Hanbin dan Nar Ra bersiap sekolah bersama dan pergi ke sekolah bersama. Mereka bahkan naik bus bersama dan duduk bersampingan. Meskipun Nar Ra harus berjalan dengan kakinya yang pincang karena luka yang kemarin Junhoe berikan pada lututnya. Ia tidak bisa berjalan selancar dulu. Mungkin butuh waktu agar luka itu kering dan Nar Ra bisa berjalan normal lagi.
“Aneh ya? Aku merasa seperti keluargamu sendiri. Seperti adikmu.” Ucap Nar Ra mengawali pembicaraan.
“Hah?” tanya Hanbin bingung.
“Kita berangkat sekolah bersama. Kau seperti kakakku.”
“Memangnya kau punya kakak? Kau merindukannya ya?”
“Tidak. Aku tidak punya.”
“Haish.”
“Tapi aku punya seseorang di Jepang yang sudah kuanggap seperti kakakku sendiri.”
“Oooh”
“Apakah yang kau maksud lelaki yang akan dijodohkan denganmu?” batin Hanbin.
Hening. Nar Ra terus memandangi ke luar jendela.
“Emmm, apa kau ada rencana pulang ke Jepang? Kapan?” tanya Hanbin.
“Aku belum tahu.”
“Masalahmu pasti berat ya?”
“Kenapa dari kemarin mempermasalahkan masalahku? Apa urusannya denganmu?!”
“Aku kan cuma tanya.”
“Tapi aku tidak suka kau bertanya mengenai masalahku. Kau juga bukan siapa-siapaku.”
“Aku temanmu, sahabatku malah.”
“Terserah kau saja.”
“Kenapa kau marah? Aku kan berniat baik padamu.”
Nar Ra diam. Ia benar-benar bingung harus apa. Sebenarnya ia tidak berniat untuk marah pada Hanbin. Ia hanya bingung harus menjawab pertanyaan Hanbin bagaimana.
“Maaf Hanbin, aku tidak bermaksud.” Batin Nar Ra.
“Untung kau wanita yang kusuka, ku sayang malah! Kalau tidak, aku sudah membunuhmu tahu!” batin Hanbin.
Sesampai di sekolah, Nar Ra dan Hanbin pun turun dari bus.
“Woy Bin, main yuk?” seru Bobby menghampiri Hanbin dari lapangan sepak bola.
“Ayo!”
“Eh ada Nar Ra, selamat pagi pacarku tercantik.” Ucap Bobby genit.
“Selamat pagi juga Bob.” Balas Nar Ra dan tersenyum.
“Lu kenapa? Kok banyak luka gitu?” tanya Bobby.
“Biasa, jagoan mah gini” balas Nar Ra.
“Jagoan palelu! Ya udah. Ayo Bin.” Ucap Bobby pada Hanbin.
“Sejak kapan kalian berpacaran?” batin Hanbin.
“Nar, gue main dulu ya?” tanya Hanbin.
Nar Ra mengangguk. Kemudian Hanbin pun pergi dengan Bobby. Nar Ra melanjutkan langkahnya menuju ke kelasnya. Sesungguhnya ia malas harus naik tangga ke lantai 2. Apalagi pagi-pagi mooodnya sudah terganggu. Baru sampai di lantai 1, tiba-tiba ada yang menutup mata Nar Ra dengan telapak tangannya dan menarik tangan Nar Ra. Nar Ra ketakutan. Apalagi kemarin ia baru saja dilukai oleh Junhoe cs. Sekarang apa lagi?
“Lepaskan aku! Siapa kau?!” gertak Nar Ra. Tidak ada respon. Orang itu hanya diam.
Nar Ra terus meronta supaya dilepaskan. Ia heran, sebenarnya ia dibawa kemana? Kenapa tidak ada teman yang menolongnya? Apa memang tidak ada orang? Akhirnya orang itu berhenti dan membuka pintu. Nar Ra ditarik masuk ruangan itu. Setelah itu, orang misterius itu menutup kembali pintu itu. Nar Ra didudukkan di kursi. Kemudian, orang itu melepaskan tangannya dari tangan dan mata Nar Ra. Nar Ra membuka matanya. Ia ada di ruang bioskop. Ruangan itu biasa digunakan sebagai sarana pelajaran anak kelas audio video.
“Yunhyeong?” tanya Nar Ra. Yunhyeong diam menatap Nar Ra.
“Kau mau apa? Kau mau melukaiku lagi? Kau mau menggangguku lagi? Dimana teman-temanmu? Dimana mereka bersembunyi?”
“Nar Ra tenanglah.”
“Bagaimana bisa aku tenang? Kau tidak ingat apa yang kalian lakukan padaku kemarin?” balas Nar Ra ketus.
“Aku ingat, sangat ingat. Maafkan aku. Tapi kemarin aku tidak ikut melukaimu kan?” bantah Yunhyeong.
“Tapi kemarin kau hanya diam melihatku diganggu oleh teman-temanmu. Kau fikir kemarin itu tontonan? Kenapa kau tidak membelaku?” balas Nar Ra dengan emosi.
“Maka dari itu. Aku ingin minta maaf padamu. Aku dan Chan Woo tidak bisa berbuat apa-apa untuk melindungimu. Aku juga tidak mau kau diganggu oleh mereka.”
Nar Ra terdiam.
“Semalam aku menelfonmu, tapi aku takut, aku tidak tahu bagaimana aku harus bersikap padamu, aku harus mengucapkan apa padamu, aku benar-benar menyesal. Jadi aku hanya bisa mengirimmu pesan teks.” Keluh Yunhyeong.
“Jadi semalam itu kau?”
“Iya. Maafkan aku. Maafkan kami juga. Maafkan kami bereempat. Maafkan kami karena kami harus melukaimu, melukai orang yang tidak bersalah, agar Hanbin mau bergabung dengan kami. Kami benar-benar minta maaf.” Jawab Yunhyeong dengan penuh penyesalan.
“Baiklah, aku mengerti. Tapi, jika kalian ingin bergabung dengan Hanbin, harusnya kalian memperbaiki sikap kalian dan meminta maaf pada mereka. Setelah itu kalian bisa berteman baik dan meminta dengan baik-baik supaya Hanbin mau bergabung dengan kalian.” Nar Ra menyarankan dengan nada yang lebih tenang.
“Kami sudah mengajak mereka dengan cara yang baik. Tapi mereka tidak mau.”
“Pasti ada alasannya kan?”
“Iya, karena sikap kami pada mereka memang buruk.”
“Yunhyeong, kau sayang pada teman-temanmu kan? Jangan kau biarkan teman-temanmu berbuat jahat terus menerus, Yunhyeong. Ajaklah mereka untuk berdamai dengan Hanbin. Aku rasa itu sangat lebih baik daripada kalian terus menyerangku.”
“Kau menyindirku?”
“Hahahahaha!!!”
“Tapi yang kau katakan benar, Nar Ra. Terimakasih.”
“Tidak masalah.”
“Jadi kau memaafkan aku? Memaafkan kami?”
“Iya.”
“Jadi kita bisa berteman?”
“Memangnya selama ini kita tidak berteman?”
“Terimakasih Nar Ra.”
“Aku bosan mendengar terimakasih mu.”
“Woaa, padahal aku baru berterima kasih dua kali.”
“Haha benar juga.”
“Hei, semalam kau tak ada pulsa ya, kenapa kau tidak membalas pesanku?”
“Bukan begitu, hanya saja, aku malas dengan pesan misterius seperti itu.”
“Alasan, bilang saja kau tidak punya pulsa.”
“Sialan kau!!”
Mereka tertawa.
“Oh ya, lain kali kau jangan menculikku seperti itu lagi ya, itu menakutkan.”
“Baiklah, aku mengerti.”
“Kelas sudah hampir dimulai, ke kelas yuk?” ucap Nar Ra sambil melihat jam tangannya.
“Oh baiklah, kau duluan saja. Aku harus ke Junhoe. Aku rasa dia masih mengincarmu. Akan bahaya jika kita ketahuan bersama.”
“Baiklah, buat Junhoe tidak mengincarku lagi. Kalau perlu, buat dia menyukaiku haha!”
“Jangan!”
“Kenapa?”
“Aku tidak rela.”
“Kenapa?”
“Ya pokoknya tidak rela. Aku pergi dulu ya?”
Belum sempat menjawab, Yunhyeong pun pergi meningglkan Nar Ra. Nar Ra pun bangkit dan pergi ke kelasnya.
Sesampainya di pintu samping belakang kelas, Nar Ra menengok di pintu dulu. Ia melihat Jinhwan sedang menunduk fokus pada bukunya. Muncul ide iseng di benak Nar Ra. Ia pun tersenyum licik. Tampa sengaja ia juga menatap Junhoe cs. Nar Ra dan Junhoe cs bertatapan sebentar namun canggung. Pastilah!
Nar Ra pun menghiraukan Junhoe cs dan berjalan perlahan ke belakang Jinhwan.
“Ba!!” seru Nar Ra menepuk pundak Jinhwan dan sukses membuat Jinhwan terkejut.
“Astaga!” seru Jinhwan. Jinhwan menoleh ke belakang.
“Nar Ra!!!”
“Hahahahaha!!”
“Kau membuatku terkejut!”
“Memang itu tujuanku! Hahaha!!”
“Tunggu, kau ini kenapa? Kenapa banyak perban di tubuhmu? Di jidat, di lutut, di lengan, di bawah mata ada plester, tepi bibirmu juga biru. Kenapa kau ini?” Jinhwan berdiri setelah melihat kondisi Nar Ra. Nar Ra pun berjalan dan duduk di kursi di samping Jinhwan.
“Bahkan kau pincang. Kau ini kenapa?” sambung Jinhwan.
“Astaga kau ini cerewet sekali sih!” keluh Nar Ra.
“Aku khawatir!”
“Kenapa?”
“Kondisimu seperti ini siapa yang tidak khawatir?! Ceritakan padaku apa yang terjadi!” perintah Jinhwan. Sedangkan yang disuruh malah membuka tas, mengeluarkan buku paket fisika, memasang earphone dan fokus pada bukunya.
“Nar Ra!” teriak Jinhwan setelah melihat tingkah Nar Ra. Jinhwan pun mencabut earphone Nar Ra.
“Apa sih Jinhwan?”
“Cepet cerita, kau ini kenapa?”
“Biasalah, jagoan, jatuh ya gitu deh” ucap Nar Ra santai.
“Jatuh dari mana bisa kayak gini hah?”
“Dari kuda!” seru Nar Ra. Jinhwan merengut, diam.
“Hahahaha!! Udahlah Jinhwan, gak usah repot gitu deh, kan gue sekarang udah gakpapa, udah sehat gini.”
“Sehat apanya??”
“Ya sih emang belum sehat banget, tapi gue yakin besok gue juga udah sembuh. Santai aja.”
“Ya udah deh kalo lo emang nggak mau cerita, yang penting lo harus cepet sehat lagi ya? Jangan aneh-aneh lagi kalo bertingkah. Hati-hati.” Perintah Jinhwan.
“Siap bos!!” seru Nar Ran dan bergaya hormat pada Jinhwan. Mereka pun fokus jembali pada buju mereka.
“Itu yang bikin gue makin suka sama lo, Nar Ra.” Batin Yunhyeong.
“Gilak nih cewek, kemarin gue udah ngabisin dia parah banget, sekarang bisa ketawa gitu. Udah gitu, dia nggak ember ke Jinhwan lagi. Salut gue sama lo.” Batin Junhoe.
“Itu beneran cewek? Apa bidadari?” batin Donghyuk.
“Pilihan Yunhyeong hyung emang gak salah!” batin Chan Woo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go
FanfictionBagaimana rasanya dijodohkan dengan sahabat sendiri? Mungkin nyaman, tapi bisa juga tidak. Itulah yang membuat Han Nar Ra pergi ke Korea dan memulai hidup barunya.