"Udah tutup mata aja!" Kata Bian masih dengan cengiran lebarnya. "Eh, engga usah deh. Tapi jangan kemana-mana!" Serunya lagi, sebelum berlari kecil meninggalkan Salsa dan teman-teman sebandnya yang menatapnya heran.Salsa menoleh kearah Nathael dkk dengan tatapan herannya, "ka Bian kenapa?" Tanyanya sambil menunjuk kearah punggung Bian yang terlihat tengah mencari sesuatu, sementara Nathael, Alvin, dan Akbar mengendikan bahu mereka kompak.
"Biarin aja. Bian emang suka gitu"
"Suka gitu gimana?"
"Ya suka gitu, gajelas. Biasalah, bocah jomblo--"
"Nih.." Salsa membulatkan matanya begitu melihat sebuket coklat berbeda merek dan ukuran berada dihadapannya, menghalangi pandangannya pada Nathael cs. Menoleh kesamping, ia mendapati Bian berdiri disebelahnya sambil tersenyum manis. "Buat lo" katanya sambil menatap Salsa pandangan tulus, membuat Salsa shock karenanya.
"H-hah?" Cicit salsa pelan, sedikit tidak percaya dengan keadaannya sekarang. "Buat aku?"
"Iya buat kamu" kata Bian lagi sambil tetap tersenyum, sebelum memiringkan kepalanya heran, membuat wajah tampannya bertambah imut. "Kenapa? Engga suka ya?"
"E- eng.. Su-suka kok kak! M- makasih ya" kata salsa gugup sambil memberanikan diri mengambil buket cokelat tersebut. "Ta- tapi yakin ini buat aku? Engga ngerepotin?"
"Yaelah, aku sih lebih suka direpotin sama prioritas daripada sama tugas"
"Prioritas?"
"Iya prioritas" kata Bian sambil menegakan tubuhnya menghadap Salsa. "Belom tau ya? Prioritas aku kan kamu"
"WOOOO!" sorakan heboh dari Nathael cs menjadi sorotan semua orang di backstage, membuat mereka menjadi pusat perhatian sesaat sementara Salsa hanya menundukan wajahnya malu sementara Bian hanya menatap teman-temannya datar.
"Brisik lo semua" gerutu Bian malas, sebelum matanya menangkap sosok Salsa didepannya yang menunduk malu. "Udah wey, salsa malu ituu" katanya sambil melangkah mendekati Salsa dan menepuk bahunya lembut.
"Biarin aja sa, orang gila emang" katanya yang hanya dijawab dengan senyuman samar dan anggukan pelan dari Salsa. Salsa yang masih menatap sepatunya mau tidak mau mendongak begitu merasakan sebuah tangan mengangkat dagunya, membimbingnya untuk menatap mata sewarna batu obsidan mengkilap yang dimiliki pemuda didepannya. "Kamu gapapa Sa?" Tanya Bian lembut, membuat wajah Salsa kembali memanas karena jarak mereka ditambah seruan menggoda dari Nathael cs yang melihat kejadian tersebut.
"CIE, BIAN CIE!"
"Waduw, lutunya pasangan baru ini! Dd jadi nge-pens!" Seru Nathael heboh sambil tertawa keras. "Geli bego, nath-_-"
"Dih, biarin aja sih Vin. Lagian mereka lucu" kata Nathael membela diri. "Duh, jadi kangen Nidya kan gue"
IYA NATH, IYA. Batin Salsa menahan perih begitu mendengar perkataan Nathael yang terkesan spontan tersebut. Ya lagian lo juga bego, Sal. Nathael lo harepin. Sama aja lo minta monas buat lari pagi, alias engga bakal mungkin. Batinnya lagi sambil mengulas senyum kecut dibibirnya.
"HEH KALIAN! JANGAN BERZIARAH DISINI, WOY!" Seru Akbar yang baru sadar dengan posisi Bian dan Salsa yang terlalu dekat tidak kalah heboh dengan Nathael. "BUKAN MUKHRIM, WOY! BUKAN MUKHRIM!"
"Kayaknya berzina deh, Bar.-." Koreksi Alvin sambil menatap Akbar polos. "Kalo berziarah, kesannya kayak lagi ngelayat orang mati.-."
"Oh, salah ya?.-." Beo Akbar sambil balas menatap Alvin polos, sementara Nathael hanya tertawa cekikikan disebelahnya. "Makanya, bar. Kalo mau pelihara, pelihara kambing aja. Jangan bego lo pelihara"
"Minta diserut banget ya lo, nath?!"
"Eh, udah-udah" celetuk Bian sambil berjalan pelan menghampiri teman-teman satu band-nya, memberi ruang bagi Salsa untuk bernafas. "Jangan berteman, udah"
"Yaa, lucu banget Yan!"
"Emang gue lucu. Baru tau? Kemana aja lo Nath?" Balas Bian kePDan, membuat Nathael memutarkan matanya malas, menanggapi perkataan Bian tersebut. Nathael baru saja akan membuka mulutnya untuk membalas, namun diurungkannya begitu melihat salah seorang juniornya yang mengenakan atribut panitia berjalan menghampiri mereka.
"Sorry, ganggu sebelumnya, tapi kak Nathael sama temen-temen kakak yang lain diminta siap-siap sekarang kak" kata panitia tersebut sambil mengangkat tangan kanannya yang terdapat arloji sport hitam yang melingkar disana. "5 menit lagi kalian tampil"
"Oh oke" sahut Alvin sambil melepaskan pitingannya pada Akbar dan berdiri tegap seperti biasa. "Thanks" katanya lagi yang hanya dibalas oleh anggukan bersahabat oleh panitia tersebut, sebelum ia pergi berlalu dari Nathael cs guna mengurus keperluan lain.
"Eh, udah wey! Ayo siap-siap" seru Nathael tegas kearah teman-temannya. "Akbar, ambil stick drum lo! Bian, lo juga ambil gitar listrik lo! Alvin, lo atur dulu suara bass lo. Nanti gue nyusul setelah ngambil mic" katanya lagi sebelum mereka berpencar mengikuti perintah Nathael, kecuali Bian yang malah diam ditempatnya tersenyum manis sambil menatap Salsa sementara yang ditatap balik menatapnya dengan pandangan bertanya.
Detik demi detik berlalu, baik Salsa maupun Bian masih enggan memutuskan kontak mata mereka, hingga suara baritone Nathael kembali terdengar ditelinga mereka. "Abian Putra Kammen, berhenti ngeliatin cewek lo dan cepet ambil peralatan lo! Masih engga beranjak juga, gue tikung cewek lo!"
"Iya-iya, bawel" kata Bian malas sambil beranjak mengambil gitar listrik biru kesayangannya yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri. Dengan sekali gerakan, gitar listrik tersebut sudah terkalung apik di tubuhnya yang terbentuk sebelum ia bergabung dengan teman-temannya yang berkumpul di tangga backstage.
Tidak lama kemudian, panggilan untuk Nathael dan teman-temannya pun terdengar. Nathael dan teman-temannya pun naik keatas panggung dan disambut dengan teriakan semangat dari fans-fansnya.
Teriakan tersebut terdengar makin keras begitu satu persatu dari mereka mulai muncul dari balik panggung. Dimulai dari Alvin, Akbar, dan diikuti oleh Nathael.
Bian baru menaiki 2 anak tangga menuju panggung, sebelum langkahnya berhenti dan berbalik menghadap Salsa yang masih setia berdiri ditempatnya semula sambil mendekap sebuket cokelat darinya.
"Salsa"
Merasa terpanggil, salsa mendongakan kepalanya dan mendapati sesosok bian berdiri tidak jauh didepannya sambil tersenyum manis, membuat jantungnya tiba-tina berdegup cepat. "Kita bakal ketemu lagi, aku janji" bisik Bian pelan namun masih cukup keras untuk didengar Salsa, sebelum pemuda itu berbalik menaiki panggung, meninggalkan Salsa yang masih diam, mencoba mencerna maksud dari perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fanszone
Teen FictionSalsa menyandarkan punggungnya dikursi taksi, berusaha untuk tenang sambil menatap keluar jendela yang masih menampakan pemandangan yang sama. Tanpa Salsa sadari, ia melemas dalam dunia yang tak henti-hentinya memberi tekanan. Dengan keadaan yang me...