Pria itu menatap lurus kearah depan,sembari tangannya memegang segelas wine yang sudah kosong,ia kembali menatap kearah bartender yang ada di depannya,tanpa mengatakan apa-apa,bartender itu seolah tau apa yang diinginkan pria muda didepannya itu,dengan sigap dan cepat si bartender mengisikan wine pada gelas yang kosong
Jujur saja,dalam hati Justin,pria itu masih sangat menginginkan Rea,ada sebuah hasrat dimana ia sangat ingin kembali padanya,namun ia hanya bisa memendam dalam diam dan membuat rasa sakit yang luar biasa ketika harus menyaksikan Rea,gadis yang dicintai-nya terlihat sangat rapuh didepannya
Sebagai seorang pria,ia sangat mengerti bahwa meninggalkan seorang gadis tanpa kepastian itu bukanlah hal yang baik,namun bagaimana jika semua itu bukan keinginannya? Melainkan tuntutan? Maka Pria itupun sama sekali tak bisa melakukan apa-apa selain menurutinya
Jika saja ia dapat mengembalikan waktu dan menceritakan itu semua pada Rea,jika saja gadis itu mau mengerti,jika saja..
"Woi! udahan minumnya anjir!ntar lo mabuk yang gendong lo siapa?gue ogah! " cerocos Riki yang kemudian mengambil paksa segelas penuh wayne ditangan Justin
"Gue juga gak sudi lo gendong" balas Justin lalu mengambil segelas wayne-nya dari tangan Riki
Riki melongo mendengar balasan Justin,sesaat kemudian ia berdecak pelan "Gue juga O to the G to the A to the H alias Ogah!" ucap Riki sembari menekankan kata ogah
Justin tersenyum,sesaat kemudian ia menatap cowok bertubuh tinggi yang berada di sampingnya,setidaknya Riki bisa sangat membantunya untuk memberitahu Justin tentang keadaan Rea,ya,memang,hanya Riki-lah satu-satunya jalan dimana Justin masih bisa tau apakah gadis itu masih menapak di bumi,jika tidak tanpa bantuan Riki,maka dipastikan maka Justin-pun tak akan bisa melihat ataupun mendengar tentang Rea lagi
"Kapan lo mau balik ke Swiss?" ucap Riki sembari meneguk segelas air putih biasa
"Lo kayaknya pengen cepet-cepet gue pergi ya" balas Justin
"Aelah,lo sensitif banget sih,ya enggak lah,kalau ada lo disini kan gue jadi serba gratis,dibayarin elo" jelas Riki panjang lebar
Justin kembali tersenyum,sesaat kemudian suara deringan ponsel dari sakunya terdengar
Tulisan 'MAMA' tertera pada layar ponsel itu
"Halo?" ucap Justin
"Justin? Kamu di club lagi?"
"bagus,sepertinya mama sudah tau" - batin Justin
"Kok Mama bisa tau?"
"Justin,anak mama,pinter-an dikit dong sayang,Itu kan lagu dugemnya keras banget,sampai suara kucing lagi kawin aja kalah" ucap Perempuan disana geram
Justin disana, hanya diam mendengarkan.
"Justin! Kalau mama ngomong itu harusnya direspon,bukan malah diem aja" ucap Mawar,mama Justin
Sementara Justin mendengus pelan,mendengarkan Mama-nya yang tengah mengomel kepada putranya yang berumur 6 tahun,pada kenyataannya Justin bukanlah anak-anak berumur 6 tahun yang setiap saat harus ditelfon dan disuruh pulang,Justin sudah cukup dewasa.
"Mama gak usah khawatir ak---
"Mama gak suka dibantah ya,Pulang sekarang!" ucap Mawar pada putera-nya itu
Sekali lagi,Mawar memperlakukannya bagaikan Justin adalah anak berumur 6 tahun
"Ma..ini baru jam setengah 10 loh"
ucap Justin dengan melas
KAMU SEDANG MEMBACA
yo(U)
Teen Fiction"You told me to find the good in the world,so I've spent my days searching,but still somehow you're all i find."