PART 3

27 5 0
                                    

"Kau benar tidak ingin pulang denganku?” tanya Hanbin.
“Iya.”
“Tapi kau nanti sendirian, Jinhwan menunggu neneknya di rumah sakit dan Bobby entah kemana.”
“Aku tahu.”
“Lalu? Apa karena aku hanya naik bus?”
“Tidak, bukan begitu.”
“Lalu?”
“Hanbin, rumahku dekat, sangat dekat, aku jalan kaki juga sampai Hanbin.”
“Oh benarkah?”
“Iyaaaa..” jawab Nar Ra tersenyum.
“Baiklah. Aku duluan, bus ku sudah datang.”
“Ok, hati-hati.”
“Kau juga, sampai nanti Nar Ra.” Ucap Hanbin dan melambaikam tangan sembari tersenyum manis ke Nar Ra kemudian naik bus. Bus pun melaju, pergi, dan hilang.

✈✈✈

“Pucuk dicinta ulam pun tiba, melihat mangsa di depan mata, hah!” ucap Junhoe perlahan melihat Nar Ra berjalan sendirian di depannya.
Junhoe mengikuti langkah kemana Nar Ra pergi. Ia terus memantau Nar Ra dengan hati-hati.
Bukankah ia dari Jepang? Harusnya ia orang kaya, tapi, kenapa ia jalan kaki?” batin Junhoe.
Junhoe semakin penasaran. Ia terus mengikuti Nar Ra. Junhoe senang karena Nar Ra sama sekali tidak menyadari keberadaan Junhoe. Tak lama, Nar Ra memasuki sebuah rumah susun yang dari luarnya saja kumuh. Memang seperti biasanya, rumah susun itu kumuh tapi saat masuk ruangan, bisa sangat bersih dan rapi. Junhoe berhenti di tembok pagar rusun itu. Dan menyandarkan punggungnya pada sebuah pohon.
“Orang kaya apa yang tinggal di tempat seperti itu? Dari Jepang? Dasar penipu!”

✈✈✈

‘Kring’
Bel istirahat berbunyi. Semua siswa berhambur keluar. Tapi tak jadi.
“Hei guys, mau denger hot news nggak? Penting banget!” ucap Junhoe dengan penuh gaya.
“Cepetan! Gue laper nih! Jangan sampe lu gue makan ya?!” ucap salah satu cowok di kelas itu.
“Jadi gini, temen baru kita ini, HAN NAR RA, yang ngaku-ngaku pindahan dari Jepang, itu penipu!” ucapan Junhoe sontak membuat Hanbin, Bobby dan Jinhwan terutama Nar Ra terkejut.
“Penipu gimana maksud lo?” sahut Bobby.
“Orang Jepang itu harusnya kaya ya kan ya? Tapi kenapa lu tinggalnya di rusun hah?” tanya Junhoe ke Nar Ra.
“Lu kenapa pindah ke sini?!” sambung Junhoe. Nar Ra gelagapan untuk menjawab, ia terlalu takut pada Junhoe.
“Lu sebenarnya orang miskin kan?!” teriak Junhoe. Semua murid menatap Nar Ra. Nar Ra takut. Ia meneteskan air matanya.
“Tuh kan bener!! Dia nggak jawab! Nangis lagi! Dasar miskin! Miskin aja nipu lagi!” sahut Junhoe.
“Jadi lu miskin? Gilak, cantik-cantik sok manis gitu miskin hah.” Sahut salah seorang siswi.
“Lu tahu nggak gue biarin lu deket sama Hanbin itu karena gue rasa lu pantes, tapi ternyata lu tuh gak ada apa-apanya. Gak lebih dari orang miskin tukang tipu!” sahut siswi yang lain.
Nar Ra semakin takut dan menangis. Semuanya tetap menatap Nar Ra. Hanbin dan Bobby  justru menatap tajam ke Junhoe cs. Jinhwan menatap Nar Ra dan merangkul pundaknya. Yunhyeong pun ikut menatap kasihan Nar Ra. Chan Woo menatap Yunhyeong. Sedangkan Junhoe dan Donghyuk menatap Hanbin dan Bobby dengan tatapan mengejek.
“Udah, pergi aja lu dari kelas kita. Penipuuuuu!!” teriak seorang siswi dan melempari Nar Ra dengan kertas diikuti siswa siswi yang lain.
Suasana kelas dangat gaduh. Nar Ra terus menangis diperlakukan seperti itu. Jinhwan kemudian memeluk Nar Ra bermaksud melindungi Nar Ra dari lemparan kertas itu dengan punggungnya.
“Jinhwan, aku ingin pergi.” Ucap Nar Ra pelan.
“Kemana?”
“Ke markasmu.”
“Baiklah. Ayo.”
“Tidak, hanya aku. Sendirian.”
“Tapi..”
“Kumohon.”
Jinhwan melepas pelukannya. Nar Ra pun menghadapi teman-temannya.
“Aku tidak berbohong pada kalian tentang aku pindahan dari Jepang. Aku ada masalah pribadi yang tak bisa kuceritakan pada kalian. Memang benar, aku tinggal di rusun. Tapi apa yang salah?” tegas Nar Ra perlahan.
“Masalah seperti apa? Masalah tentang kau miskin?” sahut Junhoe sinis.
“Jika aku memang miskin dengan penuh masalah ekonomi, aku tidak akan bisa terbang dari Jepang ke Korea, anak pintar. Gunakan otakmu betul-betul!” balas Nar Ra tak kalah sinis. Ia memandang Junhoe dengan tatapan sinis dengan wajah yang masih basah akan air matanya.
“Lalu masalah seperti apa orang kaya?” tanya Junhoe penuh penekanan.
“Kenapa kau peduli? Kenapa kau mempermasalahkan status ekonomiku? Memangnya kenapa jika aku miskin? Oh jika kau tahu aku miskin maka kau dan teman-teman lainnya tidak akan berteman denganku? Memangnya kalian seperti apa? Kalian kaya? Dari siapa? Orang tua kalian kan? Kalian sendiri punya apa? Jangan pernah menghakimi orang miskin jika kalian sendiri belum bisa mendapatkan sesuatu dari usaha kalian! Dan jangan pernah kalian mau berteman hanya karena ia kaya, karena suatu saat nanti kalian akan ditinggal saat kalian miskin!” tegas Nar Ra dan berlari ke luar.
Semua temannya merasa bersalah. Memang benar kata Nar Ra. Pertemanan bukan soal uang atau harta. Pertemanan mengenai cinta dan kasih sayang. Cinta dan kasih sayang yang tulus, bukan main-main. Itu pun juga tidak ada yang menjualnya. Tidak bisa dibeli dengan uang.
“Kau kurang ajar Jun!!” sahut Hanbin dan mencengkram kerah Junhoe.
Semua murid melerai mereka. Untung saja mereka belum bertengkar. Jadi mereka tidak haru repot-repot masuk dan bermasalah di ruang BP.
“Sekali lagi kau coba sakiti Nar Ra, kau akan mati di tanganku!” ancam Hanbin. Hanbin cs pun keluar kelas dan mencari Nar Ra.
Sedangkan semua siwa pergi ke kantin dan makan bersama. Termasuk Junhoe cs.

Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang