9 | The Feeling of Missing

7.5K 435 28
                                    


***

Namikaze Minato. Sosok suami sekaligus ayah yang berwibawa namun konyol secara bersamaan. Pria jangkung yang menurun penuh dan mematen pada putranya itu hanya tertawa geli dalam hati melihat putra semata wayangnya itu tampak sangat malas menjalani harinya.

Sudah tiga hari ini Naruto menjadi sedikit murung, tidak seperti biasanya yang ceria walau terkadang cuek. Dan sebagai ayah Minato juga memahaminya.

"Hey nak! Kau merindukannya bukan?" berjalan menghampiri sang putra, ia tersenyum tipis melihatnya.

Naruto tak merespon, ia hanya fokus memandang TV dihadapannya itu, sesekali bola matanya memojok guna menciptakan lirikan yang mengarah pada sang ayah.

Kini wanita berambut merah yang merupakan sang Ibu sekaligus Istri dari ayahnya datang. Berjalan pelan menghampiri keduanya yang duduk disofa menghadap TV diruang santai tersebut, tangannya membawa nampan berisi camilan.

"Kau rindu ingin menciumnya lagi?" goda sang ibu sontak saja membuat Naruto mendelik dengan tersipu tipis.

Kushina terkekeh melihatnya, ia tak menyangka sebenarnya tentang kedekatan Naruto dan Hinata bisa sejauh itu. Bahkan saat baru datang dan membawa Neji pun ia disuguhi pemandangan adegan ciuman. Dan parahnya kakak sepupu Hinata tau itu.

"Bagaimana rasanya?"

"Ibu!" Naruto kini bertambah merah pipi berguratnya.

"Hey! Aku hanya bertanya..." ucap Kushina ikut duduk dipinggir sang suami.

"Ayolah... Jangan bahas itu." ucap Naruto kali ini mempoutkan bibirnya kedepan.

"Aku ingin bertanya." ujar sang ibu dan hanya mendapat lirikan darinya. "Saat kami pergi, apa yang biasa kau lakukan? Apa kau pernah kekamar Hinata?" lanjutnya.

"Setiap hari." jawab Naruto malas tanpa melihat ekspresi terkejut dari kedua orangtuanya.

"He-hey! Apa yang kalian lakukan? A-apa ada Hinata saat kau disana?" tanyanya lagi.

"Tentu saja." Kushina menutup mulutnya, ia kini berpindah disamping sang anak, "Ibu... Ada apa sih?"

"Jangan bilang kau mengambil gelar gadis dari Hinata." ujar Kushina membuat Naruto terkejut.

"Apa maksud Ibu?" Naruto mengerjap beberapa kali dan sedikit menjauhkan wajah, "A-aku tidak melakukan itu..."

"Kau tau? Neji akan membunuhmu jika dia tau." lagi-lagi Kushina mengambil presepsi sepihak.

"Apa yang Ibu katakan? A-aku sungguh tak menyentuh Hinata. Kami tidak pernah melakukan hal macam-macam..." sangkal Naruto dengan keringat dingin membanjiri wajahnya.

Kushina kembali salah mengartikan. Ia mengira kegugupan serta ekspresi sang putra seolah takut ketahuan, tapi sebenarnya Naruto seperti itu karena sekilas hinggap pikiran kotornya dengan Hinata.

"Tak melakukan hal macam-macam?" Naruto mengangguk, "Apa kau kira ciuman itu bukan hal macam-macam?"

"E-eh- i-itu berbeda..." keringat semakin membanjiri wajahnya, Naruto malu, sangat malu saat ini.

"Tentu saja berbeda dengan apa yang kau lakukan pada Hinata, bagaimana jika dia hamil? Ibu akan membiarkan kepalamu ditebas Neji saat itu juga..." Kushina tetap memincing mencari kebenaran, meski nyatanya ia tak mencari kebenaran, tapi malah memojokkan.

Menelan ludahnya kasar. Naruto tak habis pikir dengan sang Ibu. "Ha-hamil? I-ibu, aku sungguh tidak menyentuh Hinata... Percayalah bu. Aku tidak sebodoh itu."

More Colorful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang