Good Day for Good Bye

87 8 7
                                    

Seminggu, dua minggu, tiga.. Tidak! Hari ini.. Ohmaigat.. Thanks god for Better Eight teen! Ya, hari ini aku ulang tahun. Ucapan dari sahabat-sahabatku tak kunjung selesai. Doa demi doa terkumpul.

"Aamiin, semoga tuhan mengabulkan semua doa kalian, aku bersyukur punya sahabat seperti kalian, semoga tuhan membalas doa kalian juga", ku balas doa-doa dari sahabat-sahabatku.

Tapi seperti ada yang kurang, siapa? Orang tuaku, laki-laki itu! Apa mereka lupa? Tidak mungkin! Mereka orang-orang spesial, bagaimana mereka lupa? Akhirnya ku tunggu saja hingga nanti malam, toh ini juga masih siang.
Sesampainya di rumah aku tak menyangka, kedua orang tuaku memberiku sebuah kejutan. Ku peluk mereka satu per satu. Ku Amin kan ucapan mereka, karna ku yakin ucapan dari mereka adalah doa orang tua kepada anaknya.

Masih kutunggu saja laki-laki itu. Tak pernah lelah hati menunggunya, karna jika dia sudah menjadi kebahagiaanku, aku bisa apa? Memendam rasa sakit sendirian pun bisa.

Satu jam, dua ja..am, hitunganku tersendat. Entah iya atau tidak, sedari tadi aku memandangi handphone dan aku melihat nama laki-laki itu turut andil meramaikan handphoneku. Ku tarik notifikasi handphoneku, ternyata benar saja. Ku buka pesan singkat darinya. Memang sudah berbeda dengan tahun lalu. Dia memberikan ucapan kepadaku, bukankah kita ini masih sepasang kekasih? Mana romantisme mu padaku? Bahkan rasanya kau bukan lagi siapa-siapaku, seperti hanya sebatas teman yang mengucapkan.

"Selamat ulang tahun ya lin, semoga panjang umur sehat selalu, dan semoga tuhan memberikan apa yang kamu mau", lin? Kau tak memanggilku sayang lagi? Pacar macam apa kau ini? Berulang kali aku selalu menyalahkan keadaan, jika aku tak menjadi aktivis organisasi dan tak sesibuk ini, mungkin kau tak kan seperti ini sayang! Sungguh aku tak apa!

"Ya, terimakasih Aamiin", singkat balasku. Namun semua ini berakhir, hubunganku dengannya sudah berakhir! Aku dan dia baru saja memutuskan untuk mengakhiri hubungan ini saja, aku tak mau menahan tusukan darinya lama-lama. Aku merasakan selama ini aku yang harus mengalah terus -menerus.
Hancur sudah hati ini, seharusnya malam ini menjadi penutup hari bahagiaku. Tapi dia malah menutupnya dengan jarum. Menusuk. Satu kata itu yang patut ku teriakan padanya malam ini.

"Aku kira kau adalah angin, yang rela ku hirup setiap saat, untuk kebutuhan hidupku, tapi ternyata kau hanya pelangi, yang sangat indah tapi hanya sesaat." kalimat itu terlontar padanya.

"Aku itu ibaratkan tumbuhan, jika kau rajin-rajin merawatku, aku akan tumbuh. Tapi jika kau tak pernah merawat, menyiram, bahkan kau sapa pun tidak, aku takkan tumbuh, layu pun jadi." apa? Laki-laki itu berkata seperti itu? Kemana saja dia selama ini? Bukankah aku selalu menyempatkan untuk menyapanya? Bahkan ketika ku sibuk? Aku tak habis fikir!

Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati

Teringat di saat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita

Lagu itu ia sengaja nyanyikan, entah apa maksudnya. Aku sudah tak tahan lagi. Berkali-kali gumpalan air mata terjatuh.

"Sudahi tangismu, hargai air matamu. Jangan sekali-kali kau menangis karna cinta, karna jika cinta itu kembali sekali pun, air matamu takkan kembali", dia berusaha menenangkanku. Ingin rasanya kupeluk dia, apalah daya semua ini tak mungkin. Kami seperti ini hanya via suara handphone.

KURELAKAN IA MENGALIR KE HULU YANG IA SUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang