Revisi dulu hehe, ngerapiin tulisannya. Mohon maaf atas ketidak nyamanan nya
❤❤❤
Aku berjalan perlahan sambil sesekali menolehkan pandanganku ke kanan dan ke kiri. Tampak dissisi kananku sebuah taman yang membentang luas. Aku segera menyebrang jalan dan mempercepat langkahku untuk sampai di taman itu. Ku telusuri taman itu selangkah demi selangkah sampai kutemukan danau hijau yang dipenuhi dengan bunga teratai. Tak jauh dari danau itu terdapat bangku panjang tepat dibawah pohon yang rindang. Dengan mata berbinar aku berlari kecil menuju bangku panjang itu. Setelah sampai, aku langsung duduk dan menghirup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya perlahan. Dengan senyum mengembang, ku keluarkan buku kecil yang selalu kubawa dari dalam sling bag peachku. Namun, tiba-tiba,
Pukkk..."Aduh," lirihku sambil mengusap belakang kepalaku. Kutolehkan pandanganku ke kiri, kulihat sebuah bola basket memantul pelan sebelum berhenti di atas rumput hijau disebelah kakiku. Aku mengambil bola itu dan berdiri,
"Eh, sorry. Itu bola gue" terdengar suara yang sangat asing ditelingaku. Aku memutar badanku. Tepat dibelakangku, berdiri seorang laki-laki yang hanya mengenakan setelan seragam basketnya, menunjukkan rangkaian tatto di sepanjang bahu kirinya.
"Oh," seruku singkat. Kusodorkan bola itu kepadanya dan bersiap hendak meninggalkan tempat itu.
"Sorry, gue nggak sengaja" sahutnya lagi
"Ya, tak masalah"
"Radit!" serunya sambil mengulurkan tangan kanannya. Aku hanya menatap tangan itu diam, lalu kembali menatapnya dengan pandangan heran. "Nama gue Radit. Nama lo?" lanjutnya.
"Isna" sahutku tanpa peduli dengan uluran tangannya. Aku segera berbalik dengan berjalan pelan meninggalkan tempat itu.
"Nama lo bagus! Semoga kita bisa bertemu lagi!" teriak laki-laki itu.
Aku menghentikan langkahku dan kembali berbalik menatapnya. Sedangkan yang ditatap hanya menunjukkan senyumnya. Aku menaikkan satu alisku lalu tersenyum kecil. Kulihat dia mengacungkan jempolnya keatas, dan aku membalasnya dengan sebuah anggukan. Kulanjutkan langkahku menuju rumah yang berada di ujung komplek ini. Aku berjalan diiringi dengan senandung kecil. Ku petik setangkai mawar yang ada disepanjang jalan menuju kerumahku.
Kurang dari 10 menit, aku telah sampai di depan rumahku. Kuletakkan bokongku di atas lantai keramik hitam di depan rumah untuk melepaskan sepatu Nikeku. Setelah melepas septu, aku berdiri dan membuka pintu yang ada dibelakangku. Suasana rumah tampak sepi. Aku berjalan perlahan. Sesampainya diruang tengah, aku melihat ibuku sedang menonton televisi. Kudekati perlahan dan kupeluk ia dari belakang.
"Assalamualaikum, Ibuku yang cantik" bisikku tepat ditelinganya
"Waalaikumussalam, sayang. Kamu dari mana? Kok bau acem gini?" jawab Ibuku sambil menutup hidungnya.
"Ibu, wangi gini dibilang bau acem, ihh. Anak Ibu ini nggak pernah bau ya,Ibuku"
"Iya-iya nggak bau. Tapi kamu dari mana sih? Dari tadi dicariin sama Kakakmu tuh,"
"Dari depan komplek, Bu. Ternyata disana ada taman, Bu. Asri banget lagi, sumpah deh. Adek nggak bohong loh, Bu"
"Iya-iya, Adek nggak bohong. Udah sana temuin Kakakmu dulu. Takutnya nanti dia marah kalo nggak liat kamu secepetnya," usir Ibuku perlahan. Aku segera melepas pelukanku padanya dan berlari kecil menaiki tangga menuju kamar Kakakku. Ku ketuk pintunya pelan,
"Kak?" panggilku.
"Ya? Masuk, Dek" perintahnya. Aku melangkah memasuki kamarnya dan menghempaskan badanku di atas ranjang King Size miliknya. Kulihat ia tengah sibuk dengan meja kerja yang diletakkannya disudut ruangan didekat jendela.
"Kakak nyariin aku? Kenapa?" tanyaku
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Komandan
RandomKita tidak pernah tahu, kapan cinta akan datang, dan kapan dia akan pergi. Kita pun tak dapat mencegah kedatangan dan kepergiannya. Namun kita dapat melakukan yang terbaik untuknya saat dia masih bersama kita