Chapter 17: Forgive, forgave and forgiven

748 97 23
                                    

Chapter 17: Forgive, forgave and forgiven

"Kau sudah merasa lebih baik?" Lucas menyodorkan secangkir teh hangat kepada Mary. Gadis itu menyambutnya dengan perasaan yang lega. Setelah melepaskan semuanya dan menangis dalam waktu yang cukup lama di pelukan Lucas, Mary merasa jauh lebih baik. Lucas membawanya pulang ke rumahnya. Nyonya Sonia hanya memberikan tatapan dan senyuman penuh kehangatan ketika dia datang. Tidak ada pertanyaan yang memaksa juga tidak ada tatapan yang penuh dengan selidik.

Semuanya terlihat begitu tulus. Membuatnya begitu iri dengan kehangatan yang ada di rumah ini.

Mary mengangguk, "aku jauh lebih baik, terima kasih..." rasa malu itu sudah lama menghilang. Bagi Mary, dia bisa meluapkan apapun pada Lucas. Dia merasa bisa menceritakan apapun pada pemuda itu. Ada koneksi yang tidak dapat digambarkan antara dirinya dan Lucas.

"Kau selalu diterima di sini, Mary," ucap Lucas, senyum tercipta di wajahnya, "aku dan ibuku akan selalu menerimamu," mungkin karena Mary merasakan betapa tulus kalimat itu atau mungkin perasaannya saat ini sedang memaksanya untuk terlalu sensitif. Mary tidak tahu. Yang pasti, tarikan di kedua sudut bibirnya membentuk senyuman yang bahkan membuat Lucas sempat terperangah.

Keheningan yang mendamaikan seakan menyelimuti mereka berdua. Ruang keluarga keluarga Romignon terlihat lapang. Titik-titik air hujan terlihat dari tempat mereka duduk melalui jendela besar yang menghadap ke halaman samping rumah. Mary menyesap teh yang dibuat oleh Nyonya Sonia barusan, Lucas memandang hujan dengan perasaan yang tidak terlukiskan.

"Kau tahu..." setelah keheningan yang cukup lama, pemuda itu membuka suara, "aku pernah mengatakan sebelumnya kalau aku punya kakak perempuan kan?" pandangan matanya masih menatap hujan, Mary berbalik menatapnya, dia mengangguk, "Tiara namanya. Sangat cantik, cerdas dan baik hati," menggali memori yang pernah ingin dilupakannya cukup menyakitkan bagi Lucas namun untuk kali ini saja dia akan melakukannya, Lucas ingin menggali memorinya agar tidak ada satupun yang tertinggal.

"Usianya sama dengan kita saat itu. Semuanya berjalan lancar. Hidupnya penuh warna, dia punya banyak teman, para guru menyayanginya, dia adalah idola banyak orang," Lucas mengambil nafas sebelum melanjutkan, "setahun sebelum tahun dimana seharusnya dia lulus, seseorang datang ke dalam hidupnya. Dia jatuh cinta dan semuanya berubah. Dia masih kesayangan kami, namun sama sekali tidak ada yang menduga, cinta itu merupakan bibit dari racun yang menghancurkan segalanya," Lucas seakan memuntahkan kalimat itu dengan nada yang muak.

Mary terdiam mendengarkan, "pemuda kaya, tampan dan idola semua orang. Tiara tidak menyangka perasaannya bersambut. Untuk sesaat hidupnya bagai dalam dongeng. Namun siapa yang menyangka kalau hubungan mereka akhirnya diketahui banyak orang? Tidak apa sebenarnya. Tapi pemuda itu tidak mengakuinya. Dia mengatakan Tiara yang datang kepadanya dan dia hanya mengambil apa yang seharusnya diambil seekor kucing ketika disuguhi ikan segar—" kalimat itu terhenti. Dia menarik nafas dalam-dalam.

"Kakakku putus asa, semua orang balik memusuhinya. Dia dipaksa turun dari singgasananya," hari itu Lucas ingat betul. Hujan turun sama seperti hari ini. "Tapi yang paling buruk adalah kami sama sekali tidak menyadarinya. Dia menutup diri, dengan tersenyum seperti biasa, dia mengatakan bahwa dia mendapatkan nilai yang bagus hari itu," bulir-bulir airmata yang tidak sanggup ditahannya mengalir di pipi, sudah bertahun-tahun berlalu, namun Lucas masih mengingatnya seperti hal itu baru terjadi kemarin. "Hari itu—" senyum Tiara masih tersimpan dalam memorinya, "—dia meminta maaf sebelum ke sekolah, dia mengecupku. Usiaku masih sepuluh tahun kala itu, belum cukup kuat untuk menopangnya. Dia melemparkan dirinya ke dalam jurang. Mayatnya ditemukan setelah pencarian dilakukan selama dua hari. Aku bahkan tahu tentang semua ini tiga tahun setelah hari kematiannya."

Tepat saat kalimat itu keluar, Lucas berbalik ke arahnya. "Sejujurnya, aku melihat kakakku dalam dirimu. Tidak pernah sedetikpun dalam hidupku aku memaafkan diriku karena tidak cukup kuat untuk menjadi penopangnya. Jika saja aku bisa lebih bisa diandalkan, mungkin dia masih ada bersama kami. Dia masih tersenyum seperti biasa."

[Old Ver.] The Story of a Living Doll (Discontinued)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang