ANNOYING

47 7 18
                                    

Karena jika kita siap mencintai untuk bahagia.
Kita juga harus siap merasakan sakitnya
karena perpisahan.
_______________________________
-Seeking Hearts-









"Ayo naik, udah sore, gabaik anak cewe jam segini sendirian di halte." ujarnya

"Hah? Eng-engga usah gapapa ko" ucap Rachel terbingung.

"Udah naik. Gue bilang naik ya naik" ucapnya dengan nada dingin dan menatap Rachel lekat.

"Gamau,"

"Naik."

"Ga."

"Naik."

"Ga."

"Ck. Lo tuh perempuan macam apasi."

Rachel bergeming, Bagaimana bisa dia pulang dengan orang yang belum ia kenal sama sekali dan langsung mengajaknya pulang saat itu juga.

"Udah cepet naik, atau lo gue-"

"APA!? kok lo jadi ngancem gue, gue juga bisa." ucap Rachel sambil memicingkan mata.

"Gue kasih tau ya, dihalte ini pernah ada orang bunuh diri kalo sore gini suka gentayangin orang yang ada dihalte ini-- ya kaya lo sekarang." ucapnya dingin memberi aksen menakutkan.

Rachel menelan ludah. Ia terlihat mempercayai perkataan lelaki itu. Disana terlihat wajah Rachel mulai menunduk ketakutan membuat lelaki itu tersenyum tipis.

"Jadi lo yakin masih mau disini sampe malem?" lanjutnya.

Rachel diam. Jika dia menolaknya apa yang akan terjadi. Apa dia akan bertemu setan itu?

"Hey! gimana tawaran gue."

Rachel masih tertunduk dalam diam. Dia masih bepikir.

"Gue udah nunggu 15 menit dan lu masih kaya gini," ucapnya. "Kayaynya lu emang tertarik ketemu setan disini ya?" ucapnya sambil menyalakan mesin motornya "Yauda kalo gitu gue duluan." lanjutnya.

Rachel menelan ludah. Bagaimana jika cerita itu hanya alasan dia semata untuk pulang bareng denganya. Tapi jika benar dia tidak mau bertemu dengan setan itu. Jadi dia harus bagaimana. Rachel memutar kembali otaknya. Tapi sepertinya dia memang harus menerima tawaran lelaki itu, lagi pula disini sudah sepi.

"Eh tunggu! Eng.. Gu-gue ikut lo deh." ucap Rachel dengan gugup.

"Yakin?" tanyanya.

"I-iya."

"Yauda ayo." lanjutnya sambil memandang gadis dihadapanya yang terlihat sangat ketakutan membuat lelaki itu terkikik. Sedetik kemudian Rachel telah berada diatas motor lelaki tersebut.

Perjalanan terasa lama, keduanya sama sama bungkam tidak ada yang berani memulai bicara.

"Jadi rumah lo dimana?" tanya lelaki itu memecah keheningan.

"Engh.. diperumahan Green Garden" jawab Rachel.

"Yang mana rumah lo?" tanyanya.

"Ah? gue turun disini aja gapapa ko."

"Yang mana rumah lo?" tanyanya lagi.

"Gue turun sini aja gapapa ko."

"Gue tanya yang mana rumah lo." sambil menatap Rachel dingin.

Seeking HeartsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang