Chapter 18: Gossip

546 69 14
                                    

Sudah lama sekali ya, haha. Beberapa waktu lalu saya ingin menyelesaikannya, tapi selalu tertunda dengan alasan kerja dan memprioritaskan terjemahan. Pada akhirnya, saya tetap ingin menyelesaikan ini. Beberapa chapter lagi. Semoga kalian masih berkenan membacanya. ^^

Chapter 18: Gossip

Hari-hari setelah itu terasa jauh lebih baik bagi Mary dan orang-orang di sekitarnya. Dia memang belum menerima betul kenyataan bahwa ayahnya meninggalkannya pada bibi yang selama ini dikiranya adalah sang ibu. Dia juga masih tidak terbiasa menganggap Declan sebagai kakak kandungnya dibanding sebagai seorang sepupunya. Bagaimanapun juga, Mary mau tidak mau harus mengakui bahwa dulu dia menganggap Declan lebih dari sekedar sepupu. Namun kenyataan memang harus diterima. Mary juga sudah mulai melepaskan semua itu.

Namun orang bilang badai datang setelah cuaca tenang.

Ketika Mary juga mulai terbiasa dengan perlakuan semua orang yang masih tetap terlihat betah menindasnya, dia tidak menyangka datang hal baru yang semakin membuat masalah yang tadinya sudah akan meredup kembali memanas. Dia dan Lucas bak dua sahabat yang melewati suka duka bersama, maka tidak heran ketika esok hari datang setelah wawancara sebuah TV Nasional disiarkan semalam, Lucas datang menjemputnya di depan rumahnya dengan raut wajah penuh kekhawatiran.

"Kau terlihat seperti orang yang habis melihat pelaku pembunuhan," canda Mary--Declan dan Lucas bertemu esok hari setelah kejadian yang bersejarah waktu itu. Melihat Lucas dan tingkahnya, Declan lebih dari percaya pada pemuda keturunan Italia itu.

Lucas menatap tajam Mary, "lebih dari itu," ucapnya kesal lalu tidak lama kemudian pemuda itu menghembuskan nafas. "Kau ini tidak khawatir sedikitpun ya?"

Mary menatapnya bingung, tangannya sibuk dengan helm yang disodorkan Lucas padanya, "soal?"
Lucas menatap Mary, berusaha mencari tahu apakah Mary hanya pura-pura tidak tahu ataukah terlalu naif. Namun kedua hal itu tidak ditemukannya. "Apa kau menonton wawancara semalam?"

Mary menggeleng, "aku langsung tidur setelah menyelesaikan pekerjaan rumah semalam. Ada apa?"

"...sudah kuduga," kembali pemuda bersurai hitam itu menghembuskan nafasnya. "Dengar Mary, hindari toilet hari ini. Lalu, pastikan kau adalah yang selalu keluar pertama ketika kelasmu selesai dan masuk terakhir ketika kelasmu baru akan mulai, paham?"

Mary menatap Lucas dalam, "wawancara semalam... ada hubungannya dengan William Dunnant?" penindasan yang dialaminya sejauh ini adalah karena William, jadi wajar jika dia menebak seperti itu. Terlebih lagi melihat bagaimana reaksi Lucas.

Lucas mengacak rambutnya, tampak rasa frustasi di sana. "Manusia menyebalkan itu--" Lucas menarik nafasnya dalam, "--mengatakan kalau dia menyukai seseorang di sekolah."

Mary lalu mengerutkan dahinya, ada pertanyaan yang tidak terucap disana, 'lantas kenapa?'

"Gadis yang sering berkunjung ke panti asuhan dan begitu menarik perhatiannya--" alis Mary berkedut, dia merasa bahwa dia tidak akan menyukai lanjutan kalimat Lucas, "--sederhana. Namun begitu mempesona bagaikan boneka porselen."

Meski Mary tidak pernah ingin mengakui hal itu. Dia sendiri sebenarnya sudah lama menyadari panggilan orang-orang padanya.

Kali ini Mary yang menarik nafas panjang.

.

.
Sesungguhnya Mary sendiri tidak mengerti kenapa dia bisa berada di situasi ini. Kelas masih berlangsung saat panggilan alam datang dan tidak dapat dihindarinya. Beruntung dia mendapat periode kosong alias belajar mandiri yang kemudian digunakannya untuk mengambil posisi duduk di dekat pustakawan agar dapat dipantau sesuai dengan instruksi Lucas yang sebelum berpisah tadi tidak henti-henti diucapkannya. Maka karena dipikirnya aman untuk ke toilet saat kelas sedang berlangsung seperti ini, Mary malah kini terjebak di dalam salah satu bilik di kamar mandi.

[Old Ver.] The Story of a Living Doll (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang