... gimana? Udah baikan?"

Aya melirik ke sampingnya, terlihatlah Putri duduk sambil tersenyum padanya. Putri merentangkan tangan memberikan isyarat agar Aya memeluknya. Tangis Aya langsung keluar diikuti dengan Putri yang menarik tubuh Aya membawa ke dalam pelukannya.

Aya menangis tersedu-sedu. Ia sangat bersyukur karena Putri sekarang ada di sampingnya, sahabatnya itu ada saat Aya sedang terpuruk.

"Keluarin aja Ya, biar hati lo plong," ujar Putri sembari menepuk-nepuk punggung Aya menenangkan.

Lily Of The ValleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang