Chapter 8

9.9K 637 2
                                    

Vote ya sebelumnya.

Ukh kepalaku sakit dan tubuhku rasanya tidak ada tenaga.

Dimana aku? Rasanya aku tak pernah kesini. Oh iya tadi aku tertidur dibasecamp. Tapi sekarang dimana aku?

Gelap

Aku tak bisa melihat apapun. Dan sesuatu menyumpal mulutku.

Aku takut

Demi apapun, aku membenci Jordan dan bos gilaku itu.

Ctek! Suara saklar lampu dinyalakan Dan aku akhirnya bisa melihat sekitar.

Ini seperti digubuk, dan aku sedang duduk dikursi dengan tangan dan kakiku yang diikat.

Siapa yang melakukan ini?

" Manis sekali. Berapa hargamu ya? "

Andi berdiri didekat saklar lampu dengan tangan bersilangan didada.

Aku meronta berusaha teriak minta dilepaskan. Tapi apa dayaku. Mulutku disumpal kain sialan ini.

Andi mendekatiku lalu mengelus pipiku.

" Sayang juga jika tua bangka itu memilikimu. Aku menyukaimu. Tapi gadis sepertimu diluaran sana banyak. "

Apa maksudnya?

" Kalau kupakai, harga jualmu akan turun. Tidak tidak tidak. " Andi menggelengkan kepalanya. " Aku bisa mendapatkan gadis sepertimu saat aku mempunyai uang. Hahaha. "

Aku akan dijual? Aku tak mau.

Dengan sekuat tenaga, aku mencoba melepaskan diri. Tapi yang ada aku hanya terjatuh dari kursi. Dan itu sakit sekali. Karena lantai kayunya sudah kasar dan banyak serpihan seperti kaca tapi berwarna hijau.

Lalu kulihat beberapa orang lainnya datang.

Oh tidak!

Bagaimana ini, aku terjebak. Dia menjebakku. Aku harus minta tolong pada siapa.

Brakkk!!

" Kau tak apa? " siapa pria itu. Kenapa dia bisa tau aku disini.

Oh tidak, dia tampan. Apa dia hasil oplasan. Aku tidak tau, yang aku tau sekarang adalah jantungku seperti marathon.

Apa aku... Jatuh cinta?

" Bangun bodoh! " pria itu menarik paksa tanganku agar aku bangun.

Fix dia menyebalkan, tapi aku menyukainya.

Jantungku semata wayang, tolong berhenti berdebar kencang seperti ini. Aku takut dia tau.

" Kau menyukaiku kan? " pertanyaan tepat sasaran itu keluar dari bibir sexynya.

Astaga astaga astaga. Aku harus apa?

Astaga tenangkan dirimu Sherlin. Untuk saat ini kau harus bisa keluar. Lagipula bisa-bisanya pria itu melayangkan pertanyaan memalukan seperti itu ditengah kondisiku yang darurat.

Pria itu berdiri didepanku. Andi dan teman-temannya yang berjumlah lima orang sudah mengepung kami.

Aku bingung harus melakukan apa, karena kondisiku yang masih terikat tak bisa berbuat banyak.

" Hati-hati, " bisikku.

Pria itu mengangguk, dan sebelah tangannya mengepal.

Tunggu?! Dia ingin melawan Andi and the genk dengan tangan kosong?!

Sedangkan aku melihat Andi dan genknya membawa benda tajam. Untungnya saja tidak ada yang membawa senjata api. Tapi tetap saja tak ada untungnya, Sherlin.

Bagaimana jika aku dan dia nanti terbunuh. Lalu semua organku diambil dan dijual tanpa memberiku keuntungan sedikitpun. Tapi bukan diriku yang ku khawatirkan. Tapi pria ini, bagaimana jika dia terbunuh karena menolongku? Aku pasti tak akan sanggup untuk hidup lagi.

Bagaimana jika...

Ahkk...

Aku merutuki diriku yang mempunyai negative thinking.

" Tenanglah, Cher. Kau berisik sekali. Suara hatimu kau ucapkan. Dasar bodoh. "

Benarkah?

Tapi aku tak merasa berbicara.

Dia tau namaku ya? Tapi kenapa memanggilku Cher? Namaku kan Sherlina.

Akan kutanyakan jika aku selamat nanti.

" Jangan ikut campur, kembalikan dia. Dan pergi dari sini. " Andi menunjukku dengan tatapan yang tertuju pada pria didepanku.

" Kau yang seharusnya enyah dari dunia ini. " ucap pria itu dingin.

Demi apapun, aku yang mendengar suaranya saja sudah merinding. Rasanya benar-benar seperti terintimidasi. Apa tak ada orang lain yang menjadi penyelamatku selain pria menakutkan dengan aura kutub utara ini.

Andi tak terima ucapan pria dingin ini, akhirnya dia langsung berlari kearah pria itu. Kearahku juga tentunya dengan pisau yang siap menghunus.

Plakk!

Author pov

Pria itu dengan cepat memukul tangan Andi yang memegang pisau. Dan terdengar suara pisau jatuh dilantai kayu.

Dengan inisiatifnya sendiri, Sherlin mengambil pisau yang jatuh tak terlalu jauh dari jangkauannya. Yang kemudian digunakannya untuk memotong tali yang mengikatnya.

Andi sudah tergeletak tak berdaya saat tadi pria itu melakukan suatu teknik bela diri.

Lima orang yang berada disana, akhirnya menyerbu pria itu disetiap sisinya.

Bukk!!

Dengan cepat Sherlin menendang pusaka salah seorang yang menyerangnya.

" Smart girl, " ucap pria itu pelan.

Dengan jurus bela diri, pria itu segera menghabisi tiga orang. Sedangkan Sherlin dengan kaki dewanya berhasil membuat dua pria menangis tertahan karena pusakanya ditendang tanpa perasaan.

" Kau hebat, " puji pria itu. " Ada yang sakit? " tanyanya.

Sherlin sedikit meringis, tapi dia menggeleng.

" Aku tak apa, paling cuma luka kecil saja. " ujar Sherlin.

Pria itu membungkukan tubuhnya agar wajahnya sejajar dengan Sherlin.

" Jangan sok kuat, Cher. Aku tak suka. " ucapnya lalu kembali tegak. Tinggi Sherlin hanya sebatas dadanya saja.

" Kau yang jangan sok. Mentang-mentang aku pendek kau sengaja mengolokku."

Pria itu bingung dengan ucapan Sherlin. Tapi saat melihat wajahnya yang cemberut sambil melihat kakinya, pria itu menebak jika Sherlin tersinggung saat tadi dia membungkuk untuk melihat wajahnya.

" Maaf, " bisik pria itu pelan. " Ayo keluar. Aku sudah menghubungi polisi. "

Tbc

Vote dan comment ya sesudahnya

Sorry for gaje

Masih amatir

 My Mysterious Boss Is My Love At The First SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang