11 | Love

13.6K 561 63
                                    


***

Nafas berbau mint yang terus menguar itu memburu. Manik senadah dengan birunya lautan masih saja melebar membentuk bulat sempurna. Tubuhnya berdesir, tangan sewarna madu itu masih betah mengelus lembut pipi bersemu milik sang empu yang kini menatapnya sembari tersenyum sangat manis.

Gadis dengan surai biru kelam itu terkikik kecil. Matanya sedikit menyipit merasakan geli diarea wajahnya. Lantas dengan malu-malu wajahnya maju hingga semakin dekat dan mendaratkan kecupan singkat dipipi sang pria.

"Naruto-kun, pipiku geli..." meski mencicit dari rasa geli tersebut. Sang gadis tampak menikmati elusan lembut pemuda dihadapannya, dan entah kenapa hatinya menginginkan tetap seperti itu bahkan lebih.

Naruto tak menggubris, kali ini tatapannya perlahan meneduh, namun sama sekali tidak menghilangkan rasa kagetnya. "Hinata... Kau kah ini?"

Hinata mengangguk pelan, ia juga tertawa geli mendengar pertanyaan Naruto. Baginya Naruto itu dari dulu sangat lucu, meski faktanya pemuda tersebut sering mendecih karenanya.

"Apa Naruto-kun tau? Neji-nii mengizinkanku tinggal lagi disini, bahkan Neji-nii berkata kalau dia menitipkanku pada bibi dan paman... Tapi aku tidak boleh terlalu dekat denganmu. Katanya, Naruto-kun itu mesum dan kadang mengambil kesempatan saat kapan saja ada kesempitan..." ujar Hinata panjang lebar dengan polosnya. Ia tampak antusias tanpa menyadari Naruto yang sudah tidak kuat lagu untuk menahan air matanya.

"Benarkah itu? Tapi aku rasa Naruto-kun tidak seperti itu... Emm, Naruto-kun itu bodoh, dan-selalu marah-marah." kembali Hinata masih berceloteh.

Rasa rindu Hinata memang sama besar dengan Naruto. Namun cara menyikapinya saat bertemu memang sangat berbeda. Gadis lugu itu akan terus berceloteh mencurahkan segalanya dan menanyai apapun yang membuatnya puas, dan yang terlihat ia tampak menggemaskan dan lucu dengan sikap polosnya itu.

Kali ini Naruto tersenyum. Ia sudah dapat mengedalikan rasa haru meski tidak dapat membendung tangisnya. Lalu ia memutar dari kursi dan menghampiri Hinata. "Kau dari tadi terus berceloteh. Apa kau tau? Kau itu sangat berisik dan menyebalkan."

Hinata menggembungkan pipinya lucu. Ia sedikit menengadah mengadu matanya dengan mata Naruto. "Naruto-kun jahat! Kan aku sangat rindu denganmu. Tapi Naruto-kun malah berkata kalau aku berisik... Huh! Dasar, Naruto-kun memang bodoh."

Naruto tertawa kecil sembari mengusap matanya, "Hey! Dari tadi kau bilang aku bodoh. Siapa disini yang selalu minta dibantu mengerjakan tugas, hm?" ucapnya mencubit pipi Hinata gemas.

Masih dengan ekspresi sebal, Hinata semakin menggembungkan pipi dan jangan lupakan bibirnya yang memanyun seperti paruh bebek. Tapi bedanya itu sangat menggemaskan.

"Mou! Setidaknya Naruto-kun itu memelukku atau apalah, seperti di film-film drama... Tapi Naruto-kun memang bodoh! Tidak peka dan Neji-nii benar bahkan aku setuju jika Naruto-kun itu mesum..." racau Hinata malah mengundang Naruto untuk tertawa. Hinata sangat amat lucu jika seperti itu. Sungguh Naruto tidak tahan untuk menciuminya setelah ini.

Kali ini Hinata diam dengan mata mengerjap. Mendadak ia melihat Naruto mengalir deraskan air matanya. "Naruto-kun kenapa menangis?"

Naruto menggeleng. Lantas dengan cepat dan posesif ia mengambil rengkuhan. Memeluk Hinata sangat erat dan menangis pada perpotongan leher harum sang gadis. Tidak dapat lagi Naruto mengulur waktu dan terus mendengar Hinata berceloteh.

Semakin mengeratkan, bahkan terdengar isakan kecil disana. Hingga Hinata membalas pelukanmya dengan melingkarkan kedua tangan pada tubuhnya. Hangat dan nyaman, lebih dari itu Naruto merasakannya. Ia sudah tidak dapat lagi membohonginya, ini sangatlah nyaman, dan Naruto sangat menyukainya serta merasa terharu dengan kejutan luar biasa dihari ulang tahunnya.

More Colorful ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang