Ruangan Yang Sama

52 8 2
                                    

Matahari mulai menaik, burung berkicauan menemani liburan panjangku. Cukup indah pagi ini, sebenarnya dunia ini indah (mungkin ditambah lagi jika tidak ada dia). Hahh rasanya ingin tertawa sekencang-kencangnya . Memang benar, tidak ada alasan untuk tidak bersyukur. Buktinya saja pagi ini, oh bukan, maksudku sebulan ini aku sudah sedikit mulai melupakannya. Tentu rasa syukur itu tak pernah alpa untuk ku ucapkan.

Ah sudah cukup pagi ini untuk menceritakan tentang rasa syukurku ini. Yang terpenting satu minggu ini adalah satu minggu terakhir di bulan desember, itu artinya hari-hari dimana anak-anak sekolah libur, termasuk aku.

Handphone hitamku tiba-tiba berdering, tanda sebuah pesan masuk. Tanpa babibu langsung kubuka saja. Ah ternyata dari social media ku yang orang-orang sering menyebutnya 'instagram'. Tapi pagi ini ada sebuah direct message yang baru saja masuk. Ku buka saja. Tertera nama Alfrando Kurniawan.

"Ada apa dia minta id lineku tiba-tiba?" tanyaku dalam hati.

Sebelumnya kami belum pernah berkomunikasi. Entah langsung ataupun on social media. Yang ku ketahui dari Alfrando, dia adalah teman sekelas Bagas sahabatku. Itu tandanya kami seangkatan.

"Ah mungkin hanya untuk berteman di social media saja" dugaku.

Hari berganti dengan cepat seperti biasa. Semakin mendekati pergantian tahun. Namun hati masih tetap disini. Rasanya tidak ingin berganti. Berganti tempat persinggahan yang sejak dulu telah disinggahi. Lagi-lagi aku merasakan rasanya terseret ke arus hulu yang deras. Namun tiba-tiba tersangkut untuk sejenak mengingat kenangan yang sejak dulu menggenang. Memang sulit melupakan laki-laki seperti Reza. Wanita mana yang dengan mudahnya melupakan laki-laki, yang sejak hulu ini belum teraliri deras oleh air jernih. Aku ingat setiap hari kita selalu menciptakan hal-hal konyol yang membuat tawa luarbiasa. Huh rasanya ingin cukup saja nostalgia konyol ini.
Handphone kesayanganku berbunyi lagi. Sedikit dingin saja aku menyikapinya. Kutatap layar, kubuka notifikasi.

From Alfrando:
"Hai lin, aku dengar kamu suka nonton film, kebetulan lagi ada film baru, nonton yuk?" Ohmygod? Angin mana yang tiba-tiba membawa Al ke hulu ini? Memang sejak perkenalan kecil di line kemarin membuat Al sedikit mencurigakan.

To Alfrando:
"Oh ya? Film apa Al?" Basa basi yang sedikit basi sebenarnya.

From Alfrando:
"Komedi Romance Lin. Suka gak? Kalo gak suka kita liat yang lain juga gak apa-apa, yang penting besok siang kita nonton, gua jemput lo" sedikit paksaan rupanya.

To Alfrando:
"Boleh juga" singkat saja balasku mengiyakan tawarannya ini.

Hari ini cukup saja dengan cerita Al yang sedikit memaksaku nonton film di bioskop, namun kuiyakan paksaannya itu. Hari sudah berganti, rasanya malas saja jika liburan harus pergi meninggalkan gulingku ini.

"Lintang, ada yang nyariin tuh" panggil mama dari luar kamar.

"Iya ma Lintang keluar sekarang" setengah teriak menjawab panggilan mama.

Ternyata Al sudah menunggu di depan rumah dengan di temani teh dan setoples kue kering, mungkin mama yang sudah memberikannya. Kulirik di depan gerbang ternyata sudah ada motor matic berwarna merah. Motor Al rupanya.

"Hai Al, udah lama? Maaf ya nunggu" kusapa dia dengan ramah sebagai tuan rumah yang baik.

"Engga lin, barusan kok. Oya udah siap? Yuk" jawabnya sekaligus mengajak ku pergi.

Langsung ku iyakan saja, karena tidak enak dengan mama jika berlama-lama di rumah. Ku tengok ke pintu mama termyata tidak ada.

"Ma Lintang pergi ya" pamitku setengah teriak.

Perkenalan dengan Al kali ini sedikit janggal. Semalam sebelum tidur Bagas menelfonku, dia seperti ada kerja sama dengan Al. Entah dibayar berapa, Bagas berkata yang baik-baik tentang Al. Seperti sedang menjadi makcomblang.

Namun aku masih ingin menutup hatiku. Masih rapat. Rasanya sangat beda dengan dulu ketika berkenalan dengan Reza. Lagi-lagi Reza yang menjadi tolok ukurku. Aku pastikan tahun baru ini aku masih menyinggahi ruangan yang sama dengan pintu yang rapat. Al hanya kuanggap sebagai tamu yang hanya mampir sebentar untuk sekedar ngeteh dan mengajak ku ngobrol. Untuk sejenak keluar dari ruangan itu. Tapi ketika teh itu sudah habis. Al kupersilahkan untuk pulang, lalu kukunci pintu rapat-rapat lagi.

KURELAKAN IA MENGALIR KE HULU YANG IA SUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang