Hallo guys, maaf ya baru nge-post lagi hehe. Kemarin2 lagi nggak fit soalnya. Selamat menikmati yaks, mohon maaf bila ada kekeliruan dalam memilih kata. Oke! Let's read guys! Loveyou 💞
❤❤❤
Hari tetap berjalan sebagaimana biasanya. Hubunganku dan Adit pun berjalan lancar tanpa ada hambatan. Seolah jarak yang memisahkan kami bukanlah penghambat yang berarti. Dia masih menemaniku setiap hari di jam kosong yang dia punya. Baik itu lewat sambungan telepon ataupun lewat sosial media. Setiap malam sebelum tidur, ia selalu menyempatkan diri untuk menelponku dan menyanyikan berbagai lagu yang ku senangi. Dan tak pernah absen, lagu Raisa selalu menemani malam-malam kami.
Kami menceritakan kehidupan kami disetiap harinya. Berbagi canda lewat sambungan telepon sudah cukup membahagiakan bagi kami. Terkadang ia menyempatkan dirinya untuk mengunjungi ku disini sekali dalam seminggu. Dan pada kesempatan itu, kami akan menghabiskan waktu untuk berburu makanan ataupun hanya sekedar duduk ditaman, di bangku panjang dekat danau.
Hari ini merupakan hari terakhirku menjalani serangkaian ujian di kampus. Dan aku akan mendapatkan hari libur yang cukup panjang. Iiburan kali ini, aku akan berangkat ke kota sebelah untuk mengunjunginya. Usai ujian aku langsung memberhentikan taksi didepan kampus dan memintanya mengantarku kerumah secepat mungkin. Jalan yang lumayan sepi membuat taksi yang kutumpangi melintas tanpa gangguan kemacetan sedikitpun. Ketika sampai dirumah, aku segera membayar harga yang tertera dan lekas turun memasuki rumah. Aku hanya akan mandi dan berganti pakaian. Aku telah menyiapkan semua yang akan ku bawa sejak seminggu sebelum hari ini. Izin pun telah aku dapatkan dari Ibu dan kakakku. Setelah mandi dan bersiap, aku menggendong ranselku dan menyelempangkan sling bagku di bahu kanan, lalu turun menuju ruang tengah.
Disana kulihat ibu dan kakakku tengah asik bercengkrama. Mereka menoleh sesaat setelah menyadari kehadiranku.
“Berangkat sekarang, sayang?” tanya ibuku
“Iya, Bu. Takut telat.”
“Ibu udah menelpon budemu, dia akan menjemputmu nanti. Selama disana, kamu akan tinggal bersama beliau. Jangan merepotkan beliau, sayang. Sebelum larut, harus sudah tiba dirumah. Sebelum pergi izin terlebih dahulu, agar mereka tidak mencarimu.”“Iya, Ibu. Aku tidak akan merepotkan mereka. Aku janji”
“Ciye, yang mau ketemu sama ehem, ehem” kakakku sibuk meledekku. Sedangkan aku hanya menahan senyum malu. “Yaudah, yuk berangkat. Kakak anter ke bandara” aku hanya mengangguk.
Setelah berpamitan dengan ibuku, aku menyusul kakakku yang telah berjalan terlebih dahulu keluar rumah. Perjalanan dari rumah menuju bandara tidak memakan waktu yang lama. Hanya butuh waktu 15 menit untuk sampai. Kakakku menungguku sampai aku masuk keruang tunggu. Setelah itu dia izin pulang meninggalkanku. 5 menit lagi pesawat yang akan membawaku kekota tetangga lepas landas. Aku segera naik ke pesawat. Tak lupa aku mengaktifkan flightmode di hapeku.
Perlu waktu 45 menit untuk sampai di kota tetangga. Dan disinilah aku sekarang, disebuah kota yang terkenal indah karena panorama alam yang masih asli, masih belum terlalu banyak yang terjamah tangan manusia.
“Isna.” Kurasakan seperti ada suara yang memanggilku. Aku menoleh ke sekeliling, mencari siapa yang telah memanggilku. Hingga mataku berhenti di satu titik yang memperlihatkan seorang wanita bertubuh gempal berdiri melampaikan tangannya padaku. Aku tersenyum dan melangkah tergesa menghampirinya.
“Bude” sapaku, aku mencium punggung tangannya sedangkan ia terus menerus mengusap kepalaku.
“Oalah, udah gede aja, kamu. Terakhir kesini dulu masih bau kencur, masih suka pake kaos singlet kalo keluar rumah. Sekarang ndak lagi kan?” budeku bertanya sambil melempar senyum manisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Komandan
RastgeleKita tidak pernah tahu, kapan cinta akan datang, dan kapan dia akan pergi. Kita pun tak dapat mencegah kedatangan dan kepergiannya. Namun kita dapat melakukan yang terbaik untuknya saat dia masih bersama kita