Chapter 9 : A New Student and a new Neighbor
“Katanya akan ada murid baru di sekolah kita lho.”
“Hm? Lalu?”
“Ih, murid barunya model terkenal!”
“Heh? Masaa?!”
“Iya, katanya si Will Dunnant!”
“Will model top yang baru saja naik daun itu? Yang katanya sedang memulai karir beraktingnya?”
“Iya!”
“S-serius? Ya ampun… aku mimpi apa bisa ber—“ DUK! “—ups, sorry… eh, Mary…”
Ini safe Havennya, tapi masih saja ada beberapa anak yang datang ke tempat ini memulai pembicaraan tidak jelas dan kemudian merusak ketenangan yang diharapkannya semenjak melangkahkan kaki ke tempat ini.
“Err… ki-kita cabut yuk,” ujar gadis dengan rambut pirang bergelombangnya. Mary ingat namanya Sofia, gadis itu biasa mengekori kelompok Rosaline. Sudah lama mereka tidak lagi melakukan sesuatu padanya. Sekarang saja mereka memilih untuk menjauhi Mary dengan mengambil langkah panjang dan lebih cepat dari seharusnya. Mary menghela nafas. Matanya kembali pada deretan tulisan dari buku yang dipegangnya.
Sudah lima bulan berlalu semenjak hari pemakaman ibunya. Mary sudah mulai terbiasa dengan kehidupannya yang baru. Bibinya merawat dirinya dengan sangat baik. Declan juga sangat perhatian dengan keadaannya. Mary bersyukur untuk itu, tapi tetap saja seperti yang pernah dikatakannya sebelumnya, bahwa bersyukur lebih dari apa yang seharusnya atau menyesali kehidupannya yang dahulu dan membandingkannya dengan yang sekarang ada perbuatan keji. Dia bisa disamakan dengan bersyukur atas kematian ibunya dan Mary terlalu sensitif untuk hal yang satu itu.
Mary tidak berinteraksi banyak. Sama seperti dahulu, namun sekitarnya menyadari betapa dirinya benar-benar menolak untuk berinteraksi layaknya makhluk sosial pada umumnya. Mary tak pernah lagi tersenyum—membuat Ivory kadang memperlihatkan wajah sedihnya meski tak pernah diucapkannya—dia tidak lagi tampak marah, tidak lagi menggubris apapun yang dikatakan Rosaline maupun Scott. Membuat dua orang itu kini lebih sering mengabaikannya daripada mengganggunya. Meski sesekali Scott masih saja melihatnya dengan tatapan yang tak pernah bisa didefenisikan oleh Mary.
Fisik Mary sekarang sudah jauh lebih baik. Tubuhnya sudah tidak kurus seperti dulu, semua itu berkat bibinya yang memberikan makan tiga kali sehari lengkap dengan cemilan sore hari yang menyehatkan. Setiap hari bibinya akan menyisirkan rambut Mary yang semakin panjang. Rambut lurus pirangnya terlihat lebih sehat. Kulit putihnya semakin bersih, bibinya sudah memastikan bahwa semua kebutuhan Mary dapat terpenuhi. Tak ada lagi yang memanggilnya dengan sebutan jelek atau kotor, karena bahkan Rosaline tidak bisa memikirkan satu kata ledekan semenjak sebuah rumor mulai tersebar.
Sebuah rumor yang tidak terbantahkan.
Katanya kalau kau berjalan menuju sebuah koridor yang biasanya kosong, maka kau akan menemukan satu sosok di sana. Sosok yang disebutkan oleh seluruh sekolah dengan sebutan Boneka hidup. Ivory pernah bertanya kenapa seperti itu, namun lalu mengerti begitu mengikuti rumor dan berjalan menuju tempat yang dimaksud.
Disana—duduk seorang gadis yang tampak tidak terpengaruh dengan sekitarnya, pandangannya selalu tertuju pada buku di tangannya, tak bergerak bagaikan manekin yang dipajang di toko-toko. Yang paling membuatnya terperangah adalah bahwa Ivory menyadari sosok itu adalah Mary. Hal ini sering membuatnya memberikan tatapan sedih. Ivory ingin temannya yang dulu. Masih lebih baik mendapati Mary yang dulu. Meski tidak begitu banyak berbicara, tapi dia masih menemukan emosi yang diperlihatkan untuknya, menunjukkan bahwa gadis itu hidup—menikmati apa yang didepannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Old Ver.] The Story of a Living Doll (Discontinued)
Teen Fiction[Versi terbaru akan diupload. Versi ini tidak akan diupdate lagi] Mereka memanggilnya "Boneka hidup". Dia kehilangan keluarganya dalam insiden yang paling tidak bisa dibayangkan siapapun. Harapan demi harapannya berantakan hingga akhirnya membuat Ma...