Take That Contract

181 8 0
                                    

Deruan suara mesin motor dari belakang itu cukup mengganggu telinga Vita. Motor itu melaju kencang hendak mendahului laju mobil Vita, namun alhasil, motor berwarna hitam itu malah sukses bersinggungan cukup tajam dengan mobil Vita.

“ Lu gila ya. Woiii… Tanggung jawab ni. Sinting lu ya.” Omel Vita sesaat melihat mobilnya cacat akibat gesekan seseorang pengendara sepeda motor yang kemudian kabur.

Ia menancapkan gasnya dengan kecepatan penuh mengejar motor yang bebrobot 125cc berwarna hitam itu. Bunyi klakson dari mobilnya tak henti ia keluarkan agar kendaraan di depan yang menghalangi laju mobilnya menyingkir. Hingga akhirnya dengan gesit, Vita memakirkan mobilnya secara horizontal dan memaksa motor berwarna hitam itu menginjak rem dengan sangat kuat agar tidak menabrak mobilnya dan akhirnya membuat pengendara motor itu terjatuh.

“ Heh. Bangun lu.” Vita menarik kerah jaket kulit sang pengendara dengan sangat geram. “ Gue nggak mau tau, lu harus ganti semua kerusakan mobil gue.” Vita menarik dengan paksa helm sang pengendara.

“ Ohh, elu ternyata.” Ujar Vita saat melihat pengendara motor itu ternyata teman satu kelasnya di kampus. “ Heh… Sendy Budiman. Gue nggak mau tau, lu harus ngeganti semua biaya lecet mobil gue karena lu serempet tadi.”

“ Vit, tega amat sih lu. Gue nggak ada duit ni. Liat merek mobil lu aja gue udah nggak tahan, gimana mau gantiinya.”

“ Asal lu tau, harga motor lu aja belum bisa gantiin biaya kerusakan mobil gue.” Ujar gadis berambut sebahu berkulit putih itu dengan suara yang mengeras. “ Kalau lu nggak bisa ganti, lu ikut gue ke kantor polisi sekarang.

“ Vit, Vit jangan dong. Gue kuliah gimana kalo di kantor polisi. Bisa-bisa kena DO dari kampus. Kan kita bentar lagi skripsi ya. Iya, skripsi semester depan. Iya kan?” jawab Sendy dengan nada memelas.

“ Gue sih belum. Ah, nggak usah kaitin ama masalah kampus deh. Sekarang gimana lu harus tanggung jawab sama mobil gue.”

“ Terserah deh. Jangan ngapa-ngapain gue juga boleh.” Jawab Sendy dengan melemparkan senyum kecut.

“ Gue tabok lu nanti. Mana handphone lu.”

“ Jangan dirampok dong, Vit.”

“ Sini mana handphone lu. “

Sendy menyerahkannya dengan pasrah. Vita lalu mengotak-atik handphone Sendy lalu mengembalikannya kepada Sendy.

“ Itu udah gue masukkin nomor gue. Entar gue kabarin lu harus ngapain sebagai ganti mobil gue. Yang pasti lu harus nurut, dan tenang gue masih berperikemanusiaan kok. Jadi jangan takut, hak hidup lu nggak bakal gue cabut. Kalau lu sampe nggak angkat ni telfon atau SMS gue, lu tau ‘kan gue bisa berbuat semua hal.” Vita mengelus dagu lelaki yang ditumbuhi sedikit jenggot itu dengan pelan lalu pergi memasukki mobilnya dan melesat dengan kencang.

“ Mimpi apa gue semalem ketiban vampire kayak dia. Duh, bisa-bisa hidup di neraka ni.” Sendy membayangkan dirinya saat nanti berhadapan dengan Vita.

“ Tuan puteri Vita, tolong lepasin saya.” Sendy dikepung dalam sebuah penjara kayu yang digantung pada sebuah tali.

“ Gara-gara elu semuanya ancur kendaraan kesayangan gue. Lu mau ganti pake apa? Cuma pake nyawa yang bisa.” Vita tampak seperti seorang puteri memakai mahkota namun ada dua buah tanduk di kepalanya.

“ Ampuni saya. Saya akan mengabdi pada Anda Tuan Puteri.” Sendy memegang erat pada kayu itu ketika Vita menyuruh pengawalnya menurunkan sedikit lagi penjara kayu itu ke dalam sebuah sumur berapi.

“ Ada pesan terakhir, saudara Sendy?” tanya Vita dengan senyum sinis.

“ Ampuni saya.”

“ Turunkan habis talinya pengawal.”

Bright From The Dark StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang