*Di Jakarta*
Seorang pria paruh baya sedang duduk termangu di istana negara. Pikirannya terfokus pada seorang remaja perempuan yang kini nyawanya terancam walaupun dia sudah mengerahkan tim untuk menyelamatkan dia, tak lama kemudian pintu ruangan nya di ketuk oleh seseorang.
"Pak, ada duta besar Spanyol untuk Indonesia ingin bertemu dengan anda" ujar seorang ajudannya.
"Baiklah, lima menit lagi saya akan ke sana" balas pria itu yang lalu bangkit dari tempat duduk nya.
Sedangkan di SMA 48 Jakarta terlihat Gracia yang tidak memperhatikan gurunya, pandangannya mengarah ke arah Sofia, Sofia membelakangi Gracia jadi dia tidak mengetahui kalau dirinya tengah di perhatikan oleh Gracia.
"Gracia, coba kamu kerjakan soal nomer tiga" perintah guru itu. Namun Gracia tak beranjak dari tempat duduk, nya, dia masih melamun.
"Gracia" Panggil guru itu sekali lagi.
"Maaf pak, saya tidak memperhatikan penjelasan bapak" balas Gracia.
"Jadi kamu tidak memperhatikan apa yang saya jelaskan? Keluar kamu dari kelas saya" kata Guru itu geram. Dengan langkah gontai Gracia keluar, Nadse yang melihat itu hanya bisa memberikan tatapan iba pada Gracia.
"Nadhifa, apa kamu mau menyusul Gracia" Tanya guru itu.
"Nggak pak" ujar Nadse cepat.
Gracia mengarahkan langkah nya ke arah Rooftop sekolah nya, di sana terlihat pemandangan kota Jakarta, tanpa di suruh air matanya jatuh membasahi pipinya. Dia terus di sana sampai bel pertanda istirahat berbunyi, dengan malas dia menuju ke kantin sekolah nya.
"Gre, lu kenapa kok murung terus? Lu ada masalah?" tanya temannya.
"Nggak kok di" balas Gracia bohong.
"Jangan bohong deh, seorang Shania Gracia yang biasanya selalu ranking satu nggak biasanya kayak gini kalo gak ada masalah" bantah Nadse, mendengar omongan Nadse itu Gracia langsung terdiam, dia menoleh ke bawah.
"Gre, liat gue" ujar Nadse, Gracia lalu menoleh ke arah Nadse.
"Sesusah apapun masalah yang lu hadepin, ceritain ke gue, Grace, Anin yang bakal bantuin lu" ujar Nadse.
"Kamu ngerasa gak kalo Sofia itu ngejauhin aku?" tanya Gracia. Nadse terlihat berpikir sebentar, lalu dia mengangguk kan kepala nya.
"Aku kepikiran sama sikapnya dia yang tiba-tiba ngejauhin aku" ujar Gracia.
"Ya udah, nanti kita bantuin lu buat nanyain ke Sofia" ujar Nadse lalu menepuk pundak Gracia pelan, Nadse lalu mengajak Gracia untuk masuk ke dalam kantin sekolah.
*Di taman kastil*
Dendhi dan Alpha Team mengejar mahkluk serangga yang berbentuk seperti nyamuk, mahkluk itu terbang membawa Michelle menjauh dari Dendhi. Letnan Dicky lalu mengeluarkan Sniper nya dia membidik mahkluk itu.
"Jangan di tembak letnan, terlalu beresiko buat Michelle" ujar Dendhi.
"Tapi.." ujar Letnan Dicky terpotong.
"Yang di katakan Dendhi benar letnan dicky, jangan di tembak" ujar Kapten Zelado, Akhirnya letnan Dicky menurunkan senjata nya.
"After that thing" Ujar kapten Marcos.
Mahkluk itu keluar melalui atap kastil itu yang kebetulan berlubang. Ketika mereka akan mengejar mahkluk itu, tiba-tiba muncul banyak mahkluk yang serupa dengan mahkluk yang menculik Michelle. Mahkluk itu lalu menyemprotkan ke arah Dendhi dan Alpha Team, Dendhi, Kapten Zelado, Letnan Dicky, dan Kapten Marcos berhasil menghindari cairan yang di semprotkan mahkluk itu, namun sayang beberapa rekan kerja mereka tak sempat menghindar. Mereka semua meninggal dengan mengenaskan, kulit mereka terkelupas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombie attack : Saving president Daughter
FanfictionNote : sebelum baca ini, mending kalian baca cerpen tentang Zombie Attack dulu deh, biar gak bingung. Thanks 😊 Perjalanan presiden dan anak nya ke spanyol beberapa hari yang lalu ternyata merupakan awal perjalanan baru Dendhi Yoanda, seorang anggot...