Kak Faisal

64 7 0
                                    

Rintik hujan semakin deras. Jelas saja, sedari tadi langit sudah menghitam. Tertera jelas namanya masih tertulis di dalam benakku. Reza Ramadhan Pratama, laki-laki brengsek yang sudah kubangga-banggakan selama ini. Entah apa yang sedang tuhan rencanakan setelah masalah itu. Tiba-tiba saja handphone hitam kesayanganku berbunyi. Ternyata dari Kak Faisal. Memang sudah lama aku mengenalnya, Faisal Atmaja Putra. Laki-laki dewasa yang selama ini menjadi teman bercerita. Bukan lagi! Dia sudah kuanggap seperti kakak laki-lakiku.

"Minggu depan aku akan pulang ke Jogja", kalimat itu yang sudah lama kutunggu-tunggu darinya. Ya, memang dia tidak tinggal di Jogja. Dia merantau ke kota orang untuk bekerja.

Dia laki-laki baik, tak mungkin jika aku harus menyakitinya. Namun nyatanya aku sudah menyakitinya. Dulu dia pernah mengungkapkan tentang perasaannya kepadaku. Namun aku lebih memilih laki-laki brengsek itu. Laki-laki yang setiap hari kuceritakan kepada Kak Faisal. Aku memang tak pernah alpa untuk menceritakan semua yang telah terjadi tentang laki-laki brengsek itu. Reza yang telah ikut serta untuk menyakiti hati Kak Faisal. Jika saja tak ada Reza, mungkin hidupku sudah bahagia dengan Kak Faisal sekarang.

Hari sudah semakin cepat, rasanya sudah dekat saja dengan kepulangan Kak Faisal ke Jogja. Handphoneku sudah bergetar lagi, kali ini hanya pesan singkat.

From Kak Faisal:
"Jadi, kita besok kemana nih?"

Ya, memang dia selalu menyempatkan untuk mengajakku pergi ketika dia pulang ke Jogja. Tanpa pikir panjang langsung kubalas saja pesan singkat itu.

To Kak Faisal:
"Kali ini terserah Kakak aja, aku ngikut deh"

Lama balasan dari Kak Faisal, mungkin dia sedikit kecewa melihat balasan dariku. Biarkan! Hari ini aku masih malas untuk memikirkan tentang hal-hal percintaan dan kawan-kawannya. Bukan karna aku terlalu kepedean, tapi pasti Kak Faisal ingin mulai mencari kesempatan dalam kesempitan. Secara aku sudah tidak berhubungan lagi dengan Reza, dan pasti Kak Faisal sudah tau itu.

Beberapa hari telah berlalu, tibalah kepulangan Kak Faisal ke Jogja. Rasanya tak ingin saja untuk menanyakan kabarnya, apa dia sehat sampai Jogja. Namun, sehari kemudian handphoneku berbunyi karenanya. Kak Faisal lagi-lagi menanyakan rencana kita besok. Tapi entah setan mana yang sudah merasuki pikiranku hingga aku dan Kak Faisal tidak jadi pergi. Pasti ini semua karna setan itu.

Seminggu berlalu, "Dek, kita gak jadi pergi bareng ya?", tanyanya singkat.

"Besok kan masih ada waktu Kak", jelasku singkat.

Ya sudah, sampai situ saja. Setelah itu Kak Faisal mulai berubah. Mungkin dia tidak berubah, tapi dia hanya menjadi dia yang sesungguhnya. Dia bukan dia yang aku kenal lagi. Mungkin perasaan sayangnya kepadaku sudah hilang berubah juga.

KURELAKAN IA MENGALIR KE HULU YANG IA SUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang