Selalu Cinta ( GreVinShan)

1.9K 121 8
                                    

Gumpalan pekat awan hitam menyelimuti langit, meski air hujan belum memutuskan untuk jatuh memasahi dada bumi. Aku masih terdiam, menyandarkan kepala pada bahu seseorang yang kini menjadi kekasihku. Entah kenapa mendung dan hujan sering sekali menjadi saksi bisu kebersamaan kami. Dulu hujan turun menerpa bumi tepat saat Viny mengungkapkan semua perasaannya dan kenangan yang kami lukis pun hampir semua berlatar pada hujan. Aku tersenyum tipis mengingat pertama kali aku dan Viny bertemu. Saat itu, tiba-tiba Viny membantuku menyebrang dengan membawa payung karena hujan sangat deras kala itu. Ah, lagi-lagi hujan.

"Shani."

Suara lembutnya mengisi pendengaranku. Aku menoleh menatapnya, "Kenapa?"

"Ng-nggak." jawab Viny gugup membuat sebelah alisku terangkat bingung. Aku mengangkat kedua bahu tidak peduli lalu kembali memandang pada dedaunan yang sedikit terayun akibat embusan angin.

"Shani." serunya lagi. Aku mengembuskan napas kasar lalu memiringkan posisi tubuh menghadap kearahnya. Mataku memicing curiga memperhatikan ekspresi wajahnya yang terlihat gugup. Seperti menyembunyikan sesuatu.

Tanganku terayun mengusap lembut pipi Viny. "Iya? Ada apa? Ngomong aja."

"A-aku mau jujur sama kamu."

"Jujur aja."

Viny mengusap lembut lehernya, membuat rasa penasaranku semakin bertambah.

"A-aku sama Gracia udah jadian."

"Apa?!" Tanganku terhempas lemas kebawah. Kepalaku menggeleng tidak percaya. "Ka-kamu boongkan?"

"Aku serius, aku cinta sama dia. Maafin aku, Shan. A-aku beneran gak bisa nahan perasaan aku sendiri."

"Vin, kamu----aku pacar kamu. Ke-kenapa ini ma-maksudnya apa? A-aku gak ngerti." ucapku sedikit bergetar berusaha menahan apa yang kemudian menjalar keseluruh tubuh. Yaitu rasa sakit yang belum pernah Viny berikan sebelumnya.

Tiba-tiba Viny menggenggam kedua tanganku lalu menciumnya lembut. "Aku cinta sama kamu, tapi aku juga cinta sama dia. Maafin aku."

Aku menggeleng pelan seraya melepaskan genggamannya. "Boongkan?"

"Aku gak berani boong sama kamu, makanya sekarang jujur. Aku sama Gracia,"

"Aku ngerti."

Air mataku seolah memberontak, terus mendesak agar keluar. Dalam satu kedipan saja,cairan itu sudah berhasil keluar membasahi pipiku dengan lembut. Mataku terpejam, menahan rasa sakit yang tiba-tiba menghunus kedalam rongga dadaku. Satu tanganku diletakan didepan dada, masih berusaha menahan sakit tanpa hasil.

"Shan, maafin aku."

Satu tangan Viny menyentuh lembut bahuku lalu dengan gerakan cepat ia menarik tubuhku kedalam pelukannya. "Maaf, sayang. Aku pengen kamu tetep sama aku dan nerima dia. Satu yang harus kamu tau, aku cinta banget sama kamu. Jadi kalo kamu juga cinta sama aku, aku mohon terima dia."


***

Hujan saat ini sudah berhenti, menyisakan genangan pada setiap jalan yang terkikis. Aku duduk merenung dengan pandangan menerawang jauh keluar jendela. Seperti biasa, aku menyukai setiap rintik air yang terlahir dari awan gelap itu. Hujan selalu mampu melarungkan kenangan yang langsung terputar dengan jelas di memori ingatanku. Entah harus aku sebut apa kenangan itu. Mungkin kenangan indah tetapi keindahan yang terlukis dalam kenangan itu sedikit demi sedikit lenyap ditelan kekecewaan. Kebahagiaanku rapuh digerogoti oleh pengkhianatan.

Embusan napas kasar keluar dari mulutku saat mengingatnya. Lagi-lagi pikiranku menepi pada kesedihan itu. Sebenarnya siapa yang harus dipersalahkan dalam masalah ini? 'Dia' yang dengan sengaja mengkhianatiku atau aku yang dengan bodohnya masih menerima kehadirannya didalam hidupku? Mungkin itu yang akan tergambar dibenak semua orang saat mengetahui betapa rumitnya kisah cinta yang aku jalani sekarang. Aku perempuan bodoh yang mau membagi cintanya dengan orang lain. Rasanya sama saja jika aku harus memilih untuk pergi atau bertahan. Keduanya mengantarkan rasa sakit yang mau tidak mau harus aku genggam sendiri.

OneShot BerkumpulWhere stories live. Discover now