6 | First Kiss

9.4K 484 46
                                    


***

Senyum tulus tak luput sedetikpun dari bibir pria bermarga Namikaze ini. Telapak tangannya terus mengelus dan terkadang jemarinya menyisir surai indigo gadis yang tertidur lelap disofa tersebut.

Ia terkekeh pelan saat memperhatikan wajah Hinata yang terlihat kelelahan, terkadang melenguh tak nyaman. Dan ia juga merasa sedikit kasihan dengan gadis itu jika mengingat hari ini selalu marah-marah hanya karena hal kecil.

"Ibu.... "

Naruto diam ditempat, matanya memandang sendu Hinata. Disisi lain memang gadis itu sangat berisik dan menyebalkan, tapi jika mengingat Hinata selalu mengigau nama sang ibu saat tertidur, hatinya entah kenapa selalu tergerak untuk mengisi kekosongan dari diri Hinata, kekosongan yang selalu membuat sang gadis menangis saat mengingat mendiang ibunya.

"Apa seberat itu hidupmu? Kau hanya punya sepupu selama ini, dan kau pasti tersiksa dengan sikap overprotective yang dimiliki Neji..."

Tangan tan miliknya kini mengelus pipi chuby Hinata. Rasanya sangat halus dan lembut, dan ia sangat suka itu.

"Pasti tak menyenangkan menjadi yatim piatu diusia kecil...?" matanya terpejam, mencoba menetralkan dirinya yang terbawa suasana sedih semacam ini. "Maaf jika aku selalu marah-marah. Dan jika kau tau kenapa aku seperti itu? Yah~ semua itu karena kau sangat berisik dan menyebalkan..."

Kali ini Naruto menyelipkan tangannya pada perpotongan leher Hinata, dan satu lagi pada lekuk lutut gadis itu. Diangkatnya pelan agar tak terbangun, rasanya tak tega melihat wajah polos Hinata yang sedang tidur lalu bangun begitu saja.

Namun ia mendadak malu saat tiba-tiba Hinata membuka sempurna kelopak matanya. Meski gadis itu masih mencerna keadaan sekarang, tapi terlihat semburat merah memenuhi wajah cantiknya kala Naruto mengangkatnya seperti pengantin yang mengangkat mempelai wanitanya.

"Na-naruto-kun...?" gumamnya lirih tetap memandang pemuda yang juga menatapnya. Keduanya meronakan wajah masing-masing.

Kali ini si pirang memalingkan wajahnya, ia seperti kucing yang ketangkap basah tengah mencuri ikan didapur ibunya.

"Aku tak tega membangunkanmu. Apalagi melihatmu kedinginan, aku lebih tak tega melihat gadis tidur meringkuk memeluk tubuhnya sendiri..." ucapnya mencoba setenang mungkin, meski debaran jantungnya tak bisa dibantah.

"Jadi Naruto-kun mau mengangkatku kekamar dan memelukku sambil tidur?" pertanyaan polos dari Hinata sontak membuatnya menatap sang gadis tajam. Namun yang ditatap seperti itu hanya mengedikkan bahu.

"Naruto-kun bilang tak tega melihatku tidur sendiri meringkuk memeluk tubuh... Pasti Naruto-kun akan membawaku kekamar dan memelukku 'kan?" kembali ia berujar polos tanpa menyadari Naruto yang sudah memerah tak karuan. Pria pirang itu tak dapat membayangkan bagaimana dirinya bisa tidur jika memeluk tubuh mungil tapi berisi milik Hinata, meskipada dasarnya ia pernah tidur dengannya.

"Jika kau bicara terus, aku akan menjatuhkanmu sekarang juga." ucapnya membuat Hinata menutup mulut, namun pria itu tau jika Hinata tertawa kecil dalam bekapan tangannya sendiri, terlihat dari matanya yang menyipit menahan tawa.

Gadis yang masih betah digendongannya itu hanya menggeleng lucu, dan itu mengisyaratkan dirinya jika tak akan bicara lagi.

Naruto melangkah menuju kamar Hinata yang tak terkunci. Ia merebahkan tubuh mungil itu dikasur dengan lembut. Entah kenapa ia malah membopongnya, padahal ia bisa saja menurunkannya saat Hinata sudah bangun.

Niatnya untuk melangkah pergi diwirungkannya setelah mendengar panggilan Hinata.

"Kemari sebentar..." pinta Hinata menampilkan senyum manis, tak lupa wajah memerahnya.

More Colorful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang