Kali ini Nar Ra dan Hanbin hanya berdua di rooftop. Jinhwan sedang menunggu neneknya di rumah sakit. Sementara Bobby sekarang memilih menjauh dari Nar Ra. Selama pelajaran di kelas hari ini, Bobby sama sekali tidak mengobrol pada Nar Ra bahkan menoleh padanya.
Nar Ra berdiri di sisi rooftop dan memandangi langit. Banyak fikiran terlintas dibenaknya. Mengenai Bobby, ayahnya, perjodohannya dengan Joo Hyuk, dan juga tentang ia harus meninggalkan pertemanannya dengan Hanbin, Jinhwan dan Bobby pada situasi seperti ini
Sementara Hanbin membaca buku. Sesekali ia meletakkaan bukunya dan memakan camilan. Perhatiannya beralih ke kertas panjang yang ada di dalam dompet Nar Ra yang tak sengaja ia sentuh. Ia penasaran. Ia ingin tahu kertas apa itu. Ia perlahan membuka dompet Nar Ra.
“Maafkan aku Nar Ra.” Batin Hanbin.
“Tiket pesawat? Besok? Fukuoka? Jepang? Jam 3 sore?” batin Hanbin.
“Hanbin.” Panggil Nar Ra. Hanbin segera menutup dompet Nar Ra dan tersenyum pada Nar Ra.
“Ada apa?”
“Aku mau pulang sekarang.”
“Kenapa cepat sekali?”
“Tak apa, hanya saja ingin pulang sekarang.”
“Baiklah, ayo kuantar.”
“Tidak usah, kau langsung pulang saja.”
“Kenapa?”
“Aku tidak mau merepotkanmu lagi.”
“Kenapa bahasamu seperti itu? Seperti mau berpisah saja.”
“Benarkah?”
“Ya sudah ayo pulang, kita jalan bareng sampe gerbang.”
“Baiklah.”
Mereka berjalan berdampingan dalam diam. Mereka sama-sama tenggelam dalam pikirannya.
“Hanbin, aku minta maaf selalu merepotkannu. Terima kasih telah selalu ada untukku dan membuatku bahagia setiap waktu. Aku harap kita bisa bertemu lagi. Aku harap kita tidak akan saling melupakan.” batin Nar Ra
“Kau ingin bersiap ya? Besok kau berangkat ya? Kenapa? Kenapa kau harus pergi? Tidak bisakah kau selalu di sini?” batin Hanbin
“Hanbin, hati-hati ya? Semoga selamat sampai rumah!!” ucap Nar Ra tersenyum. Hanbin tertegun.
“Ba-baiklah. Kau juga hati-hati, dimanapun kau berada.” Hanbin tersenyum dengan terpaksa.
Terlihat mata Nar Ra berkaca-kaca. Hanbin makin yakin bahwa Nar Ra akan pergi. Nar Ra melangkah mundur sembari melambaikan tangannya. Hanbin membalasnya. Nar Ra tersenyum dan membalikkan tubuhnya. Hanbin pun masuk ke dalam bus yang tiba-tiba datang.
“Mengapa setiap perpisahan harus berakhir dengan air mata? Bukankah kita senang untuk setidaknya mengenal satu sama lain? Kamu tidak akan melupakan aku kan?” batin Nar Ra.✈✈✈
Hanbin melemparkan tasnya dengan sembarangan. Ia benar-benar kesal. Kenapa ia harus kehilangan Nar Ra saat ia benar-benar dekat dengan Nar Ra? Ia benar-benar sedih. Ia membaringkan tubuhnya dan memandangi foto-fotonya bersama Nar Ra di ponselnya. Ia berniat menelfon Nar Ra untuk mencegah Nar Ra supaya tidak kembali ke Jepang. Tapi apa boleh buat? Hanbin tahu, itu memang hal yang harus diperbuat Nar Ra.
“Aaargghh!!!” teriak Hanbin.
Ia mematikan ponselnya, melepas baterai jamnya dan menangis. Ia tidak ingin menatap waktu sekarang. Bagaimanapun waktu akan terus berlalu sampai saatnya tiba Nar Ra harus kembali ke Jepang. Seandainya Hanbin seorang Goblin, mungkin ia akan menghentikan waktu, pergi menghampiri Nar Ra dan terus bersamanya. Tapi Hanbin haya seorang manusia biasa.✈✈✈
Nar Ra sudah sejak pulang sekolah mengemas barang-barangnya. Setelah selesai ia duduk di ranjangnya dan mengamati kopernya dengan tatapan nanar. Ia tak percaya, akhir dari hidupnya di Korea harus seperti ini. Sekarang ia harus kembali ke tempat asalnya, Jepang. Ia bahkan masih memiliki masalah dengan Bobby. Ia juga belum pamit pada Jinhwan dan temannya yang lain. Maka dari itu, ia memutuskan untuk sekolah pada esok hari. Ia juga ingin pamit pada teman yang selalu setia padanya, Hanbin.
✈✈✈
“Halo?”
“Halo Bob.”
“Ada apa nih? Tumben lu nelfon gue, Jinhwan.”
“Lo ada masalah sama Nar Ra?”
“Masalah apa sih?”
“Lo gue lihat diem-dieman sama dia.”
“Ooh, iya sih. Ada crash dikit gitu.”
“Ada apa?”
“Dia bilang ke gue kalo dia suka sama gue. Padahal gue udah punya pacar. Yah lu pikir aja gue harus ginana.”
“Oke, gue akuin lo bener lebih milih pacar lo. Tapi lo harusnya terima kasih sama Nar Ra karena udah suka sama lo. Kedua, lo bilang sama dia pelan-pelan. Jangan main kasar gini Bob. Gimanapun juga, Nar Ra sahabat lo, sahabat kita.”
“Iya sih, tapi gue canggung gitu. Aaah, Jinhwan, lo mah nggak ngerti perasaan gue”
“Lo juga gak ngerti perasaan gue.”
“Maksud lo?”
“Gue juga suka Nar Ra kampret! Eh dia malah sukanya sama lo.”
“Lo suka sama Nar Ra? Serius?”
“Ya seriuslah!”
“Sorry Jinhwan. Gue nggak tahu. Gue bener-bener minta maaf ya?”
“Udah gakpapa, toh lo juga nggak macarin dia. Kalo sampe iya, gue bunuh lo!”
“Widiiiiih, santai masbroo..”
“Hahahaha, pokoknya lo besok harus maafan sama Nar Ra. Oke?”
“Siap bos!” Jinhwan mematikan ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go
FanfictionBagaimana rasanya dijodohkan dengan sahabat sendiri? Mungkin nyaman, tapi bisa juga tidak. Itulah yang membuat Han Nar Ra pergi ke Korea dan memulai hidup barunya.