Chapter 3

11.5K 693 7
                                    

Vote ya sebelumnya.

Aku sudah berada dikantorku sejak jam tujuh pagi. Awal sekali kan aku datang. Tapi biarlah, kugunakan waktu sejamku untuk mempersiapkan diri.

"Cepat sekali kamu datang, Lin." Anita menepuk pundakku.

Aku mengangguk, "Yeah, pak manager memanggilku jam 8."

Anita tertawa, "Tapi ini masih jam 7, kau kecepatan sejam."

"Yah untuk mempersiapkan diri. Aku agak takut, sepertinya pak manager galak."

Kali ini tawa Anita lebih keras, beruntung baru ada office boy saja disini. Jadi dia tak terlalu menjadi pusat perhatian.

"Aku duluan ya, Sher, ada berkas yang harus kuperiksa dulu," katanya sambil tetap tertawa.

Aku mengangguk saja, tanpa niat menjawab.

>>><<<

"Menyamarlah menjadi anak SMA."

Empat kata yang diucapkan manager itu sungguh berhasil membuatku menganga seketika.

"Maksudnya, pak?" Tanyaku yang jelas sekali bingung.

"Coba lihat emailmu," kata Jordan. Aku pun mengecek ponselku, dan disana terdapat satu email yang belum kubaca.

Bigboss

To : Sherlina kusuma

Menyamarlah menjadi anak Sma di sekolah swasta Nusantara. Lalu selidikilah guru dan murid disana.

Jordan akan memberikan detailnya padamu.

Ingin rasanya kubanting ponselku ini. Belum ketemu, sudah kasih tugas yang nggak masuk akal begini.

Astaga, ini perusahaan property apa jasa detektif swasta sih.

"Ini." Jordan memberikan sebuah amplop cokelat besar yang berisikan beberapa lembar kertas.

"Sekolahmu sudah diurus. Lusa, kau akan menjadi bocah Sma lagi, Sherlina. Sebelum itu pelajarilah berkas itu, itu adalah penunjukmu untuk pekerjaan ini."

Ingin rasanya kulempar map ini kewajah Jordan atau boss sialanku itu. Tapi niat itu kuurungkan saat melihat gajinya. Astaga gajinya 5x lipat dari gaji bulananku yang belum kuterima.

Pekerjaan ini akan kuterima dengan senang hati.

"Baiklah aku terima."

>>><<<

Author pov

"Selamat pagi anak-anak! Hari ini kita kedatangan teman baru. Silahkan masuk. " Ajak seorang guru.

Seorang gadis dengan baju putih abu-abu memasuki ruangan kelas dengan sedikit gugup.

"Perkenalkan, namaku Andien. Salam kenal, ucap gadis itu lantang.

"Baiklah Andien, silahkan kamu duduk dikursi itu." Guru itu menunjuk kursi dideretan paling belakang yang rata-rata penghuninya laki-laki.

Sebagai laki-laki tulen, wajarlah bila mereka berebut berbicara kepada makhluk berjenis kelamin perempuan ini.

Sapaan demi godaan mengalun dengan cepat ditempat duduk Andien.

Andien pun hanya menanggapi sekedarnya, tanpa mau terlibat jauh.

Disisi lain beberapa murid perempuan ada yang mencelanya. Tidak senang jika prianya dimonopoli oleh murid baru.

>>><<<

 My Mysterious Boss Is My Love At The First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang