The Mistery Of Golden Gate

4 1 0
                                    

“The Mistery Of Golden Gate”


Cast : Kim Taehyung, Ryu Sujeong, Cho Kyuhyun, Min Yoongi


Genre : Thriller, Family





“Ketika aku merasakan ketakutan, maka di sana tumbuhlah keberanian.”



[FLASH  BACK]

Trusday, 09 August, 2012

Golden Gate, San Fransisco, at 11.00 PM



Suatu jejak yang tak masuk akal terkadang menari indah di kehidupan ini. Mengusik, bahkan mengancam. Hanya satulah yang mampu melindungi. Yakni jiwa ini, karena esok tak akan menampakkan batang hidungnya di hari ini. Penepatan muara hati hanya urusan waktu. Kim Taehyung, tak ayal merasakan ketakutan sejak ia tinggal di San Fransisco. Bocah blasteran Korea-Amerika ini tak dapat merasakan sebuah perhatian baik dari ayah kandungnya, Jhon Edwuard. Pria jangkun bertubuh kekar ini merasa depresi setelah dipecat dari perusahaan. Atau bahkan memang perusahaan tersebut telah tak membutuhkannya lagi.

Setiap hari hanyalah bentakan, tangis, dan pertengkaran. Kim Yoon In tak pernah menyadari bahwa suaminya mampu sekejam ini. Bahkan masa depan sang anak terancam hitam hanya gara-gara keegoisannya.

Lampu remang-remang jembatan indah Golden Gate mampu menembus retina indah dari wanita setengah baya ini. Rontaan beruntun tak mengubah sikap Jhon Edwuard yang memang sangat keras kepala.

“Jangan bodoh! Hidupmu tak lebih dari sebuah lelucon!” teriak Yoon In dalam isakannya.

“Kau yang bodoh!” Pria kekar dengan kaos hitamnya itu mengeluarkan sebuah belati lipat dari dalam saku celana jeans-nya.

“Apa yang kaulakukan?!” Suara Yoon In tercekat.

“DIAM!!” Jhon membentak wanita malang itu.

“Kau boleh menyakitiku, Tapi jangan harap aku akan diam jika kau menyakiti Taehyung,  Aku tak akan membiarkanmu!”  teriaknya lagi.

“Aku juga tak sudi melihatmu hidup, aku akan membunuhmu!” Pria itu tampak mengarahkan pisau kecil ke arah wanita bermata sipit di depannya. Tak tanggung-tanggung, jembatan indah ini menjadi saksi bisu atas mengucurnya darah Kim Yoon In.

“Eonma!” teriak seorang anak kecil yang mengenakan hoddie putih. Keadaan yang sangat menegrikan tersebut memaksa bocah berumur tujuh tahun ini menyaksikannya. Tubuhnya tampak bergetar dengan dada yang mengembang dan mengempis dengan cepat.

“Appa, you were crazy!” teriaknya dari kejauhan. Ia berlari dengan langkah kecilnya menghampiri tubuh sang eonma yang sudah bersimbah darah. Lelaki berdarah Amerika tersebut tak merasa iba, ia malah mengacungkan pisau berlumur darah tersebut ke arah anak kandungnya. Entahlah, apa yang kini dirasakan oleh bocah berumur tujuh tahun tersebut. Yang jelas cairan merah yang dilihatnya membuat jantungnya berdetak tak karuan.

“Appa! Jauhkan aku dari darah itu!” teriaknya. Taehyung tak mampu melihat darah yang mengucur deras di leher sang eonma. Kakinya terasa kaku dan lemas.

“Aku tidak akan membunuhmu, Sayang! Aku ingin memotong kakimu,” ucap pria berdarah dingin tersebut.

“Michigo! Jangan lakukan itu! Appa!” Taehyung memekik ketakutan melihat cairan merah tersebut. Jantungnya pun berdesir hebat dengan keringat dingin yang mengucur deras. Matanya tak mampu ia buka. Seluruh tubuhnya bergetar tak menentu. Akhinya ia terkulai lemas dan menundukkan tubuhnya di samping tubuh eonma-nya.

“You must lose your leg!” teriak pria itu lagi.

Taehyung hanya mampu memekik sekeras-kerasnya kala belati sialan itu mengarah ke kaki kirinya. “OHHH GOD!” teriaknya saat merasa benda berujung tajam itu mulai menyayat kulit kakinya.

“SHIT! CRAZY MAN!” Terdengar teriakan keras seseorang dari arah kanan. Keduanya menoleh spontan ke arah sumber suara. Lamat-lamat dari kejauhan tampak seorang pria muda berumur tujuh belas tahun menghentikan aksi tak bermoral ini. Ia mengantamkan pukulan telak pada kepala pria tersebut dan menangkis lengannya. Belati di tangannya pun lepas dari genggamannya.

“Hey! Are you want to dead?!” seru Jhon Edwuard dengan bangkit dari huyungannya. Pria muda itu tak menjawab apapun, ia hanya menatap tajam dan mengarahkan pukulan berulang kali ke arah pria di depannya. Jhon tersungkur tak berdaya. 

Tak lama kemudian terdengar suara sirine polisi mendekat.

“SHIT!” seru John Edwuard. Saat ia tampak akan berlari, pria muda yang memukulnya mencegah kepergiannya dengan meraih tangannya dengan cepat serta memutarnya. Ia tahan keadaan ini sampai seorang anak kecil berumur sembilan tahun mendekati mereka bersama dengan dua orang polisi.

“Good job! Min Yoongi!” Pria muda itu tersenyum ke arah anak kecil itu. Anak kecil dengan nama Yoongi itu hanya mengacungkan kedua jari jempolnya.

“Thank’s a lot,” ucap salah satu polisi kepada pria muda tersebut lalu memborgol tangan pria gila itu untuk di tangani lebih lanjut.

Taehyung menangis sejadi-jadinya di sana. Kakinya berdarah, dan ia takut sekali dengan darah, namun penyebab ketakutannya tak terlihat. Yang jelas darah eonma-nya mampu membuatnya tak berani menatap cairan tersebut.

Kini tampak seorang anak berusia dua tahun lebih tua darinya menghampirinya.

“Are you fine?” tanyanya. Taehyung hanya mengangguk dan menatapnya lekat. Bocah yang memiliki kulit pucat tersebut terlihat khawatir dengan keadaannya. “What’s your name?” tanyannya kemudian.

“Kim Taehyung. And you?”

“Min Yoongi.”


[FLASH BACK END]

***


Seoul, South Korea at 08.00 AM


Tangan Taehyung masih berkutat dengan benda berlayar 21 inchi di depannya. Kedua maniknya menelisik teliti tentang tempat yang sangat menyangkut masa lalunya. Golden Gate. Memang bangunan itu  termasuk dalam kategori ‘Wonder Of The World’ menurut para arsitek di Amerika. Warna merah merupakan warna yang hampir mendominasi warna jembatan indah ini. Indah, memang. Tapi merah juga warna cairan yang sangat ditakutinya. Darah.

“Argh! Blood!”  ucap pria ini dengan menarik kasar ujung rambutnya. Mengingat ketakutannya sendiri, membuat ia teringat dengan kejadian 13 tahun yang lalu. keberadaan Jhon Edwuard hingga kini masih mampu terdeteksi olehnya. Pria itu mendapat hukuman penjara seumur hidup atas perbuatan gilanya. Bahkan polisi San Fransisco harus rela mengantarkan Jhon Edwuard untuk mengecek keadaan psikologinya ke seorang psikiater. Bahkan Jhon Edwuard akan melakukan hal buruk kepada teman satu sel-nya, sehingga ia ditempatkan di tahanan khusus.

Gemerlap Golden Gate mampu membuat hidup Taehyung mengidap fobia akut tentang keberadaan darah. Sebuah catatan dilaporkan bahwa telah terjadi sekitar 1.500 aksi bunuh diri di jembatan tersebut sejak dibuka umum pada tahun 1937. Diketahui setiap dua pekan sekali setidaknya terjadi percobaan bunuh diri di jembatan ini. Data tersebut membawa Golden Gate masuk dalam kategori tempat pilihan untuk melakukan aksi bunuh diri. Mungkin ketinggian jembatan ini yang mencapai angka 227 meter adalah ketinggian idealis untuk melakukan aksi tersebut. pemerintahan setempat telah mencoba meminimalisir terjadinya aksi gila ini. Namun masih saja ada orang yang mencoba mengakhiri hidupnya di tempat ini. Begitu juga eonma-nya harus merenggut nyawa di sini.

“Taehyung-ah!” Kedua manik Taehyung membulat dan menoleh ke belakang. Sebuah senyuman manis telah menyapanya.

“Hyung!” pekiknya dengan tersenyum. Pria bermata belok dengan kulit pucat dan balutan baju seorang dokter itu langsung mengambil posisi duduk di kursi panjang taman kecil seluas 30 meter ini. Taman yang sangat idealis yang mampu menghiasi sebuah rumah mewah di kawasan kota metropolitan, Seoul.

“Kau sedang apa? Ayo! Jangan kebanyakan bermain! Ujian tes masuk ke perguruan tinggi sudah di depan mata,” ucap pria itu dengan tersenyum.

“Nde, Kyuhyun Hyung, I know.” Taehyung sekali lagi tersenyum sok manis di depan kakak angkatnya itu. Lantas tangan kanannya mematikan laptop hijaunya dan memasukkannya ke dalam tas.

“Aku akan pergi ke Jeju dengan Yoongi hyung. Mungkin selama dua hari,” ucapnya kemudian dengan mencangklong tas ranselnya dan beranjak dari posisi duduknya.

“Hey! Dasar bocah! Tes masuk pekan depan Taehyung-ah!” seru Kyuhyun dengan menatap kesal ke arah adik angkatnya.

“I don’t care!” ucap Taehyung dengan senyum usil dan melangkahkan kaki untuk meninggalkan Kyuhyun.

Kakak angkat itu hanya mampu mendengus kasar menatap punggung Taehyung yang sudah menjauh dari hadapannya. “Aku tak yakin jika kau akan diterima sekolah di sana. Apa kau melupakan fobia mu? Argh! Semoga saja kau segera sembuh.”


***


Jeju Island, at 07.00 AM

“Aku heran denganmu, kenapa kau ingin sekali menjadi dokter,”  ucap Yoongi setelah menyesap teh hangat yang ada di genggamannya. Taehyung menoleh ke arah Yoongi dan mendesah pelan.

“Agar aku bisa menyembuhkan orang yang sakit. Aku tak tega melihat orang kehilangan saudara terkasihnya. Jangan sampai masa laluku juga terjadi kepada orang lain.”

“Masa lalu?” lirih Yoongi dengan mengangkat kedua alisnya.

Taehyung tampak menundukkan wajahnya dan mengayunkan kedua kakinya ke depan dan ke belakang. “Eonma pernah berkata ia ingin kalau aku menjadi seorang dokter, sehingga mampu menyembuhkan orang yang bermasalah terhadap kesehatan, dan bahkan orang yang mengalami kecelakaan. Dan kau tahu, darah eonma adalah awal aku merasakan semua ini. Bagiku darah adalah cairan lambang suatu kematian yang mengerikan. Suatu waktu setelah kejadian gila itu Kyuhyun hyung memercayakanku untuk bisa terbebas dari fobia ini. Namun gagal! aku malah mengalami fiksasi selama setahun lamanya.  Aku sering murung, jarang makan, bahkan aku susah di ajak komunikasi,” ucap Taehyung.

Yoongi menatap sepupu angkatnya itu dan mengusap punggung telapak tangannya dengan pelan.

“Oh ... aku ingat. Waktu itu aku pernah memaksamu mati-matian untuk masuk sekolah, tapi kau malah marah kepadaku. Taehyung-ah! Jalan manusia memang berbeda-beda. Dan tak ada jalan lain selain kau harus menghadapinya dan berusaha menghapus semua penghadangmu.”

Mendengarnya, Taehyung mendongakkan kepalanya dan menatap Yoongi dengan penuh arti. “Hyung! Bantu aku untuk menjadi seperti yang eonma minta dariku. Aku ingin membuatnya tersenyum di alam sana.” Yoongi tampak tersenyum.

“Oke! Baiklah ... yang terpenting ada ini--” Yoongi mengisyaratkan adanya uang dengan jari jempol serta jari telunjuk yang ia gosok-gosokkan.

“Ah! Gampang, masih ada Kyuhyun hyung yang baik hati.” Taehyung tersenyum bangga. Sementara Yoongi terkekeh pelan.

“Yang terpenting kau jangan pernah mengecewakannya,” ucap pria berkulit pucat itu.

Taehyung memposisikan telapak tangan kanannya untuk hormat di depan Yoongi. “NDE, SSAEM!” serunya.

Keduanya untuk terkekeh.

Pagi yang cerah dengan pemandangan indah pulau Jeju memang membuat mata tak bisa lepas dari penglihatannya. Bahkan hotel sederhana yang dipilih oleh dua pria muda tersebut juga banyak menyimpan gambar dan lukisan indah pulau ini.

***


Sepulang dari pulau indah itu, keinginan Taehyung untuk menyaksikan film horror di bioskop semakin menjadi.

“Yoongi hyung, antarkan aku ke bioskop! Dan jangan bilang ke Kyuhyun hyung kalau aku akan pergi ke sana malam ini,” ucapnya.

Yoongi tampak kelelahan sambil memijat-mijat pundaknya. “Ya! Bagaimana caranya?” Pria muda itu tak bisa selalu menuruti kemauan nakal sepupu angkatnya itu.

“Ah ... pikirkan caranya! Aku tak mau tahu,” sungut Taehyung.

Yoongi sesekali meringis kesakitan kala tubuhnya merasa benar-benar lelah sekarang. Bibirnya berkomat-kamit mengucapkan umpatan berulang kali.

“Jangan malam ini,” sahut Yoongi singkat. Pria itu masih sibuk dengan keadaan tubuhnya.

“Baiklah! Aku akan pergi sendiri.” Taehyung berdiri dari tempat duduknya dan berlari ke luar rumah.

“Taehyung-ah! Argh!” Yoongi sedikit mengangkat tubuhnya, namun gagal dengan meregangnya otot pundaknya. “Sebenarnya ada apa dengan pundakku?!” Resahnya dengan erengan kesakitan.

Lantas ia menundukkan tubuhnya dengan tenang dan menyambar ponsel pintar miliknya yang berada di nakas. Mencari nama yang ingin ia hubungi dan menekan perintah ‘call’ pada layar full touch screen-nya.

“Yoeboseo.”

“....”

“Kyuhyun hyung! Taehyung pergi ke bioskop sendirian.”

“....”

“Ah, tidak! Pundakku sakit, berbahaya jika aku menyetir mobil.”

“....”

“Ayolah hyung! Taehyung masih labil.”

“....”

“Hyung, usahakan untuk pulang cepat.”

“....”

“Tapi hyung? Argh!!” Yoongi mengempaskan tubuhnya ke sandaran sofa yang ia duduki dengan sorot frustasi. Kyuhyun harus mengurusi operasinya, sementara itu hari ini jadwalnya untuk berjaga di rumah sakit, Yoongi hanya bisa bergumam tak jelas dengan ketidak sanggupan Kyuhyun untuk menjemput Taehyung.

Tak lama kemudian ponselnya bergetar nyaring yang menandakan bahwa ada pesan masuk di sana. Dengan gerak malas, Yoongi mengambil ponsel tersebut dan membaca pesan yang telah masuk.

“Kyuhyun hyung?” lirihnya setelah membaca nama pengirim.

‘Jeongmal mianhae, untuk hari ini saja aku titip Taehyung kepadamu. Fiksasi anak itu sangat keterlaluan. Bahkan ia bisa nekad mengakhiri hidupnya sendiri. Setelah pundakmu membaik, tolong cari Taehyung.” Yoongi mendesah resah setelah membaca pesan singkat tersebut. lantas tangannya segera mengetik beberapa jawaban dan mengirimkannya ke Kyuhyun.


***


Yoongi belum merasakan pundaknya benar-benar membaik. Malah kini ia merasakan keram. Rumah keluarga Cho tampak sepi, begitu juga dengan sopir pribadinya juga masih menemani Appa-nya untuk bertugas di luar kota.

“What must I do?!” erengan Yoongi dan berdiri dari posisi duduknya. Dengan memegang pundak kanannya yang memang benar-benar terasa sakit, ia menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas meja ruang tamu dan menuju garasi.

Sesekali tangan kirinya memegang pundak kanannya sambil menyalakan mesin mobil Hyundai hitam pekat ini. Dengan pelan, mobil mewah itu meninggalkan rumah keluarga Cho. Yoongi mengedarkan pandangan ke sepanjang trotoar jalan. Ia menghampiri restaurant favorite Taehyung untuk mencari sebuah keajaiban di sana.

Tak ada!

Yoongi memijat pelipisnya dengan kasar, lantas ia merogoh saku jaket hitamnya mencoba menghubungi Taehyung.

Sial! Nomornya sedang tidak aktif!

Sesegera mungkin Yoongi berlari menuju ke arah mobilnya terparkir. Lalu memasukinya dan melempar ponsel pintarnya ke dasbor dengan kasar.

“Taehyung-ah! Tolong jangan seperti ini!” gerutunya sambil menyalakan mesin mobil ini. Pundak kanannya semakin meregang, tapi Yoongi terlihat menahan rasa sakitnya demi Taehyung. Sampai akhirnya ia parkirkan mobil mewah tersebut  di sebuah bioskop terbesar di Seoul. Ia berlari mencari sosok Taehyung. Sesekali meneriakki nama adik angkat sepupunya itu dengan keras. Pundak kanannya semakin meregang, Yoongi memegang pundak kanannya dan berlari terlunta-lunta. Beberapa orang berteriak dan memakinya saat ia tabrak tanpa sengaja.

Yoongi tak peduli itu. Ia terus berlari sampai akhirnya ia berhenti di sebuah loker pembayaran. Napasnya tak teratur dengan keringat yang bercucuran.

“Taehyung ... Taehyung,” panggilnya tersedat-sedat.

“Kau itu sudah berumur 17 tahun! Tapi kenapa sikapmu masih seperti ini?!” pekiknya. Ia benar-benar frustasi dengan keadaan ini. Yoongi segera merogoh ponsel pintarnya saat ia rasa ada pesan masuk di sana.

Yoongi mengacak rambutnya sendiri saat melihat nama ‘Kyuhyun’ tertera di sana.

“Apa Taehyung sudah ditemukan? Yoongi-ya, mianhae, aku tak bisa menemanimu mencarinya.” Yoongi tampak mendengus kasar dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jaket hitamnya. Ia tak sanggup membalas pesan sepupunya tersebut.

“Hyung!” Suara familir itu mengusik pendengaran Yoongi. Lantas pria berumur 22 tahun itu menoleh ke arah sumber suara.


Astaga! senyuman tak tahu dosa itu tergambar konyol di depannya.

“TAEHYUNG!!” pekik Yoongi dengan kesal. Taehyung terkekeh.

“Ah mian hyung! Aku tak bermaksud--”

Yoongi memotong ucapan Taehyung. “Tak bermaksud membuatku kesal? Frustasi karenamu?  Kau tahu, aku hampir saja mati mencarimu!”

Taehyung nampak menggaruk kepalanya yang tak terlihat gatal itu. “Mian.”

Yoongi tampak memejamkan mata dalam waktu sejenak dan membukannya.

“Ayo pulang! Kau seperti telah lupa umur jika tersulut keinginanmu sendiri seperti ini.” Tangan kiri Yoongi nampak menarik lengan Taehyung dengan kasar.

“Tapi hyung, aku baru saja membeli dua tiket untuk kita berdua,” ucap Taehyung dengan nada merengek.

“Bersikaplah lebih dewasa! Untuk sekarang aku lelah sekali,” tukas Yoongi dengan langkah yang masih terpacu meninggalkan tempat ini.

Taehyung hanya terdiam.

“Mian hyung.” Kalimat itu berulang kali keluar dari bibirnya.

Yoongi menetap kesal wajah itu dan mengangguk. “Sudah lupakan,” ucapnya singkat. Lantas keduanya memasuki mobil mewah milik Yoongi dalam diam.

Pundak kanan Yoongi berdesir hebat. Ia pejamkan mata sejenak dan menyalakan mesin mobil mewah ini. Rasa sakit itu jika ditahan untuk waktu sebentar tak ada masalahnya. Maka dari itu, pria berkulit pucat ini memacu laju mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Taehyung sontak panik dengan apa yang dilakukan oleh Yoongi. Lantas ia menoleh ke arah Yoongi dan mendapati wajah kesakitan itu.

“Hyung, gwaenchana?” tanyanya. Garis kekhawatiran menggerakkan tangan kirinya untuk menyentuh pundak Yoongi.

Yoongi tak tahu kenapa ini bisa terjadi. Pundak kanannya kini mati rasa. Sementara itu pundak kirinya terasa perih dan lemas.

“Taehyung! Cepat ambil alih kemudi ini!?” pekik Yoongi saat mobil tersebut layaknya hilang kendali.

Taehyung menatap Yoongi dalam kebingungan. “Aku belum pernah menyetir mobil, hyung!” ucap Taehyung dengan menggelengkan kepala.

“Cepat lakukan!!”  Yoongi nampak memejamkan mata dengan menggeleng tak karuan.

“Tapi hyung--”

BRUSH!

Mobil mewah itu menabrak sebuah pohon zelkova besar yang tampak kering akan daun. Kaca samping pengemudi pecah. Kepala kiri Yoongi tampak beradarah parah. Sementara Taehyung hanya mampu memandang ke arah lengan kanannya yang juga berdarah. Dadanya terasa seperti tercekat oleh benda tajam. Keringat dingin pun mengucur deras di sana. Beberapa orang lantas berhamburan menuju ke tempat kecelakaan tunggal ini.

Tubuh Taehyung bergetar hebat. Ia memejamkan mata dengan rapat, sampai akhirnya seseorang mengeluarkan tubuhnya untuk keluar dari mobil ringsek ini.

Sementara Yoongi terlihat tak sadarkan diri dengan keadaan tangan kiri yang mencengkram kuat pundak kanannya.

“Taehyung-ah! Apa kau baik-baik saja?” Suara halus seorang gadis mengusik pendengaran Taehyung.

“DARAH!” teriak Taehyung dengan tubuh yang terus mengeluarkan keringat dan jantung berdetak hebat.



-----(TO BE CONTINUED)



Chap 1 yang lumayan vanjang :v dari kemarin aku masih post karya-karyaku yang lama. Bahasaku sekarang beda banget dengan yang ini, hihihi.

Posting chap dua setelah try out tanggal 15.

Thank’s for reading!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

That's Blood Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang