Kali ini Hanbin hanya makan bersama Nar Ra. Jinhwan masih marah sehingga ia tidak gabung. Sedangkan Bobby menemui Ji Anh di perpustakaan. Menurut orang-orang, perpustakaan adalah tempat yang nyaman untuk berduaan. Karena yang pasti di perpustakaan hanya akan ada ketenangan. Semua orang akan fokus pada urusannya masing-masing.
“Hanbin, kenapa kita cuma berdua gini sih?”
“Kenapa? Kau tidak mau?”
“Bukan gitu sih. Gue cuma nggak mau orang-orang ngomong aneh-aneh soal kita.”
“Ngomong apa?”
“Ya apa gitu. Nggosip.”
“Oooh lo mau kita diship-in kayak idol korea lain?”
“Gue nggak ngomong gitu.”
“Tapi omongan lo njurus ke situ.”
“Kemana?”
“Hati gue!” batin Hanbin.
“Aaah sok nggak ngerti lo!”
“Bobby sama Jinhwan kemana sih?”
“Jinhwan marah gara-gara lo suka sama Bobby. Gimana ya respon Jinhwan kalo jadi gue? Hah! Bobby pacaran sama Ji Anh! Kenapa lo nggak suka sama orang lain aja, gue misalnya?” batin Hanbin melamun.
“Hanbin!”
“Hah? Apa?”
“Lo tahu Jinhwan sama Bobby nggak?”
“Enggak.”
“Iiih nyebelin. Padahal entar Bobby mau ngajak ketemu masak sekarang dia ngilang.”
“Ketemu?”
“Iya, semalem dia nelfon gue ngajak ketemuan gitu di taman, ada yang mau diomongin gitu sana gue.”
“Jangan harap Bobby bakal nembak lo!’
“Siapa juga yang ngarep gitu? Dih!”
“Ya siapa tahu lo mikir sekarang dia lagi siapin surprise buat lo nanti.”
“Bukannya lo ya yang mikirnya gitu?”
“Enggak.” Hanbin menggeleng.
“Itu buktinya.
“Ya lo kan cewek.”
“So what?”
“Ya biasanya ekspektasi cewek kan aneh-aneh. Gue cuma nggak mau lo ngerasa di PHP.”
“Mental korban banget deh. Sorry gue nggak kayak gitu.”
“Syukur deh.”
“Lo cemhuru yaaaaa??” goda Nar Ra.
“Diih apa untungnyaaa.”
“Alaaaahh”
“Lo berharap gue cemburu gitu?”
“Enggak!”
“Itu buktinya.”
“Hanbiiiiin!!”
“Apa sayaaaanggg??” ledek Hanbin.
“Najis!”
Nar Ra pergi dari meja makan itu. Meninggalkan Hanbin yang sedang tertawa di meja makan itu sendirrian.
“Kau lucu ketika sedang kesal. Aku senang bisa mengganggumu, bisa membuatmu tertawa di sini. Mungkin sebentar lagi kita berpisah.”
“Tapi, apa yang akan Bobby katakan padamu? Apakah dia tahu bahwa kau menyukainya? Aku rasa tidak. Lalu apa?”
“Haish, kalau sampai dia menyatakan perasaannya padamu, akan ku hajar dia!”
“Hanbin bangkit dan masuk ke kelasnya.✈✈✈
“Tante, saya sudah mengetahui keberadaan Nar Ra.”
“Benarkah Joo Hyuk? Dimana dia?”
“Dia di Korea. Dia bersekolah di sana.”
“Korea??!”
“Iya, saya berniat ingin menjemputnya hari ini jika Tante mengizinkan.”
“Tentu Joo Hyuk. Tolong Tante ya? Jemput Nar Ra. Tante harus menjaga Ayah Nar Ra di rumah sakit.”
“Baik Tante. Saya pamit dulu Tan.”
“Baiklah, hati-hati ya Nak. Pastikan kau dan Nar Ra pulang dengan selamat.”
“Terima kasih Tan.”
Joo Hyuk segera ke bandara dan memesan tiket ke Korea. Sial baginya, ia tidak bisa berangkat hari ini dikarenakan cuaca sedang buruk. Ia terpaksa harus menunggu 2 hari lagi untuk dapat menjangkau Korea. Ia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit dan memberitahu Ibu Nar Ra. Untung saja, calon mertuanya ini mengerti. Ia pun duduk di ruang tunggu rumah sakit dan menyambunhkan telfon pada seseorang.
“Halo, siapa ini?”
“Nar Ra.”
“Joo Hyuk?”
“Ternyata benar, kau Han Nar Ra.”
“Darimana kau dapat nomorku?”
“Kau kemana saja Nar Ra?”
“Kenapa kau menelfonku?”
“Aku merindukanmu Nar Ra.”
“Aku serius!”
“Aku juga!”
“Akan kututup bila kau masih seperti ini.”
“Memangnya aku seperti apa?!”
“Beritahu aku apa maumu!”
“Pulanglah!”
“Kenapa?”
“Ayahmu penyakitnya kumat. Dia dirawat sekarang. Ia benar-benar ingin bertemu denganmu!”
“Astaga? Benarkah?”
“Kok ya bisa kamu kabur selama itu dan tidak memikirkan keluargamu??”
“Jangan bicara kalau kau tidak tahu apa-apa!”
“Yang ku tahu, kau keterlaluan!”
“Kau ini ingin aku pulang atau tidak?”
“Belilah tiket, segera!”
Nar Ra menutup sambungan telfon itu.
“Astaga? Apa ini? Ayah sakit? Maafkan saya, Ayah. Saya akan segera kembali. Tunggu, berati aku tidak akan lama lagi di sini? Bagaimana Bobby, Hanbin dan Jinhwan? Kurasa benar, aku memang harus mengatakan perasaanku pada Bobby, setidaknya dia tahu!” batin Nar Ra di lorong dekat kamar mandi setelah menerima telfon dari Nam Joo Hyuk.✈✈✈
Saat ini Nar Ra sedang berdiri sendirian menunggu Bobby. Ia benar-benar grogi sekarang. Ia memikirkan apa yang ingin Bobby katakan padanya. Dan, ia juga memikirkan bagaimana ia akan memberitahua Bobby tentang perasaannya? Sebenarnya ia takut Bobby akan menjauh darinya. Tapi tak apalah, toh Nar Ra juga akan segera pergi
“Hei!” sebuah tepukan mendarat di bahu Nar Ra berhasil mengejutkan lamunannya.
“Bobby!”
“Hehe, lama ya?”
“Lama banget!”
“Maaf deh maaf.”
“Iyaaaa!!”
“Gue mau ngomong sesuatu sama lo.”
“Gue juga.”
“Ya udah lo dulu.”
“Lo dulu Bob.”
“Ladies first.”
“Yakin?” batin Nar Ra
“Buruan!”
“Bobby gue suka sama lo!” ucap Nar Ra dalam sekejap. Bobby tercengang.
“Lo bilang apa?”
“Gue suka sama lo Bob. Udah lama.” Ucap Nar Ra lirih.
“Lo gila ya?”
“Hah?”
“Gue udah punya pacar!”
“Apa?”
“Ji Anh, sini.” Ucap Bobby pada Ji Anh yang bersembungi di balik pohon. Rencananya Bobby ingin memberitahu Nar Ra dengan sedikit kejutan. Tapi malah hasilnya hancur seperti ini. Ji Anh melangkah perlahan. Ia tentu mendengar apa yang dikatakan Nar Ra pada Bobby.
“Hai Nar Ra.” Ucap Ji Anh tersenyum.
“Bob, lo mau ngomong apa sama gue?” ucap Nar Ra terkejut dan terus menatap Ji Anh.
“Gue mau ngomong sama lo, kalo gue akhirnya jadian sama Ji Anh setelah dari SMP gue negjar dia. Kenalin ini Ji Anh.” Ji Anh dan Nar Ra bersalaman.
“Kenapa gue nggak tahu?”
“Karena...”
“Kenapa lo nggak pernah ngomong sama gue Bob?”
“Nar Ra, tenang dong.”
“Nar Ra, maafin aku ya.” Sahut Ji Anh.
“Tenang Bob? Lo pikir gue bisa tenang?”
“Ya mau gimana? Gue bener-bener sayang sama Ji Anh, Ra! Gue nggak bisa sama lo. Lo ngerti dong!”
“Han Nar Ra, aku benar-benar minta maaf.”
“Baiklah, selamat pada kalian. Jangan anggap serius ucapanku. Kalian bisa berbahagia, kalau begitu, aku pergi dulu. Permisi.”
“Han Nar Ra!” teriak Ji Anh.
“Biarkan saja dia, dia pasti butuh ketenangan.” Jawab Bobby.
“Bangsat kau Bob!” batin Hanbin yang dari mengintip dari balik pohon yang jauh dari mereka.
Hanbin segera mencari tahu dimana keberadaan Nar Ra. Ia berkeliling taman, ia tidak menemukannya. Ia benar-benar khawatir pada Nar Ra. Gadis itu pasti sedang menangis sekarang.
Setelah 20 menit ia mencari, akhirnya ia menemukan Nar Ra duduk di halte. Termenung. Ia menghampirinya dan duduk di sampingnya dengan tenang. Ia tidak bersuara. Nar Ra tentu sadar akan adanya seseorang di sampingnya, ia menoleh. Hanbin tersenyum ragu pada Nar Ra yang tidak dibalas oleh Nar Ra. Hanbin akhirnya berusaha mengajaknya bercanda.
“Hei kau masih marah?” tak ada jawaban. Bahkan menoleh pun tidak
“Nar Ra sayaaaanggg, kau masih marah yaaaa??” goda Hanbin. Kini, Nar Ra menoleh dan menatap sengit Hanbin.
“Sayang? Perhatikan ucapanmu bodoh!”
“Kenapa? Ada yang salah?”
“Memangnya ada yang menyayangiku? Kau jangan membuatku berharap Hanbin, aku sudah lelah dengan harapan.”
“Ada apa? Kau ada masalah?” Hanbin mendekatkan dirinya pada Nar Ra. Nar Ra menjatuhkan air matanya.
“Seumur hidupmu aku tak pernah memiliki cinta pertama. Tapi kenapa saat aku punya, seketika hancur?”
“Begitulah, cinta pertama memang tidak pernah berhasil.” Nar Ra semakin tersedu. Hanbin kini meraih punggung Nar Ra, dan meletakkan kepala Nar Ra di bahu kanannya secara perlahan. Membiarkan Nar Ra menangis di bahunya.
“Tenanglah Nar Ra. Mungkin cinta pertamamu tidak berhasil sekarang, tapi percayalah suatu saat nanti, kau akan menemukan seorang cinta yang benar-benar sempurna untukmu.”
“Sok tahu kau!” Nar Ra memukul lengan kanan Hanbin dengan tangan kanannya. Hanbin tersenyum dan menempatkan wajahnya di depan wajah Nar Ra. Nar Ra terkejut.
“Tetaplah tersenyum, senyummu itu adalah hal yang paling kusuka di dunia.” Ucap Hanbin.
“Memang!” Nar Ra tersenyum.
Hanbin mengelus puncak kepala Nar Ra dengan tangan kirinya dan tersenyum.
“Kau bahkan tidak tahu cinta pertamaku siapa Bin.”
“Aku tidak perlu tahu, akan bahaya jika aku tahu.”
“Kenapa?”
“Akan kubunuh dia, beraninya dia melukai tuan putriku.”
“Memangnya kau berani?”
“Tentuu!!” Hanbin menjawabnya dengan sombong.
“Kalau begitu, aku akan bahagia.”
“Kenapa?”
“Karena ada seseorang yang memperjuangkan kebahagiaanku.”
“Siapa?”
“Bukankah kau?”
“Aku tidak.”
“Hanbiiiiiiinn!!”
“Hahahahaha!!” Hanbin tertawa dan Nar Ra semakin mengeratkan tubuhnya pada tubuh Hanbin. Hanbjn terkejut.
“Maaf Bin, aku terbawa suasana, ini sangat nyaman.”
“Tak apa, semua orang tahu aku memiliki pelukan ternyaman di dunia!”
“Aku harap kau segera di beri kesadaran ya!” Nar Ra bangkit dari tempat duduknya dan beranjak pulang.
“Hei!!!” Hanbin mengejarnya.
Mereka berjalan berdua sampai rusun Nar Ra. Sesampainya di sana, Hanbin pun pulang. Melihat Hanbin telah pergi, Nar Ra segera ke bandara untuk membeli tiket. Sama dengan Joo Hyuk, ia bisa berangkat dua hari lagi karena cuaca benar-benar buruk.
“Syukurlah, setidaknya aku masih ada waktu untuk melihat teman-teman di sekolah.” ucap Nar Ra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go
FanfictionBagaimana rasanya dijodohkan dengan sahabat sendiri? Mungkin nyaman, tapi bisa juga tidak. Itulah yang membuat Han Nar Ra pergi ke Korea dan memulai hidup barunya.