3 | More Close

8.9K 537 56
                                    


***

"Hinata, jangan seperti ini..."

"Tidak. Aku tidak peduli!"

"Lalu kau mau apa?"

"Ice cream."

"Tidak!"

"Hiks... Hiks...-"

"Baiklah, kita berangkat."

Naruto langsung saja melajukan motor bercat full orange itu tanpa mengidahkan Hinata yang bersenandung ria karena kinginannya terkabul.

Ada rasa tak tega saat gadis itu merengek lalu terkadang menangis dan berakhir berteriak-teriak tanpa mempedulikan suasanana seperti tadi. Dan disini Naruto merasa Hinata selalu seenaknya meski bukanlah sebuah perintah namun permintaan, tapi tetap saja, terkadang ia sangat kesal dengan gadis itu.

Sesaat setelah mereka sampai dirumah setelah membeli buku, tiba-tiba saja Hinata tak ingin turun dari motor sport milik Naruto. Gadis itu malah merengek ingin membeli ice cream lalu menangis saat Naruto berkata tidak, hingga pria pirang itu terpaksa mengiyakan saat Hinata mulai berteriak keras seraya mengatainya jahat berkali-kali.

"Naruto-kun, kenapa pelan sekali?" ujarnya bertanya sedikit keras lantaran sedang berkendara diantara banyak kendaraan lain hingga bunyi bising dan riuh pasti membiaskan setiap suara.

"Diamlah! Atau tak ada ice cream!" Naruto sangat kesal sekarang ini. Bertahun-tahun ia tak pernah dibuat seenaknya seperti ini, dan sekarang ia tersiksa karena Hinata selalu meminta sesuatu dan ingin langsung dikabulakan saat itu juga.

"Oppsss— ok, ok!" Mengeratkat pelukannya pada pinggang Naruto. Hinata terkadang mengeluskan hidung kecilnya pada punggung pria yang memboncengya.

Setelah itu tak ada lagi percakapan. Naruto yang sangat dongkol dengan keadaan kesalnya, dan Hinata yang sama sekali tak tahu semua itu karena kepolosan yang dimilikinya, hanya bersenandung seraya menikmati perjalanan yang terasa lumayan pelan, tak seperti biasanya yang selalu kencang saat ia dibonceng si pirang.

•••


Pria yang sering dipanggil Rubah bodoh oleh semua temannya itu terlihat pucat. Ia hampir tak bernafas saat Hinata, gadis menyebalkan yang tadi merengek meminta ice cream itu memandang takjub deretan boneka yang berjejer rapi pada rak besar didalam toko yang juga menjual ice cream yang dikunjunginya guna membelikan Hinata ice cream.

'Ya tuhan! Kumohon kali ini jangan buat dia menginginkannya.'

Pria itu bertambah pucat lagi saat Hinata menoleh kearahnya dengan tatapan ingin sesuatu seperti biasanya.

"Naruto-kun lihatlah—bonekanya bagus-bagus 'kan?" Si pirang hanya mengangguk dengan merapalkan do'a dalam hati.

"Aku ingin membelinya..."

Dan kali ini ia tak hanya pucat, malahan terlihat pasrah dengan keadaan yang menurutnya sudah biasa. Jika membelikannya, pasti uang jajannya lagi-lagi terkuras lagi. Dan jika menolak, bisa dipastikan semua akan menganggapnya yang tidak-tidak karena setelah itu Hinata pasti berteriak histeris dengan derai air mata.

"Tapi tidak perlu lah..-" mendadak Naruto mengangkat wajahnya dengan raut tak percaya, "Nanti uang Naruto-kun habis jika membelikanku sesuatu terus."

Belum sempat ia menolak dan menjelaskan tentang alasannya, Hinata sepertinya sudah memahaminya meski tak sejalan dengannya dalam masalah pemikiran.

"I-iya..., kita pulang yah?" ajaknya dengan bernafas lega. Tetapi tetap saja ia merasa kesal. bisa dilihat Hinata menenteng bingkisan putih transparan berisi 5 ice cream, dan satu yang kini dimakan gadis itu.

More Colorful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang