Buku

7.2K 835 40
                                    

Apa pendapatku tentang buku?

ARIES menutup buku kumpulan resep yang dia baca saat seseorang menepuk pundaknya. Di sampingnya, Winona menempelkan pipi pada lengan atasnya sambil mengelus sampul buku tersebut. "Coffee-table book bagus banget buat pajangan."

"Kamu harus lihat koleksi atasanku di Farm Shop dulu. Dia bisa buka museum coffee-talk book kalau mau." Setelah menaruh buku tebal nan lebar tersebut, Aries meraih lengan Winona dan mengajaknya ke rak berisi deretan buku resep yang lebih sederhana... dan murah. "Fotografer yang ambil foto buat sampul buku di pojok tengah tahu cara memotret makanan dengan benar."

"Aries, kamu tahu, kan, ada keajaiban bernama Google?" Winona melambatkan langkah tanpa melepas gandengan tangannya. "Ngapain harus ke toko buku buat cari resep?"

"Google confuses me somehow." Aries mengambil sebuah buku resep dengan foto nasi tumpeng lengkap pada sampulnya. "Aku juga sudah lama terbiasa mempelajari masakan lewat buku resep. Membaca lewat ponsel atau menonton tutorial di Youtube benar-benar memusingkan."

Winona mendengus kesal. "Sebagai orang yang menulis konten di website kuliner, aku merasa tersinggung, lho."

"Resep, r-e-s-e-p. Selain itu, aku masih bisa mengikuti." Kemudian, Aries membalik buku tadi untuk membaca deskripsi singkat di sampul belakang. Meski bukan book hoarder, Aries punya ketertarikan dengan beberapa jenis buku. Selain kumpulan resep, sampai sekarang dia masih memberikan tempat spesial untuk buku anak-anak. Terutama yang bergambar.

"Kamu cari buku resep makanan Indonesia buat pamer ke Aki, ya?"

Refleks, Aries mengeratkan genggamannya sedetik. Pertemuan pertama dengan keluarga besar Winona memang berjalan lancar. Terlalu lancar sampai-sampai Aries curiga kalau sebenarnya ada satu kejadian buruk yang menanti mereka dan muncul sebagai kejutan. Aki-kakek Winona-memegang peran penting sejak ayah kekasihnya meninggal dunia. Pria itu yang kini menjadi penentu utama boleh-tidaknya Aries masuk ke dalam lingkaran keluarga tersebut.

Sebagai salah satu bentuk usaha, memperlihatkan kemampuan dalam mengolah masakan favorit sang juri tidak dilarang, bukan?

"Aki lebih suka ayam goreng yang dikasih bumbu kuning dulu daripada ayam serundeng." Winona merapatkan tubuhnya pada Aries. "Telur rebus bumbu balado dan kamu bakal langsung dianggap cucu laki-laki kesayangan sama Aki."

"Aku sedang cari resep, bukan cara menyogok orang." Walau sejujurnya, Aries bersyukur karena sang kekasih memberi informasi bagus secara cuma-cuma. Dia lantas membawa buku tadi dan menarik Winona keluar dari area tersebut.

"Bener, nih? Awas, ya, kalau nanti aku lihat dua makanan itu di nasi tumpeng buatan kamu."

*

Kilatan petir dan tempias air yang mengaliri jendela menandakan hujan yang turun dari sore kian menderas. Aries enggan pulang dalam cuaca seperti ini dan memutuskan untuk tinggal di toko buku bersama Winona sampai hujan mereda. Mereka kini pindah ke area buku fiksi-jenis buku yang sama-sama kurang mereka minati.

"Aku pernah baca beberapa novel punya Ethan, tapi sampai sekarang enggak terlalu menarik minatku buat punya koleksi sendiri," ujar Winona sembari mengamati salah satu buku tebal dengan label best seller di sampul depannya. "Tapi orang-orang ini menakjubkan juga. Gimana caranya bisa bikin cerita yang kadang relate, kadang bikin bengong saking imajinatif."

Aries mengedikan bahu. "Hanya dua penulis fiksi yang aku kagumi. Hans Augusto Rey dan Margret Grey."

"Who?"

Nights with AriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang