Is this my last Chance?

13 1 3
                                    


Sorry for my ego

I want you to know the real things

I want to hold your hands, keep you I my arms

Let you cry at my back

Hug you for every moments

I hope this is not my last

Sendy melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia bahkan tidak peduli saat ada lampu merah yang menyala. Pikirannya hanya satu, bahwa ia harus segera menemui Vita dan menjelaskan semua keinginannya. Ia ingin Vita tetap di sampingnya dan menemaninya di saat-saat pentingnya seperti ini.

Motor berwarna hitam itu sudah memasuki area jalan bandara. Degup jantung Sendy bertambah kencang. DIrinya seperti berada di ambang apakah ia bisa bertemu dengan Vita atau tidak. Sendy segera berlari kencang setelah memarkirkannya.

Ia berlari ke terminal penerbangan internasional dengan paniknya.

" Pak, penerbangan ke Australia hari ini ada jam berapa aja?" tanya Sendy dengan nafas terengah.

***

Dari kejauhan, Evy melihat sesosok lelaki yang tidak asing dalam benaknya. Evy berpikir keras siapa lelaki itu. Akhirnya ia menyadari bahwa itu adalah Sendy. Dengan emosi yang tiba-tiba memuncak ia segera menghampiri Sendy.

PLAKK!!!

Evy menampar Sendy dengan kuatnya. Petugas bandara itu terkejut dan membulatkan kedua matanya melihat perbuatan Evy.

" Elo, ngapain lo datang kesini?" tanya Evy sambil menahan nafasnya yang sudah sangat memburu.

" Lo siapa?"

" Lo nggak usah tau gue siapa. Gue cuma mau kasih tau lo. Elo, bajingan yang udah buat hidup temen gue ancur. Lo nggak usah lagi cari atau pun ketemu sama Vita. Denger baik-baik lo."

" Vita?" mata Sendy membulat ketika mendengar nama yang sangat ia ingin temukan. "Dimana dia sekarang? Plis gue harus ketemu dia sekarang." Sendy menggenggam kedua tanggannya di depan dada tanda memohon kepada Evy.

" Plis, jangan ganggu dia lagi. Lo tau kan seberapa luka yang dia dapet dari lo. Seberapa sakit yang udah dia rasain karena berjuang untuk sama lo. Tapi dia dapet apa?"

Evy berteriak dengan penuh emosi. Ia tidak memperdulikan beberapa pasanga mata memusatkan perhatian kepada mereka berdua. Petugas bandara itu sendiri pun tidak berniat untuk melerai mereka.

Air mata itu sudah memenuhi pelupuk mata Sendy. Hatinya sangat hancur saat ini. Ia terus merasa betapa tega dan jahatnya dirinya kepada Vita. Ia ingin mengganti semua kepahitan yang Vita rasakan.

" Tolong, Gue nggak tau siapa nama lo. Tolong gue harus ketemu sama Vita. Gue pengen jelasin semuanya ke dia." Ujar Sendy dengan terbata-bata. Ia bahkan tidak sanggup lagi menjelaskan semuanya dengan nada yang datar.

" Gue nggak mau dan gue rasa nggak perlu untuk kasih tau semua itu ke elo. Yang gue minta sekarang lo jangan pernah lagi ganggu Vita."

Sendy masih belum menyerah. Dengan pasrahnya ia berlutut di hadapan Evy. Kepalanya tertunduk di hadapan Evy.

" Plis. Kalo lo tau keadaan sebenarnya lo pasti ngerti. Gue harus ketemu Vita. Gue nggak bisa ngebiarin dia sendirian. Gue mohon." Air mata Sendy sudah tumpah. Ia tidak peduli lagi semua orang menatap dirinya. Ia tidak memperdulikan lagi harga dirinya. " Plis. Gue harus ketemua Vita, tolong. Tolong kasih tau dia dimana. Gue nggak bisa ngebiarin dia sendirian."

" Dasar lo ya. Gue cuma mau kasih tau. Vita udah terbang satu jam yang lalu. Dan nggak tau dia nanti akan balik atau nggak. Cukup untuk nggak hubungin dia, itu udah sangat membantu dia buat menata kehidupan barunya lebih baik. " Evy berlalu dari hadapan Sendy, meninggalkan Sendy yang masih tetap dalam posisi berlututnya.

Sendy lemas. Ia memukul lantai bandara itu dengan kuat sambil menangis. Menyesal, karena ia sudah terlambat. Menyesal karena perbuatannya selama ini. Menyesal karena selama ini ia lebih mementingkan keegoisannya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bright From The Dark StarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang