*
*
*
"Yaudah sini gue anterin aja gabaik cewek pulang malem sendirian" suruh nathael sambil menepuk jok yang ada dibelakangnya mengajak salsa untuk duduk dijok itu. "Tapi nanti ceweklo salah paham ka""Yailahh cewek gue ngerti kali"
"Yakin gapapa?""Iyaa salsa gapapa ayukk keburu malem lagi"
"Yaudah deh" salsa pun duduk dijok belakang nathael. Saat diperjalanan keheningan pun muncul diantara mereka berdua.
I keep craving, craving
You don't know it but it's true
Can't get my mouth to say the words I wanna say to you
This is typical of love
Can't wait any more, won't wait
I need to tell you how I feel when I see us together forever🎼Keheningan itupun terpecah karena terdengar suara merdu Nath
Gilaa itu lagu pas banget buat gue untuk disampein ke elo nath peka kek nath peka batin salsa
"Rumahlo dimana?" Tanya Nathael "Nanti didepan belok kiri sampe ka"
"Yailahh kan dibilang gausah manggil ka jangan kaku banget haha"
"E...em...iyaa nath maaf hehe" Sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal itu. Rona merah pun muncul dipipi chubbynya karena nathan rem mendadak dan tubuhnya pun menabrak punggung nathael. "Hahaha lo lucu yaa kalo lagi gugup" ucap nathael sambil menatap salsa dari kaca spion.
"Ihh jangan diliat" rona merah itupun menjadi jadi. "Hahahahhaha" tawa bahagia nathael.
****
"Lahh kayanya gue kenal jalan ini"
"Mungkin pernah lewat"
"Ini rumah gue sal!!" Teriak nath sampai membuat salsa kaget. "Hahh??serius??"
"Iyaa gue pindah rumah semenjak mama meninggal gue selalu inget kenangan tentang mama kalo dirumah lama jadi gue memutuskan buat tinggal sama bibi gue di sini" jelas nathael kepada salsa. "Nath?depan rumahlo itu rumah gue"
"Wahh akhirnya punya tetangga satu sekolah" dengan wajah bahagianya. "Yaudah sal udah sampe nih" salsapun turun dari motor nathael tetapi bukannya masuk kerumahnya dia berdiri didepan gerbang memandang rumahnya itu. Nathael pun kebingungan.
"Sal?kenapa gamasuk?"
"Gue takut nath, gue balik larut banget gue takut diomelin". Dengan jantannya nath pun melepas helmnya dan turun dari motornya. "Yaudah yukk biar gue yang jelasin ke orang tua lo"
"Hahh??seriusan yah gue gaenak nath"
"Yailahh gapapa kan rumah gue disitu deket, yaudah yukk" nathael menarik lembut tangan salsa dan membuat rona merah itu muncul lagi di pipi gadis itu.
"Assalamualaikum" salam nathael sambil mengetuk pintu rumah salsa.
Tidak lama menunggu pintu itupun terbuka menampilkan seorang laki-laki bertubuh gagah dan berwajah tegas, ya itu adalah Dandi. "Salsa?kamu sama siapa?kenapa baru pulang?lihat jam, sudah jam berapa ini?""E...m...salsa" jawabnya terbata-bata
"Aku nathael om, kakak kelas salsa, aku tinggal didepan rumah om""Ahh iyaa kamu baru pindah yaa, yasudah masuk dulu sini"
"Iyaa om" Salsa, dandi dan Nathael pun masuk kedalam rumah itu "Salsa kenapa bisa sama kamu nath?" Tanya Dandi menyelidiki.
"Jadi tadi salsa ada kegiatan ekskul musik om terus tadi aku ada urusan juga di sekolah pas pulang aku liat salsa duduk dihalte sendirian jadi aku samperin pas aku tanya ternyata dia lagi nunggu bus, karena cewek gabaik pulang malem sendirian jadi aku anter dan ternyata rumah salsa dan rumah nath berhadapan hehe" jelas nathael yang hanya diberikan anggukan oleh Dandi. "Kamu mau minum?"
"Engga om kayanya aku pulang ajadeh udah malem juga ada tugas yang belum dikerjakan""Yasudah terima kasih yaa susah mengantar salsa pulang"
"Iyaa om saya pulang duluya" sambil mencium punggung tangan Dandi. "Sal gue balik duluyaa dahh" sambil melambaikan tangan kearah salsa.
"Iyaa nath makasih yaa" balas salsa dengan senyum manisnya.Sesudah nathael keluar salsa pun berlari dan memeluk ayahnya dengan erat. "Yahhh aaaaa aku seneng banget!!!"
"Kamu kenapa?" Sambil memegang kening anaknya tersebut berpura-pura memastikan anaknya tidak terkena penyakit jiwa. "Ihh ayah aku gasakit, ituu tadi nathael ayahh!!!waktu itu ayah pernah nganter aku ketempat konser dia!!" Jawab salsa dengan wajah bahagianya itu
"Ohh idola kamu, yaudah ayah ngantuk mau tidur" Dandi pun pergi menuju kamar meninggalkan salsa yang masih loncat-loncatan karena ulah Nathael tanpa memperdulikannya.
****
"Bi nur ,nath pulang!!!"
"Den nath dari mana aja?tadi non nindya kesini nyariin kamu, baru aja dia pulang dia titip pesan nanti kalo den nath udah sampe rumah suruh telfon dia" Jelas Bi nur -perawat nathael dari kecil-
Nathael pun mengeluarkan ponselnya dan melihat 40 panggilan tidak terjawab yaa itu dari kekasihnya Nindya. "Mampus gue! pantesan gakedengeran, orang disilent" gerutu Nathael sambil menepuk jidatnya, dan langsung memencet tombol hijau menghubungi nindya.
Setelah lumayan lama tidak ada jawab akhirnya terdengar suara nindya diujung telfon.
"Haloo?kamu kemana aja?kenapa gangabarin?sesibuk apasih sampe telfon dari aku gadiangkat?apa lagi berduaan sama cewek lain hahh?"
Diujung telfon lain Nathael menunjukan wajah meledeknya sambil mendengarkan ocehan kekasihnya itu."Engga sayang tadi nganter temen,dia perempuan jam 9 baru keluar dari sekolah gamungkin aku ninggalin cewek sendirian nungguin bus yang mungkin gadateng jam segitu"
"Ohh gitu?jadi kamu nganter cewek pulang kerumahnya?sedangkan aku dibiarin khawatir nyariin kamu tanpa kabar?pacar kamu itu aku atau dia sih?" Omel nindya kepada nathael dan dibuahi tampang malas dari nathael.
"Maaf sayang, besok kita ketemuan di komik cafe yaa jam 8 aku jelasin semuanya". Tanpa memperdulikan nathael yang sedang meminta maaf nindya pun menutup telfon secara sepihak, yaa taulah cewek kalo cowok yang disayangnya gangasih kabar seharian dari hal sekecil itu bisa membuat suatu hubungan lebih baik loh hehe.
***
Nathael duduk sendiri di samping jendela sambil menghabiskan Coffe latte dan cheese cake yang dia pesan tidak lama setelah itu bunyi lonceng pintu pun berbunyi gadis yang dia tunggu akhirnya datang dengan wajah datar dan seperti tidak mempunyai kehidupan sama sekali.
"Pagi nin" nathael membuka pembicaraan."Gausah basi basi langsung jelas kemarin kamu kemana gangasih aku kabar?aku tau hal ini sederhana tapi dengan kabar dari kamu bisa ngilangin pikiran negatif dikepala aku tentang kamu!" Bentak nindya
*
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanszone
Teen FictionSalsa menyandarkan punggungnya dikursi taksi, berusaha untuk tenang sambil menatap keluar jendela yang masih menampakan pemandangan yang sama. Tanpa Salsa sadari, ia melemas dalam dunia yang tak henti-hentinya memberi tekanan. Dengan keadaan yang me...