Semenjak kejadian itu, Bobby selalu ikut pulang sekolah bersama Hanbin dan Nar Ra. Jinhwan sesekali ikut gabung namun banyak tidaknya. Ia harus menjaga neneknya yang sakit di rumah sakit. Sebenarnya, selama ini Bobby selalu bersama Min Ji Anh saat pulang sekolah. Mengantarnya pulang atau belanja. Intinya, Bobby selalu mengekori Min Ji Anh kemanapun gadis itu pergi.
Kini Hanbin, Bobby dan Nar Ra berada di rooftop, markas besar mereka. Mereka makan jajjangmyeon bersama di sana dan bergurau. Hanbin membaca buku terkadang. Nar Ra duduk di samping Hanbin. Sementara Bobby bermain skateboard.
“Nar Ra lihatlah betapa kerennya pacarmu ini!” seru Bobby menaiki skateboardnya.
“Mereka sungguh-sungguh berpacaran?” batin Hanbin dan menoleh Bobby.
“Sepertinya seru, aku ingin mencobanya Bob!” balas Nar Ra.
Bobby menggunakan skateboardnya menuju Nar Ra. Ia turun dan membiarkan Nar Ra naik skateboardnya.
“Ini kalau aku naik jatuh nggak?” tanya Nar Ra.
“Gak akan, satu kaki dulu, terus kaki satunya dorong.” Jelas Bobby. Nar Ra mencoba naik namun hampir terjatuh. Untungnya Bobby menggenggam lengan Nar Ra
“Haish gitu aja nggak bisa.” Ejek Bobby
“Lihat aja, bisa kok!” Nar Ra langsung naik skateboardnya dan memainkannya dengan cepat. Ia berputar mengelilingi sofa.
“Woaaaa, daebak, kau bisa Nar Ra!” seru Bobby. Hanbin tersenyum memperhatikan Nar Ra.
Saat di depan Bobby, Nar Ra mendorong lajunya dengan kaki kirinya namun terpeleset dan hampir terjatuh. Untungnya Bobby meraih punggung Nar Ra dengan tangan kanannya dan tangan kirinya menggenggam lengan Nar Ra. Mereka bertatapan. Canggung. Hanbin menatap mereka sengit.
“Ku bilang hati-hati kan!” seru Bobby dan melepaskan Nar Ra dari genggamannya.
“Susah tauk!” balas Nar Ra.
Nar Ra berjalan menghampiri Hanbin berniat duduk di samping Hanbin lagi.
“Hanbin, aku bisa kan?” tanya Nar Ra.
“Apanya?”
“Skateboardnya.”
“Oh, aku tidak melihatmu, aku tidak tahu.” Jawab Hanbin berbohong.
“Astaga! Aku dari tadi berkeliling di sekitarmu padahal.” Runtuk Nar Ra.
Ponsel Bobby berdering, ada telefon, dari Min Jianh. Bobby melangkah menjauh dari Hanbin dan Nar Ra. Ia tahu, ia pasti akan dimarahi Ji Anh. Karena belakangan ini, ia tidak pernah bersama Ji Anh. Dan Ji Anh pun juga sering menanyakan Bobby kemudian marah.
Nar Ra mengambil buku dan membacanya.
“Kau baca apa?” tanya Hanbin.
“Lihat saja sendiri.” Jawab Nar Ra ketus.
“Haish ngambekan.” Nar Ra tidak menanggapi. Hanbin pun mendekat dan melihat buku yang dibaca Nar Ra.
“Pesawat? Kau mau jadi ahli mesin pesawat? Hahahahha!!” ledek Hanbin.
“Bukam begitu bodoh! Aku senang saat melihat pesawat, apalagi pesawat saat sedang terbang di langit. Indah. Aku suka pesawat karena ia bisa mengantarmu kemana pun kau pergi. Sesukamu. Mengajakmu pergi ke tempat yang ingin kau tuju. Bahkan ia mengantarmu melihat pemandangan indah di langit.” Ucap Nar Ra.
“Dasar kekanak-kanakan!” ledek Hanbin.
“Apalagi, ia bisa membawamu pergi dari masalahmu.” Gumam Nar Ra.
“Apa?” tanya Hanbin.
Nar Ra tidak menanggapi dan terus membaca. Sesekali ia menatap langit dan tersenyum. Hanbin memandangi wajah Nar Ra dari samping dan terus tersenyum.
“Maksudmu pesawatlah yang membuatmu berhasil kabur dari perjodohanmu ya?” batin Hanbin.
Selesai bertelfon, Bobby menoleh ke Hanbin dan Nar Ra. Dari belakang sofa, ia bisa melihat Hanbin dan Nar Ra sangat dekat. Ia pun berlari dan melompat hingga ia duduk di antara Hanbin dan Nar Ra. Kemudian ia merangkul mereka.
“Sialan, mengganggu saja kau!” runtuk Hanbin pada Bobby dalam hati.
“Bobby, aku suka rangkulanmu.” Batin Nar Ra.
“Nanti sore nyunset yuk?” ajak Hanbin.
“Liat sunset?” tanya Nar Ra.
“Lu pikir liat air terjun?” balas Hanbin ketus.
“Hahahahaha, boleh tuh, dimana Bin?” tanya Bobby.
“Di jalan itu loh, yang biasa kita main. Jalan layang itu.” Jawab Hanbin.
“Ooh boleh boleh.” Jawab Bobby.
“Ya udah yuk, pulang.” Ajak Hanbin.
“Kita kumpul dimana?” tanya Nar Ra.
“Nanti pacar lo yang ganteng ini bakal jemput lo Nar Ra.” Ucap Bobby menggoda Nar Ra.
“Berarti nanti gue dijemput? Naik apa Bob? Jam berapa?” tanya Nar Ra.
“Kalian beneran pacaran?” sahut Hanbin.
“Nanti gue telfon kalo gue udah sampe. Jalan aja kali, biar makin romantis, makin langgeng kita ya nggak Nar?” jawab Bobby.
“Gue nggak dijawab?” gertak Hanbin.
“Hehe, ya kalo gue nganggepnya pacar gimana Bin? Ya nggak Nar?” goda Bobby.
“Nggak, gue nggak mau jadi pacar lo!” seru Nar Ra.
“Hahahaha, ditolaaaak!!” goda Hanbin. Bobby merengut. Nar Ra terkekeh bersama Hanbin.
Mereka pun berkemas dan pulang.
✈✈✈
“Keluarlah.”
“Oh kau sudah sampai?”
“Aku bahkan sudah menunggu dari 1 abad yang lalu!”
“Oooh kelinci yang malang.” Goda Nar Ra
“Hei awas kau jika kau bertemu aku kau tak akan selamat!” ancam Bobby.
“Memang kau mau apa?”
“Aku akan menjeratmu untuk terus mendampingiku seumur hidupku.” Tegas Bobby. Nar Ra terpaku.
“Heol!” tukas Nar Ra.
“Hahaha, jangan baper yak? Eh buruan keluar, ngobrol mulu.”
“Udah, ini aku udah liat kamu dari sini.” Ucap Nar Ra saat di pintu lobi rusunnya. Bobby menutup telfonnya. Nar Ra berjalan ke arahnya.
“Cantiknya.” Batin Bobby saat melihat Nar Ra berjalan menghampirinya dengan rok diatas lutut bermotif bunga dengan atasan kaos putih polos dipadu dengan cardigan rajut berwarna tosca. Ia merasa seperti sedang menanti putri kesayangannya datang padanya. Rambut pirangnya ia biarkan tergerai namun poni panjangnya ia kepang dan ia jepit ke belakang.
“Hei!” sapa Nar Ra. Bobby tidak menjawab, ia masih melamun melihat Nar Ra.
“Telingamu masih berfungsi kan?!” gertak Nar Ra. Tak ada respon.
“Bobbyyyyy!!!” teriak Nar Ra. Bobby terkejut.
“Hah? Apa? Ada apa?” jawab Bobby gelagapan.
“Kau melamun ya?” Bobby hanya meringis.
“Kau melamunkan apa? Kau terpana padaku? Aku cantik ya?” ujar Nar Ra dan berpose.
“Cantik pantatku!” Bobby pun pergi meninggalkan Nar Ra.
“Hei kau bilang apa?!!” gertak Nar Ra. Bobby terus berjalan dan melambaikan tanyannya mengisyaratkan agar Nar Ra mengikuti.
“Hei tunggu aku!!” seru Nar Ra dan berlari mengejar Bobby.
✈✈✈
“Kenapa mereka lama sekali?” ucap Hanbin dan kembali melijat jam tangannya. Sudah 20 menit ia menunggu sendirian.
“Harusnya aku ikut menjemput Nar Ra! Haish! Pasti mereka sedang berduaan! Jangan-jangan Bobby benar-benar mengajak Nar Ra pacaran? Astaga! Tidak! Tidak boleh..” racau Hanbin.
“Hei lepaskan aku!” perintah Nar Ra saat kepalanya dirangkul Bobby dan ditempatkan di dekat dada Bobby.
“Ini hukuman buatmu karena kau membuatku menunggu!” tegas Bobby dan menjitak kepala Nar Ra. Hanbin melihat itu dari jauh. Ia kembali murung.
“Hiiiiish, baiklah, aku minta maaf, Bobby.”
“Tidak mau!”
“Bobbyyyyyy!!”
“Apaaaa? Mau apa kau? Menjadi pacarku?” Nar Ra tersipu.
“Apa di otakmu hanya ada pacaran?” sindir Nar Ra. Bobby menghentikan langkahnya, melepaskan Nar Ra kemudian Nar Ra ikut berhenrti di hadapannya. Mereka saling bertatapan.
“Tentu, aku benar-benar sedang ingin berpacaran. Denganmu.” Ucap Bobby dengan nada melankolis. Nar Ra terpaku tak tahu harus bagaimana.
“Situasi macam apa ini?” batin Nar Ra.
“Hei kau tahu ini jam berapa? Aku lelah menunggu kalian!” keluh Hanbin saat menghanpiri Bobby dan Nar Ra.
“Ini, tuan putri ini kelamaan dandan. Dia berdandan seperti ini karena ia ingin cantik di hadapanku. Padahal kita hanya di jalan layang.” Sindir Bobby.
“Apa kau bilang? Ini memang style-ku! Sehari-hari aku begini!” tegas Nar Ra.
“Begini? Ini terlalu bergaya! Memangnya kau ini anak pejabat sehari-hari seperti putri seperti ini?!” ledek Bobby.
“Kau saja yang norak! Tidak tahu style!” lawan Nar Ra. Hanbin memperhatikan penampilan Nar Ra.
“Kau selalu sama. Selalu cantik.”
“Tenanglah, ayo kita lihat sunsetnya.” Ajak Hanbin dan pergi melangkah mendekat ke arah cahaya matahari diikuti oleh Nar Ra dan Bobby yang terus bercanda di belakang Hanbin dengan saling menyenggol, menoyor kepala, menepuk pundak dsb.
Mereka berhenti dan berbaris. Nar Ra berada di tengah. Ia mendongakkan kepalanya dan tersenyum. Di sampingnya ada Hanbin dan Bobby. Bobby juga menatap langit sementara Hanbin asyik memandang wajah Nar Ra dari samping.
“Di sini benar-benar indah.” Ucap Nar Ra.
“Karena ada aku kan?” sahut Bobby.
“Semoga kali ini aku melihat pesawat.” Ucap Nar Ra tidak menghiraukan perkataan Bobby.
“Memangnya kau belum pernah melihatnya? Jepang tidak ada ya?”
“Urus saja urusanmu!” balas Nar Ra sengit.
“Dasar anak kecil!” sahut Bobby dan menoyor kepala Nar Ra dari belakang.
“Bobby!!!” teriak Nar Ra. Bobby menjulurkan lidahnya dan Nar Ra memukul-mukul bahu Bobby dengan tertawa.
“Sakit tahu!” keluh Bobby. Hanbin hanya diam saja melihat tingkah mereka.
“Hei, aku juga di sini, apa kalian tidak melihatku? Apa kalian benar-benar pacaran?” batin Haanbin.
“Woooow, lihatlah!” seru Hanbin.
Matahari tenggelam disaat pesawat melintas seperti menuju matahari. Senja yang berwarna jingga itu berhasil membuat 3 sekawan itu merasakan kedamaian. Mereka tersenyum sembari menatap langit itu.
“Jika itu kita, aku ingin menjadi langitnya.” Ucap Hanbin.
“Kenapa?” tanya Nar Ra
“Langit selalu ada untuk kita kapanpun di saat pagi sampai pagi lagi.”
“Kalau begitu aku matahari, aku akan menemani langit dan memberi warna indah pada langit dengan sinarku.” Sahut Bobby.
“Lalu aku? Eem, aku rasa aku pesawat yang akan melihat kebersamaan kalian dan selalu memandangi kalian dan yang terpenting aku akan selalu menuju kepada kalian, menjadi teman bahkan sahabat kalian.” Ucap Nar Ra tersenyum, Hanbin membalas senyum Nar Ra.
“Lalu kau akan terbakar oleh matahari bodoh!” sahut Bobby mematahkan senyum Nar Ra dan menggantinya dengan wajah sungut.
“Itulah kelebihanku, aku tidak akan terbakar karena aku menuju kasih sayang dari kalian berdua, aku bukan pergi ke matahari, tapi aku pergi ke perpaduan antara matahari dan langit.”
“Hei, memangnya kami mau memberikan kasih sayang padamu? Heol, yang benar saja.” Sahut Bobby.
“Haish!” runtuk Nar Ra.
Nar Ra berniat mengerjai Bobby. Ia dan Hanbin diam-diam meninggalkan Bobby yang sedang memandangi langit itu.
“Perumpamaan yang indah.” Ucap Hanbin.
“Apa?” tanya Nar Ra dan menengok Bobby yang masih terdiam di pagar jalan layang itu sendirian.
“Tentang langit, matahari dan pesawat itu.”
“Begitukah?” Nar Ra kembali meneengok ke Bobby.
“Iya.” Hanbin mulai merasa tak nyaman dengan Nar Ra yang terus memperhatikan Bobby.
“Bobby!” panggil Nar Ra. Bobby menoleh.
“Hei, tunggu aku!” seru Bobby dan berlari menghampiri Nar Ra dan Hanbin. Nar Ra tertawa.
“Kita berhasil Hanbin!” seru Nar Ra dan mengajak Hanbin high-five. Hanbin menerimanya dab tersenyum.
Bobby sampai di tengah-tengah Hanbin dan Nar Ra kemudian merangkul kedua kawannya itu. Mereka pun pulang bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go
FanfictionBagaimana rasanya dijodohkan dengan sahabat sendiri? Mungkin nyaman, tapi bisa juga tidak. Itulah yang membuat Han Nar Ra pergi ke Korea dan memulai hidup barunya.